11 { Kembali Bersama }

7 1 2
                                    

Suatu pemandangan yang aneh, Dito yang biasa duduk di belakang Shaka kini duduk dihadapanku. Aku berjalan sambil terus berpikir apa lagi yang terjadi antara mereka.

"Ada apa?" Tanyaku tepat saat  aku mendudukkan tubuh ku di kursi.

"Nggak di respon" ucapnya tanpa basa-basi.

Aku mengerti maksud pembicaraannya ini. Aku mengalihkan pandanganku pada kursi Shaka yang masih kosong.

"Udah dichat?" Tanyaku yang dibalas anggukan dari Dito.

"Telfon?" Tanyaku lagi yang kini dibalas gelengan olehnya.

"Kenapa?" Tanyaku lagi.

"Malu" jawabnya menunduk.

Aku tersenyum melihat tingkah Dito. Tanpa sadar, dengan melihat tingkahnya aku mengerti arti sebuah pertemanan. Tak ada teman yang akan baik-baik saja disaat hubungan pertemanannya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Suatu masalah akan dapat terselesaikan ketika seseorang menyampingkan ego. Itu akan sering terjadi pada sebuah pertemanan. Mengedepankan ego sama dengan menghancurkan pertemanan. Itu hal penting yang kudapat.

"Yaudah, gini aja" ucapku terpotong, mengambil napas sebentar.

"Nanti aku bantu supaya kamu bisa bicara lagi sama Shaka" lanjutku bertepatan dengan datangnya Shaka.

-
-

"Iya Bu" ucap seluruh siswa di kelas dengan serentak. Masing-masing dari mereka mulai merapikan buku dan segala hal yang harus dibawa kembali.

"Assalammualaikum Bu, ada apa? Naya udah pulang nih" ucapku menjawab telepon dari Ibu.

"Kamu pulang sama Nino bisa? Ibu sama Ayah ada urusan. Pulanhnya malam kayaknya. Kamu sama Nino dulu mau nggak?" Balas Ibu dari seberang telepon.

Aku diam beberapa saat dan melihat Nino yang akan segera keluar. Tak bertahan lama, pandanganku jatuh pada Shaka yang kini telah berdiri di depan pintu menunggu beberapa orang lainnya untuk keluar.

"Aku sama Shaka aja Bu. Boleh ya? Ntar disana dulu sampai Ibu pulang" ucapku yang diperbolehkan oleh Ibu.

"SHAKA" teriakku setelah mematikan panggilan telepon dari Ibu dan mendekatinya.

"Apa?" Tanyanya seperti biasa.

"Aku pulang sama kamu bisa?" Tanyaku dengan mengimutkan wajah.

Shaka berpikir sejenak dan menganggukkan kepalanya. Aku tersenyum senang dan mengikutinya dari belakang.

-
-

"Ni pake" ucapnya sambil menyodorkan helmnya padaku.

"Trus kamu gimana?" Tanyaku ragu mengambilnya.

"Nggak pake" ucapnya santai dan mendudukkan tubuhnya di atas motor. Aku hanya mengikuti apa yang dikatakannya dan bersiap di belakangnya.

"Pegangan. Ntar jatuh" ucapnya tersenyum jahil. Aku memukul pelan pundaknya dan menatapnya sinis dari kaca spion. Shaka hanya tertawa melihat tingkahku dan segera menjalankan motornya.

Tak ada satupun percakapan diantara kami sampai Shaka memberhentikan motornya di depan toko buku.

"Kenapa berhenti?" Tanyaku turun dari motor dan menatapnya bingung.

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang