04 { Emang Udah Takdirnya }

12 1 0
                                    

"NAY BANGUN!! UDAH JAM 6!!! KAMU NGGAK SEKOLAH APA?" teriak Ibu dari bawah yang tentu saja menyadarkanku dari tidur nyenyakku. Aku mengucek mata sebentar. Mengalihkan pandangan ke arah jam di sampingku.

Mataku mengerjap beberapa kali untuk memastikan jam berapa saat ini.

ASTAGA!!! AKU TELAT

Aku segera bangkit dari tidurku dan segera menuju kamar mandi. Aku berpikir sebentar di depan kamar mandi. Nggak ada waktu lagi buat mandi. Astagaaaa.

Beberapa menit kemudian, aku turun sambil sedikit berlari ke meja makan. Ngambil sepotong roti dan segera nyalam Ibu dan Ayah yang masih makan.

"Nggak bareng Nay?" Tanya Ayah yang segera menyelesaikan makannya saat melihat aku terburu-buru.

"Nggak deh Yah. Udah telat" ucapku asal.

"Ya emang kalau bareng Ayah makin telat ya?" Tanya Ayah yang menyadarkanku.

Benar. Seharusnya aku sama Ayah supaya nggak telat. Dasar bodoh.

"Ayo Yah pergi sekarang" ucapku mendesak Ayah.

-
-

"Kalian ini, kenapa harus ada aja sih yang telat setiap paginya. Tidur jam berapa emang ha? Sampai setiap hari itu saya terus aja ngehukum orang. Bosan tahu kalian" ucap Pak Marno sedikit curhat dengan rutinitas paginya yang cukup membosankan.

Aku hanya mendengus kesal. Ya aku terlambat. Ayah kejebak macet jadi mau tidak mau aku harus terlambat hari ini.

"Kamu yang lagi menung bantuin itu anak laki-laki berdua di sana" ucap Pak Marno yang menunjukku. Aku hanya mengangguk dan segera pergi ke tempat yang di tunjuknya.

Aku berjalan dengan malasnya menuju tempat itu. Sampai manik mataku melihat salah satu dari dua anak laki-laki itu.

Seperti orang yang aku kenal. Tapi siapa ya? Kok familiar banget ya dari belakang?

Aku terus mendekat dan tepat saat aku tiba, laki-laki itu membalikkan badannya.

"SHAKA?" tanyaku sedikit terkejut. Dia hanya menatapku malas. Tahu kalau sebentar lagi mungkin akan ada perselisihan yang nggak akan ada habisnya.

"Kamu telat? Hahahahaha bisa juga ya seorang Shaka telat?" Tanyaku sedikit mengejek. Shaka hanya menghela napas kasar. Mungkin dia sedang malas hari ini.

"Hahahahahaha pantesan rada kenal dari jauh. Eh ternyata itu kamu? Kok bisa telat kamu?" Tanyaku masih tertawa dan segera berjongkok di sampingnya.

"Ya emang udah takdirnya kali" ucapnya malas. Matanya sedikit bengkak. Bukan karena habis nangis, tapi kayaknya karena kurang tidur. Sesekali dia menguap. Fix dia pasti telat tidur makanya bisa telat kek gini.

"Makanya tidur itu di awal waktu bukan di akhir waktu" ucapku masih mencabut rumput yang tingginya tak seberapa ini.

Iya, sekolah kami salah satu sekolah favorit di daerahku. Sekolah kami termasuk menjadi salah satu sekolah adiwiyata yang tentunya kebersihan dan kerapian sekolahnya dijaga. Makanya rumput-rumput di sini sudah pendek. Karena emang sering dipotong.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Shaka yang terlihat benar-benar ngantuk.

Aku melihat ke arah jam tanganku. Astaga. Aku tidak memakainya. Ya ampun, kenapa bisa tinggal?

"Aku lupa bawa jam tangan hehe" ucapku tersenyum polos. Shaka hanya menatapku malas sambil menghela napasnya kasar. Dia melihat ke sekeliling kami.

Beberapa saat kemudian, dia menarik tanganku dan membawa ku pergi entah kemana.

-
-

"Makasih ya Bu" ucapnya kepada Ibu yang barusan memberi pesanannya. Aku hanya menatapnya tak percaya.

"Ayo makan. Lapar nih. Kalau kamu nggak mau yaudah balek sana. Tapi jangan bilang ke pak Marno ya" ucapnya masih asik melahap sarapan paginya.

Aku hanya menghela napas dan memilih untuk duduk di kantin daripada balik ke sana.

Sejujurnya aku nggak tahu apa lagi yang harus kami bersihin. Karena emang pekarangan sekolah itu udah bersih sebersih-bersihnya. Jadi ya untuk apa aku balik.

Rasa bosan tentunya menyerangku dengan sangat cepat. Aku mengeluarkan smartphone dan memainkannya sebentar. Jam masih menunjukkan pukul 08:00, masih ada sekitar 15 menit lagi untuk bel masuk jam pelajaran kedua.

"Eh Shak" ucapku membuat Shaka sedikit kaget.

"Hmm?"

"Rumah lama kamu udah ada yang ngisi" ucapku mencoba memulai percakapan dengannya.

"Trus?" Tanyanya sedikit acuh dan tidak tertarik.

"Ya cuma mau bilang aja" jawabku agak sedikit malu.

"Bilangin ke yang punya, hati-hati di kamar aku ada sesuatu yang tak terlihat" ucapnya membuatku sedikit merinding.

Aku termasuk gadis yang tidak menyukai sesuatu yang mistis. Terutama film hantu. Jangan pernah mengajak aku nonton apalagi nonton film hantu. Sudah sangat jelas jawabannya..

"Beneran kamu?" Tanyaku bodoh.

Shaka tertawa pelan lalu menatapku, "Ya nggaklah. Bodoh banget" ucapnya mendorong keningku kecil.

Aku memajukan bibirku, cemberut. Sambil memperbaiki poniku yang sedikit rusak karenanya.

"Eh iya Shak" ucapku lagi yang hanya dibalas tatapan bertanya dari Shaka.

"Kamu tahu nggak siapa yang tinggal disitu?" Tanyaku yang ingin membuatnya penasaran.

"Ya nggaklah" jawabnya sekenanya.

Aku menghela napas sebentar, "Kamu ingat nggak hari dimana aku nabrak anak laki-laki trus jatuh di depan banyak orang?" Tanyaku mencoba mengingatkan Shaka hari dimana aku tidak ingin mengingatnya.

Shaka terlihat berpikir sebentar lalu mengangguk menandakan ia mengingatnya.

"Tahu nggak? Laki-laki itu yang tinggal di rumah kamu sekarang" ucapku antusias.

"Tu?" Balas Shaka di luar ekspektasiku. Aku kembali memajukan bibir cemberut.

"Hahahahaha, jangan manyun terus" ucapnya kembali mendorong keningku.

Aku hanya menatapnya kesal.

"Udah takdirnya kali" ucapnya meninggalkanku yang masih sangat sangat kesal dengannya.

-
-

Selamat membaca😊
Semoga tertarik ya semuaaaaanyaaaa😊

Pekanbaru, 25 Desember 2018

(Pekanbaru, 13 November 2019)

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang