07 { Mari Berteman }

8 1 0
                                    

"Assalammualaikum"

"Waalaikumsalam. Eh Ibu, ada apa? Pagi-pagi banget ke sini?"

"Hmm, Ibu boleh nitip Naya ke sekolah bareng Nino nggak?"

"Ohh boleh boleh Bu"

-
-

"Jangan lupa bilang makasih sama kak Rena ya" ucap Ibu memberikan tasku. Aku hanya mengangguk malas.

Pagi ini, Ayah tiba-tiba ditelfon untuk kerja ke luar kota beberapa minggu. Jadi, pagi-pagi sekali tadi Ayah berangkat.

Dan sekarang disinilah aku berada. Duduk manis di belakang laki-laki yang dapat dikatakan tak pernah kudengar suaranya di sekolah. Dan satu hal yang pasti, laki-laki yang selalu saja membuatku jengkel tanpa alasan.

"Ayah kerja kemana Nay?" Tanya kak Rena memecah keheningan diantara kami.

"Ke luar kota kak" jawabku yang dibalas decihan sepele dari Nino.

"Loh kenapa No?" Tanya kak Rena sedikit marah dengan adiknya yang kurang sopan itu.

"Jawabannya nggak masuk akal" jawab Nino malas.

Apa? Nggak masuk akal? Apanya yang salah coba? Kan bener, Ayah ke luar kota.

"Apanya yang nggak masuk akal?" Tanyaku sedikit kesal.

"Pikir sendiri" balas Nino semakin jutek.

Kak Rena hanya tersenyum melihat tingkah kami berdua yang kini sama-sama diam. Tapi tidak denganku. Aku mengutuk Nino di balik pikiranku. Seandainya bukan ke sekolah, aku milih jalan kaki dari pada bareng ini anak.

-
-

"Nanti kamu pulang sama Kakak mau?" Tanya kak Rena dari dalam mobil.

"Nggak usah Kak. Nanti Naya bareng teman aja" ucapku menolak.

"Ohh kalau gitu okedeh. Kakak pergi dulu ya. Jangan berkelahi mulu sama Nino. Berteman gih, kan tetanggaan" ucap kak Rena lalu melajukan mobilnya. Aku hanya tersenyum manis mendengar ucapan kak Rena.

"Berteman? OGAH" ucapku tanpa sadar.

"Sama siapa?" Tanya seseorang yang hampir membuatku terjatuh.

"Ih jangan buat orang terkejut bisa nggak sih?" Tanyaku jutek pada Shaka yang kini melihatku bingung. Shaka berjalan ke sampingku.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Nggak kenapa-napa" jawabku malas.

"Udah berteman ya sama anak baru?" Tanya Shaka yang tentunya dapat balasan tatapan tajam dariku. Shaka tertawa pelan tapi berhasil menghilangkan matanya.

"Ngapain berteman sama tu anak" ucapku masih terbawa emosi.

"Berteman gih! Ajak ngomong, biar sekali-kali kedengeran suaranya" ucap Shaka yang membuatku sedikit terkejut. Ku pikir Nino hanya diam padaku, tetapi ternyata pada Shaka diapun belum bicara.

"Emang kamu belum pernah bicara sama dia?" Tanyaku penasaran.

"Malas" balas Shaka yang membuatku lebih terkejut lagi. Bagaimana tidak seorang Shaka mengatakan malas untuk berbicara dengan orang lain.

Shaka memang bukan anak yang memiliki teman terlalu banyak. Tapi ia termasuk anak yang cukup ramah pada orang baru. Apalagi jabatannya sebagai ketua kelas. Seharusnya dia sudah berbicara dengan anak baru itu.

"Ah bohong. Pas tanding futsal kemarin aja kamu bicara sama dia" ucapku mengingat-ngingat.

"Aku cuma teriak. Nggak ada maksud dan tujuan untuk bicara sama dia" ucapnya membela.

"Ih kan sama aja. Kamu nyebut nama diapun" ucapku lagi membantah.

"Dan nggak dibalaskan sama dia?" Ujar Shaka masih memberi pembelaan terhadap dirinya. Aku mengangguk pelan.

"Ya namanya aku belum bicara sama dia" simpulnya dan pergi meninggalkan aku.

Aku hanya menatap punggung Shaka yang semakin menjauh. Aneh.

-
-

"Bu, Rena boleh minta tolong. Ntar malam Rena pulang agak lama. Ada kerjaan yang harus diselesaikan. Bisa tolong lihatin Nino di rumah Bu?"

"Ohh bisa bisa Ren. Nanti Ibu suruh Naya ke rumah ya. Emang Nino kenapa?"

"Tadi pas pulang sekolah badannya agak panas Bu. Takutnya ntar kenapa-napa pula"

"Oke oke Ren. Ntar Ibu lihatin bareng Naya"

"Makasih banyak ya Bu"

"Iya sama-sama"

-
-

"Nay" panggil Ibu dari balik pintu.

"Masuk aja Bu. Nggak ke kunci" ucapku yang masih sibuk mengerjakan tugas sekolah tadi.

"Ke rumah Nino gih. Tadi kak Rena minta tolong sama Ibu. Cuma Ibu masih masak. Kamu duluan gih ke sana, lihatin Nino. Ntar Ibu nyusul" ucap Ibu masih berdiri di depan pintu.

"Ngapain lihatin dia. Kan udah besar Bu, nggak harus dijaga juga bisa jaga diri" balasku malas.

"Lihatin bentarlah Nay. Kata kak Rena tadi pulang sekolah badannya agak panas. Takutnya panasnya naik kan bahaya. Ntar Ibu nyusul deh. Janji" ucap Ibu sedikit memelas. Aku hanya menghela napas kasar dan segera menutup buku-bukuku.

"Datang ya Bu. Jangan lama-lama" ucapku meninggalkan Ibu.

-
-

"Assalammualaikum" teriakku sambil mengetuk pintu. Butuh waktu cukup lama bagiku untuk masuk.

"Ada apa?" Tanya Nino yang emang kelihatan kurang enak badan.

"Di suruh kak Rena lihatin kamu" ucapku pelan.

"Nggak usah. Pulang aja. Aku nggak kenapa-napa kok" ucapnya berbeda dari biasanya.

"Maunya sih gitu. Cuma ntar Ibu marah kalau aku balik. Kamu di kamar aja. Biar aku di ruang tamu nungguin Ibu" ucapku yang hanya dianggukin oleh Nino.

Untuk kedua kalinya aku masuk ke rumah ini. Rumah yang dulu cukup sering aku datangi. Masih sama seperti dulu. Masih membuatku merasa nyaman.

Tanpa perintah aku duduk di ruang tengah dan menghidupkan televisi. Berasa rumah sendiri. Aneh memang, setiap kali aku berada di rumah ini dan bersama Kak Rena maupun Nino. Ada sebagian kecil hatiku yang merasa sangat senang. Seperti menemukan sesuatu yang sudah lama kuinginkan. Bahagia.

-
-

"Kamu kenapa?" Tanyaku masih terkejut dengan bunyi pecahan gelas dari kamar Nino dan sekarang semakin terkejut dengan kondisi Nino. Nino hanya menggeleng pelan dengan keringat dingin di wajahnya. Wajahnya semakin pucat, panasnya pun semakin tinggi.

"Aku telpon kak Rena dulu" ucapku mengambil ponsel namun langsung dihalangi Nino. Aku menatapnya bingung. Sedangkan Nino hanya memberi ekspresi menahan sakit.

"O..o..bat" ucapnya cukup kesusahan sambil mengarahkan tangannya pada laci meja belajar yang berada di hadapan kami sekarang.

Aku melihat sebentar ke laci itu dan segera mengambil beberapa obat yang ada di sana. Memberikan  beberapa butir pada Nino.

Ada apa dengannya? Mengapa dia terlihat begitu berbeda? Semoga dia baik-baik saja.

-
-

Pekanbaru, 31 Desember 2018

Hari terakhir di 2018.
Mari sambut 2019 dengan segala hal yang baru..

Selamat jalan 2018 dengan segala kenangan..
Dan
Selamat datang 2019 dengan segala keajaiban..

(Pekanbaru, 7 Januari 2020)
Dibuat 2018 dipublish 2020
Hmm :)

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang