waduh kesiangan...sorry soalnya dari kemarin belum dapet mau nulis apa, dan baru dapet ide pas udah malem. jadinya begadang dah wkwk, happy reading
*****
Bak buk...gubrak....
Mei dan Ricky sedang berlatih bertarung jarak dekat, sedangkan aku dan Nikita menonton dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Kami setuju untuk sesekali melakukan latihan bersama anggota tim, karena mulai sekarang kami adalah bagian dari tim elit organisasi. Dan untuk mendapat chemistry terhadap satu sama lain.
Mei terlihat mendominasi sparring nya membuat Ricky kewalahan dengan semua pukulan dan bantingan darinya. Meskipun ini latihan Mei tidak mengampuni Ricky, layaknya sedang bertarung sungguhan. Gerakannya yang tidak berpola membuat Ricky kesulitan memprediksi gerakannya. Ditambah lagi dengan mulut pedasnya dia mengacaukan fokus Ricky, memang kemampuan memprovokasi lawan berguna pada saat bertarung atau bertempur. Karena gerakan yang didasari emosi dapat terbaca dengan jelas, karena lawan yang sudah terprovokasi tidak dapat berpikir jernih.
Buak...
Mei mundur beberapa langkah, mengusap dagunya. Ricky berhasil menemukan celah dan dia memanfaatkannya. Mei langsung meluncurkan beberapa pukulannya, Ricky dapat menepisnya meskipun beberapa pukulan sudah mendarat di tubuhnya. Sepertinya dia sudah mulai mengimbangi Mei.
"Segitu saja kemampuan mu hah?" Mei mulai memprovokasi lagi. Ricky hanya diam, dia tidak tersulut provokasi Mei
Mei melancarkan pukulan straight dengan tangan kirinya, Ricky berhasil menghindar dengan menunduk. Mei sekilas terlihat menyeringai, dia melancarkan uppercut dengan tangan kanannya. Ricky terkena pukulan itu, tubuhnya melambung keatas. Namun, dia tidak menyianyiakan kesempatan itu, dia melingkarkan kedua kakinya ke leher Mei dan membantingnya. Kemudian melompat mundur beberapa meter.
"Jadi kau juga bisa bertarung heh?" Mei mencoba memprovokasi lagi
"pelatihku bilang tak perlu membuang tenaga melawan orang bodoh" Ricky terkekeh. Walaupun tak kusangka dia malah membalikkan provokasi dari Mei.
Mei berlari, dan melancarkan pukulan straight nya lagi dengan tangan kanan. Ricky menepisnya dan membalas dengan pukulan keras di dada Mei. Nampaknya pukulan itu tidak terlalu ber-efek, Mei menyiku wajah Ricky dan mendaratkan pukulan keras di perut nya hingga dia tersungkur. Tak memberi ampun dia melancarkan Axe kicknya. Nikita dengan cepat menahan serangan Mei.
Grep...
"heh mesum...kau tidak lihat, dia bisa terkapar kalau kau meneruskannya" tunjuk Nikita pada Ricky yang masih tersungkur,sambil menahan serangan Mei dengan tangannya.
"Nikita benar Mei, Ricky sudah berada pada batasnya. Kurasa kalian sebaiknya beristirahat sekarang" ucapku seraya menghampiri mereka. Mei menurunkan kakinya dan berjongkok didekat Ricky
"Kau tak apa?"tanya Mei sambil mengulurkan tangan.
"hanya orang gila yang bilang 'tak apa-apa' setelah dihajar habis habisan" Ricky membalas dengan sarkas, dan menyambut tangan Mei. Mei tertawa lepas, lalu dia membantu memapah Ricky agak menjauh dari kami
"kau sudah siap Nik?" tanya ku
"sebentar" Nikita membuka jaketnya, dia mengenakan kaos putih tanpa lengan.
"sekarang sudah" dia langsung melancarkan tendangan tingginya ke arah wajahku.
Aku menepisnya tapi tak kusangka dia malah melakukan back kick.
YOU ARE READING
SNIPE
Science Fiction[Book 1 : Clear] [Book 2 : on going] Scope seorang sniper melihat segalanya, bahkan kebusukan yang tersembunyi JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW DAN VOTE YA, BIAR DIRIKU SEMANGAT UPDATE SETIAP HARI . CIAOO...