9

242 25 0
                                    

*SHIFAN POV*

Aku benar-benar terkejut ketika mengetahui siapa sosok dibalik masker tersebut.

'Arkan... Bukan anak buah atau suruhannya melainkan Arkan sendiri?'

Menyadari pandangan ku yang mengarah ke arahnya, Arkan sengaja tersenyum dengan senyuman yang mengintimidasi ku, dan kemudian ia pergi. Melihat senyumannya yang penuh teka teki, membuat ku panik, dan tanpa basa basi aku langsung mengajak Aya pulang.

"Ay ayo kita pulang"

"Ha? Kenapa? Ko buru buru"

Melihat wajah panik ku sepertinya Jimmy menangkap alasan di balik aku yang tiba-tiba meminta Aya untuk segera pulang.

"Udah Ay mending balik, kan besok kamu harus kerja lagi daripada nanti kecapean"

Aku mengganggukan kepala mendengar ucapan Jimmy yang mendukung argumen ku.

"Hmm yaudah deh, oh iya Ra lu ikut gue aja ya, bareng pulangnya"

"Gausah deh Ay gapapa gue balik sendiri aja"

"Ihh Ra lu kan kemaren naik kereta ga bawa mobil, udah gapapa ikut gue aja"

"Ngga Ay gapapa demi dah, gaenak gue sama lu dan Shifan"

Mendengar perkataan Dara langsung terlintas sebuah ide di kepala ku.

"Yaudah kalo emang begitu Dara sama Jimmy aja"

Aku mengatakan itu setelah melihat Arkan tadi, karena akan lebih aman jika Dara pulang bersama dengan Jimmy.

"Ahh iya bener bener, lu sama Jimmy aja Ra. Gapapa kan Jim?"

"Iya gapapa dijamin aman sampe rumah ga akan diapa-apain ko, kan mbanya udah tau saya bukan orang cabul"

Aya menegur Jimmy dan berusaha menenangkan Dara yang terlihat sedikit kesal dan menggerutu karena perkataan Jimmy yang menyindirnya.

"Jim stop, udah ah gausah dibahas lagi. Pulang sama Jimmy ya Ra"

"Huh yaudah deh"

Dara dan Jimmy pergi ke mobil Jimmy sementara aku dengan Aya pergi ke mobil ku dan kami kembali pulang ke jakarta.

♡♡♡

*AYA POV*
 
Setelah aku menitipkan Dara pada Jimmy, Aku dan Shifan pun berjalan menuju mobil Shifan yang terparkir di area belakang gedung wisuda. Sesampainya di mobil, Shifan harus melepaskan selembaran kertas promosi yang tertempel di depan kaca mobilnya terlebih dahulu. Aku pun masuk lebih dahulu ke dalam mobil dan menaruh tas ku di jok belakang. Namun, ketika aku menaruhnya, aku menemukan tas Shifan yang sedikit terbuka dan melihat sesuatu yang janggal di dalamnya.

'Dompet Shifan? Tadi katanya ada di saku celana dia, kenapa dompetnya ada di tasnya? Kalau bukan karena dompetnya, terus tadi kenapa Shifan terlihat cemas? Apa Shifan menutupi sesuatu dari aku?'

Tak beberapa lama setelah aku berkutat dengan pikiran ku sendiri, Shifan masuk kedalam mobil. Aku mencoba untuk bersikap seperti biasa dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Udah siap"

"Ah? Udah" aku menjawab Shifan dengan nada yang terkesan gugup.

"Are you okey?"

Sebenarnya aku ingin mengatakan 'No, I'm not Fan. Apa yang kamu sembunyiin lagi dari aku?'

Tapi yang bisa ku lakukan hanyalah tersenyum dan berkata "I'm fine..."

"Are you sure?"

"Yes I am"

"Hmmm okey, berangkat yaaa"

Believe In You [ WENGA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang