03 { Tetangga Baru }

15 1 0
                                    

Aku keluar kamar dengan wajah sedikit malas. Kembali kesal karena mengingat novel impianku yang sudah hilang entah kemana. Ini semua salah Shaka. Dan dia harus ganti rugi.

"Lama banget sih Nay" ucap Ibu yang sepertinya sudah menungguku dari tadi.

"Maaf bu" balasku malas.

"Yaudah. Ayo kamu bawa itu bantuin ibu" ucap Ibu menunjuk ke arah beberapa mangkuk di atas meja. Dahiku mengernyit.

"Untuk apa bu?" Tanyaku sedikit bingung.

"Ya untuk dibagiin ke tetangga" jawab Ibu santai.

"Lah tapi kita mau ke rumah sebelah" ucapku masih bingung.

"Iya sekalian bagiin ini dulu ke tetangga. Tadi Ibu masak banyak, jadi ya bagi-bagi aja" ucap Ibu berjalan mendahuluiku.

"Ayo" lanjutnya mengajakku. Aku hanya mengekor di belakangnya.

Kami tinggal di komplek perumahan yang cukup padat. Sudah sekitar 10 tahun aku tinggal di sini. Sudah banyak tetanggaku yang pergi ke rumah baru dan meninggalkan perumahan ini. Salah satunya Shaka, eh bentar. Itu termasuk meninggalkan atau nggak ya?

Shaka dulu tinggal tepat di rumah samping yang akan kami datangi ini. Tapi nggak tahu kenapa dia dan keluarganya pindah. Aku sedikit sedih sih. Agak susah ketemu dia jadinya, eh bukan ketemua dia tapi ketemu Ryan. Adiknya yang super imut dan ganteng. Jauh beda sama dia.

Ibu termasuk tetangga yang perhatian sama tetangga lain. Kalau ada apa-apa Ibu paling cepat bantu. Katanya, kita punya tetangga untuk dijadiin saudara paling dekat kita. Bukan didiamin.

Aku selalu salut sama Ibu. Ibu bukan wanita karier yang sibuk setiap saat. Juga bukan wanita yang kerjanya selalu di rumah. Tapi bagiku, Ibu adalah wanita luar biasa yang nggak ada tandingannya.

Ibu selalu mengajarkanku arti kehidupan. Ibu ngajarin aku gimana cara jalanin hidup dengan baik. Ngajarin aku bahwa hidup itu bukan pake emosi tapi pake otak. Pokoknya Ibu the bestlah buat aku.

-
-

"Assalammualaikum" ucap Ibu sambil mengetuk pintu rumah ini.

Tak butuh waktu lama, pintu tersebut terbuka dengan seorang wanita muda di depannya.

"Waalaikumsalam. Silahkan masuk Bu" ucapnya tersenyum.

Cantik. Satu kata yang terlintas di otakku.

"Iya makasih" balas Ibu masuk. Aku hanya mengekor di belakangnya.

Wanita itu segera ke dapur dan memberi kami minum. Sedangkan aku dan Ibu duduk di ruang tengah mereka.

Sudah lama aku tidak di sini. Dulu waktu Shaka masih tinggal di sini, setiap hari aku pasti main di sini. Iya, aku dan Shaka sangat dekat. Tapi hanya di rumah, di sekolah kami seakan tidak saling kenal. Ntahlah, aku nggak tahu kenapa Shaka seperti itu.

"Diminum Bu. Maaf rumahnya masih berantakan" ucap wanita tadi menyodorkan gelas dihadapan kami. Ibu dan aku hanya mengangguk.

"Tinggal sendiri kamu?" Tanya Ibu membuka percakapan.

Wanita itu menggeleng. "Nggak Bu. Saya tinggal sama adik saya" jawabnya tersenyum.

Aku terpana. Senyumannya manis sekali. Aku suka. Eh tunggu. Aku normal ya.

"Ohh kirain sendiri. Orang tua kamu mana?" Tanya Ibu lagi sambil meminum sedikit teh yang sudah disajikan wanita itu.

Wanita itu terdiam sesaat. Seperti memikirkan jawaban apa yang harus dikeluarlannya. Ibu juga terlihat bingung. Sedangkan aku hanya melihat dua wanita ini.

"Ayah sama Bunda udah meninggal Bu" jawab wanita itu, membuat aku dan Ibu sedikit terkejut. Bahkan Ibu sampai tersedak.

"Maaf maaf. Saya nggak tahu" ucap Ibu merasa bersalah.

Wanita itu hanya tersenyum menggeleng.

Cantik.

-

Sudah sekitar satu jam kami di sini dan Ibu masih betah bercerita dengan wanita itu. Tunggu dulu, aku harus memanggilnya apa ya? Wajahnya tidak begitu tua. Bahkan dapat dikatakan masih muda. Kakak? Iya sepertinya aku harus memanggilnya kakak.

"Assalammualaikum" terdengar suara laki-laki dari arah pintu yang membuat aku dan Ibu dengan spontan menatap ke arah pintu.

"Sudah pulang? Ayo sini kenalan sama tetangga baru" ucap kakak itu tepat ketika laki-laki yang aku tebak ialah adiknya masuk dan tepat menatap ke arahku.

Mata kami bertemu sesaat.

Tunggu dulu.

Wajahnya terlihat tidak asing.

Aku tahu dia.

Sepertinya aku sudah pernah bertemu.

Tunggu.

Tunggu.

Aaaahh aku ingat.

Ini dia.

LAKI-LAKI PENCURI NOVELKU.

Tanpa sadar aku berdiri. Ibu dan kakak itu terlihat bingung. Sedangkan laki-laki itu masih menatap ku seperti kenal.

"Kamu ngapain diri? Ayo duduk" ucap Ibu sambil narik-narik baju aku. Aku yang tersadar langsung duduk dan pasang tampang polos dihadapan mereka semua sambil senyum tipis.

-
-

Selamat membaca😊

Pekanbaru, 24 Desember 2018

(Pekanbaru, 29 Oktober 2019)

MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang