05 { Bahagia itu Sederhana }

12 1 0
                                    

"SHAAAKAAA" teriakku di depan kelas. Masih pagi dan aku terkejut bagaimana bisa aku datang sepagi ini. Karena biasanya aku datang 15 menit sebelum bel bunyi. Aku berjalan meletakkan tas ku dan segera ke tempat Shaka. Laki-laki itu terlihat sedang memainkan smartphonenya.

"Nonton apaan?" Tanyaku yang mencoba melihat apa yang dilihatnya.

"Nggak ada" ucapnya langsung mematikan layar smartphonenya.

"Ngapain?" Tanyanya menghadapku membuat jarakku dengannya cukup dekat. Aku terkaget dan segera menarik wajahku dan duduk di kursi depannya.

"Nggak ngapa-ngapain. Cuma terkejut aja aku bisa datang jam segini" ucapku tersenyum bahagia. Aneh.

"Dasar tukang telat. Tumben?" Tanyanya mengejek.

"Hehe, tadi Ibu banguninnya cepat ya jadinya cepat deh" jelasku masih senyum-senyum nggak jelas.

Shaka hanya tertawa melihat tingkah absurdku. Kami lanjut bercerita sampai seseorang masuk ke kelas tanpa mengucapkan satu katapun. Aku sedikit terkejut begitupun dengan Shaka. Laki-laki itu terlihat menenangkan jantungnya yang mungkin berdetak cukup keras karena terkejut. Aku tertawa melihatnya.

"Alay kamu" ucapku.

"Biarin" balasnya cuek.

Aku melihat sebentar ke arah laki-laki itu lalu mengalihkan pandangan ke arah Shaka yang kini sibuk dengan bukunya.

"Itu.. siapa?" Tanyaku ragu. Iya beberapa hari kemarin aku nggak masuk sekolah. Sakit.

"Anak baru" ujarnya santai.

Aku mengangguk-angguk mengerti lalu jalan ke tempat anak baru itu. Aku tipe anak yang suka berkenalan. Bisa dibilang SKSD (sok kenal sok dekat). Banyak yang agak nggak suka sih sama sifat aku yang satu ini. Tapi ya mau gimana lagi. Aku cuma ngikutin apa kata Ibu, "Silahturahmi itu penting Nay. Jadi jangan sok-sokan sendiri. Kamu makhluk sosial bukan individual. Ntar kalau meninggal kamu juga butuh bantuan. Ya kali bisa masuk kubur sendiri". Ucapan Ibu yang selalu aku ingat.

"Hai. Kenalin aku Senaya" ucapku menyapanya.

Laki-laki itu mendongakkan kepalanya dan menatapku santai.

Tunggu

Kayak kenal

Tunggu

Aku ingat

"KAMU" ucapku terkejut. Iya itu dia, laki-laki yang mencuri novelku yang ternyata tetangga samping rumahku dan sekarang menjadi teman sekelasku. (Cocok ni judul sinetron)

Shaka yang mungkin sedikit kepo mendekatiku.

"Kenal?" Tanyanya.

Aku masih melebarkan mata tak percaya. Bagaimana bisa dia jadi teman sekelasku? Kenapa???

"Nggak" ucap laki-laki itu lalu pergi meninggalkan aku dan Shaka.

Shaka hanya mengangguk pelan dan kembali menatapku.

"Kenal?" Tanyanya lagi.

-
-

Hari ini sekolah ada acara jadi besar kemungkinan nggak akan belajar. Aku sedikit malas untuk datang, tapi karena keuanganku yang semakin berkurang aku harus datang.

Untuk pertama kalinya aku pergi bareng Shaka. Kemarin malam dia chat dan bilang mau pergi sama. Aku sedikit terkejut. Tapi aku iyain. Toh juga kami udah kenal dari kecil.

"Nay, Shaka udah di depan" ucap Ibu yang langsung membuatku turun.

"Pergi dulu ya Bu. Assalammualaikum" ucapku berpamitan dan menyalam tangan Ibu. Kata guruku, "Ridho orang tua adalah ridho Allah. Jadi kalau mau dapat ridho Allah ya harus dapatin dulu ridho orang tua. Berpamitan kalau pergi salah satunya"

"Hati-hati. Jangan main-main di jalan. Jagain Naya tolong ya Sha" ucap Ibu tersenyum pada Shaka.

"Siap Bu" balas Shaka sedikit berbeda dari dia yang di sekolah.

Aku segera menaikkan tubuhku di motornya dan meletakkan tasku di antara kami. Beberapa saat kemudian, Shaka menjalankan motornya dan menjauh dari rumah.

-
-

"Nanti orang pulang cepat. Mau bareng apa nggak?" Tanya Shaka saat tepat ketika kami sampai di parkiran.

Aku hanya mengangguk menyetujui.

"Nay" ucapnya tiba-tiba.

"Ada apa?" Tanyaku menatapnya sedikit bingung. Benar, Shaka berbeda.

Shaka hanya diam beberapa saat lalu tersenyum lebar. "Nggak ada" ucapnya meninggalkanku.

Aku hanya menatapnya dan menggelengkan kepala pelan.

-
-

"Nay, nonton kuy" ajak Caca saat aku masih sibuk dengan tugas sekretarisku.

"Nonton apa?" Tanyaku tanpa melihat ke arahnya.

Caca adalah sahabatku. Kami selalu bersama dari SMP. Kayak udah takdir gitu.

"Futsal. Itu kelas kita bentar lagi main" ucapnya duduk di sampingku dan melihat pekerjaanku.

"Siapa aja yang main?" Tanyaku lagi.

"Yang pasti Shaka ada" jawabnya hanya menyebutkan satu nama. Padahalkan futsal 6 orang.

"Oohh" balasku sambil menutup buku-bukuku dan berdiri.

"Ayo" ucapku yang disambut dengan senyuman cerah Caca.

-
-

"KANAN SHAK KANAN" teriak Dito dari arah bangku penonton. Dito adalah salah satu anak ekskul futsal yang malas main futsal. Katanya ini cuma antar kelas, nggak seru.

Shaka yang mendengar teriakan Dito mengoper bola ke arah yang disebutkan. Tepat ke arah Nino (si anak baru). Iya aku baru tahu namanya.

Nino yang melihat operan itu dengan sigap mengambil dan menjaga bola agar tidak diambil lawan. Dia memainkan bola dengan sangat lincah. Keren.

"Sini Nin" teriak Rendi dari arah dekat gawang lawan. Tanpa pikir panjang Nino langsung menembakkan bola itu ke Rendi. Dan Rendi dengan sigapnya menembak bola operan Nino. Dan..

"GOOOOL" teriak aku dan teman-temanku sambil melompat terkejut. Rendi dengan senangnya melakukan selebrasi di tengah lapangan. Sedangkang kami penonton bersorak ria dari pinggir lapangan.

Pertandingan berakhir dengan kelas kami pemenangnya. Aku bersorak bahagia begitupun yang lain. Shaka dan pemain lainnya segera mendatangi kami.

"Selamat ya bro" ucap Dito sambil bersalaman ala laki-laki gitu ke Shaka.

"Makasih" ucap Shaka tersenyum bahagia.

"Ayo ayo sini foto dulu" teriak Renita dengan kamera ditangannya.

Kami kemudian berkumpul dengan para pemain di depan dan kami suporter di belakang.

"Dek dek, tolong fotoin" ucap Dito pada salah satu adik kelas yang lewat.

"1, 2 , 3" teriak adik itu sambil mengambil beberapa foto kami.

Untuk kesekian kalinya aku tertawa puas. Benar kata orang, bahagia itu sederhana. Cuma dengan senyum itu udah berasa bahagia banget.

Kami berkumpul kembali dan bersorak bahagia. Aku tertawa bersama Caca dan beberapa teman cewek lain. Mataku tanpa sadar melihat Shaka yang juga melihat kearahku dengan senyum yang sangat lebar. Aku membalas senyumnya tak kalah lebar.

Tunggu

Ada yang aneh

Jantung aku kenapa?

-
-

Selamat membaca😊
Semoga nggak bosan yaa

Pekanbaru, 27 Desember 2018

(Pekanbaru, 27 November 2019)

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang