13

93 14 3
                                    

I'm sorry for late update. I wasn't feeling well this past two weeks and I have several problem to deal with 😥. Btw how is DYNAMITE??? 😁 wohooo it's really cool and fun for me. Well last but not least, happy reading and I hope you enjoy the story 😊

💜 I Purple You All 💜

.
.
.
.
.


*SHIFAN POV*

Siang ini aku sedang berada di ruang kerja ku, ditemani dengan berkas-berkas yang menumpuk di depan meja kerja ku.

"Huhhh..." aku menghela napas panjang.

Bukan, bukan karena banyaknya kerjaan yang menanti untuk ku kerjakan. Ada hal lain yang terus mengusik pikiran ku. Ya, kejadian seminggu yang lalu.

"Bos?" terlalu larut dalam pikiran, membuat ku tak sadar akan kehadiran Jimmy yang sudah di depan meja kerja ku.

"Ada apa Jim?"

"Huh, lu yang ada apa Fan. Kenapa sih bos? Kayaknya belakangan ini lagi ga fokus banget"

"Lu inget kan Jim, pas kemaren kita nangkep Bastian, dia bilang yang dia lakuin adalah pengalihan. Emang dari awal kejadian meninggalnya kakek Aya jadi sesuatu yang buat gue bingung. Gue rasa itu hal yang dimaksud Bastian. Tapi ga ada bukti apa pun, keluarga Aya seperti ga berusaha ngelak tentang kematian kakeknya yang janggal dan Aya juga seperti berusaha ngalihin pembicaraan terus pas gue tanya soal kasus itu. Gue ga yakin Jim, kalo meninggalnya kakek Aya itu merupakan kasus bunuh diri"

"Gue saranin, lu cari tau lebih lanjut deh Fan. Tapi jangan sampai Aya tau. Dia masih pusing kayaknya sama urusan pengambil alihan rumah sakit kakeknya"

Aku hanya menganggukan kepala ku tanda setuju dengan apa yang di ucapkan oleh Jimmy.

-
-
-

Sehabis pulang kerja, aku berencana untuk menjemput Aya di rumah sakit. Ya, sekarang Aya sudah tidak bekerja lagi di kantor ku. Ia harus menyiapkan diri untuk segera mengambil alih rumah sakit milik mendiang kakeknya.

Setelah mengabari Aya bahwa aku akan pergi menjemputnya, aku melajukan mobil ku menuju rumah sakit.

Sesampainya disana, aku langsung naik ke lantai dimana ruang kerja Aya berada.

TOK...TOK...

"Masuk..." terdengar suara lembut Aya dari dalam ruang kerjanya menyuruh ku untuk masuk.

"Hey..." senyum Aya berkembang mengiringi langkah kaki ku yang berjalan menuju dirinya.

"Haii.. kok cepet, tumben"

"Iya tadi ga macet. Kamu udah makan?"

Dengan nada manjanya Aya membalas ku. "Belum... laper... :( "

"Yaudah, nanti makan dulu sebelum pulang. Aku juga laper nih belum makan"

"Okeii"

"Btw, gimana progress nya Ay?"

"Lancar semuanya kok, tinggal beresin beberapa berkas, terus nunggu rapat juga sama pemegang saham buat bahas masalah ini. Dan kemungkinan pengesahannya minggu depan"

"Wow... cepet juga yaa"

"Siapa dulu dong yang ngerjain semua ini. Hehee"

Senyumannya memang terpajang jelas di wajahya, namun, aku tau, kerja keras yang dia lakukan tanpa henti selama seminggu ini hanyalah pengalihan dia dari rasa sakit akibat kehilangan orang yang dicintainya.

Aku tau secara fisik dia sudah lelah, namun, aku juga tau ketika dia berhenti untuk menyibukan dirinya, dia akan tenggelam kembali di dalam kesedihannya. Jadi, aku lebih memilih untuk diam dan terus memperhatikan kesehatannya, agar fisik dia tidak drop terlalu dalam.

Believe In You [ WENGA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang