21 { DEJA VU }

5 0 0
                                    

Pagi ini, Nino mengajakku jalan-jalan. Berhubung masih liburan, aku mengiyakan dengan cepat dan segera bersiap. Beberapa jam kemudian Nino datang dan kami segera berpamitan pada Ibu.

"Kita mau kemana?" tanyaku pada Nino yang fokus membawa motornya. Sebenarnya aku sedikit khawatir dengan Nino yang membawa motor sendiri. Khawatir jika-jika penyakitnya kambuh ditambah aku yang tidak bisa mengendarai motor. Karena salah satu motto hidup aku adalah "Hidup itu berdampingan, aku jadi penumpang dan kamu jadi pengendara. Selalu berdampingan bukan?". Motto hidup yang selalu ditertawakan oleh Shaka.

Mataku terbuka sempurna melihat tempat yang dikunjungi Nino saat ini. Taman Bermain.

"Kita ngapain ke sini?" tanyaku sedikit bergetar. Aku tidak tahu alasan pastinya, hanya saja setiap melihat ataupun mendengar tentang taman bermain, aku sedikit ketakutan.

"Ya main. Kamu nggak pernah ke sini?" tanya Nino menatapku tidak percaya.

"Ha? Nggak pernah kayanya" ucapku sedikit terbata.

"Ayo!" ajak Nino menarik tanganku pelan. Aku sedikit menahannya dan menatap Nino dengan segala ketidak yakinanku. Kepalaku sedikit menggeleng namun Nino membalasnya dengan senyum manisnya.

"Nggak kenapa-napa. Ada aku"

-

-

"Bang, naik itu yok!" ajak gadis kecil itu bersemangat.

"Nggak ah. Kita nggak dibolehin naik itu"balas laki-laki seumuran di sampingnya.

"Kenapa gitu?Aku pengen naik itu" ucap gadis kecil itu lagi dengan wajah memelasnya.

"Nggak boleh. Ayo cari jajan aja" balas laki-laki di sampingnya dan menarik tangan gadis itu menjauhi wahana yang memang tidak diperbolehkan untuk umur mereka.

Kedua saudara kembar itu berkeliling menunggu kedatangan sang kakak dan kedua orang tua mereka. Taman bermain ini adalah taman bermain favorit mereka, bahkan mungkin beberapa penjual atau pemilik wahana sudah mengenali kedua anak kembar itu.

"Bang, kok Bunda, Ayah dan kak Rina lama banget ya? Katanya Cuma sebentar" ucap gadis kecil itu sedikit takut.

"Mungkin urusannya belum selesai. Kita tunggu aja ya, kan ada abang di sini" balas saudara kembarnya menenangkan sang gadis. Gadis itu hanya mengangguk, berharap orang tua dan kakak mereka akan segera datang.

Awan mendung mulai berkumpul, membuat cuaca yang sebelumnya biasa saja menjadilebih dingin. Rintikan hujan mulai berjatuhan, membasahi bumi yang mulai mengalami kekeringan. Beberapa pengunjung mulai mencari tempat untuk berteduh, tak terkecuali dengan dua anak kembar itu. Berlarian menuju tempat yang dapat meneduhkan mereka, karena sang abang tidak boleh terkena hujan.

"Kita di sini aja ya" ucap anak laki-lakiitu yangdibalas oleh anggukan sang gadis kecil. Gadis kecil itu asyik memainkan rintikan hujan yang jatuh melalui genteng tempat mereka berteduh, sedangkan sang abang hanya memperhatikan sambil beristirahat.

Suara gaduh membangunkan anak laki-laki tadi dari tidurnya. Matanya membulat sempurna saat melihat keadaan kacau dihadapannya kini. Semuaorang berlarian di bawah hujan rintik yang juga belum berhenti. Mencoba menyelamatkan diri entah dari masalah apa. Anak laki-laki itu berdiri, melihat sekelilingnya yang semakin rusuh. Kerumunan itu memaksanya ikut berlarian, meski tak tahu kemana pastinya.

"Sheryl" ucapnya teringat pada sang adik yang sudah tidak lagi bersamanya sejak tadi. Ia menghentikan larinya, berputar arah untuk mencari sang adik.

"Bang" terdengar teriakan kecil dari arah belakang bersama dengan rintihannya. Anak laki-laki itu berbalik, mencoba mencari sumber suara yang ia yakini itu adalah adik kembarnya. Namun, sebuah tangan menarik lengannya. Menggendongnya dan membawanya pergi menjauh. Anak laki-laki itu memberontak, berusaha keras untuk lepas dari gendongan laki-laki dewasa itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang