Decision

3.9K 209 3
                                    

***

Arkan bergegas menuju kekantor guru untuk menemui ustazah zur.
Setelah kejadian kamis malam lalu, arkan merasa tak nyaman.
Mengapa atika keluar dari DIM, dan memilih KSM.

Padahal sebelumnya, atika telah mengatakan bahwa ia lebih memilih DIM ketimbang KSM.

Itu semua membuat arkan bingung. Namun, yang lebih membingungkan lagi. Ada apa dengannya!
Mengapa terlalu berat baginya ketika tau bahwa atika tidak bersamanya lagi.

Arkan mendengus kasar, bingung dengan jalan pikirannya sendiri.

"assalamu'alaikum...."
Ucap arkan sopan dan disahut oleh beberapa dewan guru yang berada didalam kantor.

"Ada apa arkan?", tanya salah seorang guru apa arkan.

"Ustazah, ustazah zur nya ada. Ada hal yang perlu bicarakan sebentar", ucap arkan pelan walau sebenarnya ia sangat tak sabaran untuk bertemu ustazah zur.

"Oh ada, sebetar ya. Ustazah panggilkan"

Arkan mengangguk. Sesaat kemudian ustazah zur keluar untuk menemui arkan.

"Eh arkan... ada apa?", tanya ustazah zur dengan nada jenakanya.
Arkan tersenyum," gini ustazah..."
Arkan menarik nafasnya, sebelum melanjutkan ucapannya.

"Kira kira KSM masih tersisa lowongan gak ustazah?".

Ustazah zur mengerutkan keningnya.
Sebenarnya bukan itu yang hendak arkan katakan. Ia ingin menanyakan perihal posisi sekretaris DIM yang sedang kosong.

Namun, entah mengapa ia malah menanyakan tentang KSM. Yasudahlah, nasi juga sudah menjadi bubur.

"Emang arkan mau beralih ke KSM?", tanya ustazah zur.

"Hmm... gimana ya ustazah. Ana juga bingung....", jedanya sesaat.

"Tapi kalau memang masih ada lowongan, ana mau nerima", tutur arkan sedikit ragu. Entah apa yang sedang diinginkannya. Ia juga tak tau.

Ustazah zur tampak menimbang-nimbang.
"Sebenarnya, kamarin masih ada KSM Fisika. Cuma udah duluan diambil Atika", jelas ustazah zur sesuai kenyataan.

Arkan menunduk, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk bertanya.
"Kalau boleh tau, kenap atika keluar dari DIM dan beralih ke KSM Fisika?", tanya arkan hati-hati.

Ustazah zur diam sesaat dan tampak berfikir.
"Ustazah juga gak tau pasti alasannya apa. Hanya saja, Atika merasa posisinya di DIM kurang tepat saja, karena ia satu-satunya junior disana! Oleh karena itu, Atika lebih memilih ke KSM, mungkin juga karna atika memang udah dari Tsanawiyah di KSM", ucap ustazah zur sedikit memerka-nerka.

Arkan mencerna setiap kata yang terucap oleh ustazah zur. Ini benar-benar diluar nalar arkan. Ia memijit pangkal hidungnya sesaat.

"Emangnya kenapa sih arkan mau beralih ke KSM?", arkan tersentak sesaat. Ia tak tau harus menjawab apa.

"Hmm... ana---", arkan berfikir keras, ia harus menjawab apa.

Seakan dapat membaca kebingungan arkan, ustazah zur akhirnya angkat bicara.
"Yaudah, kita tanya aja ke atika, kira kira dia mau gak ngelepas KSM. Karna jujur, ustazah juga jadi kewalahan sendiri nyari pengganti atika".

Ada sedikit kelegaan yang dirasakan arkan. Setidaknya ia akan bertemu dengan atika lagi setelah sekitar satu minggu ia tak melihat gadis itu. Entah apa yang dirasakannya, intinya ia senang.

Rindu mungkin.
Oke! Rindu sebagai adik, pikirnya.

Ustazah zur langsung menyuruh salah seorang murid untuk memanggil atika ke kelasnya.
Tak menunggu lama, atika pun sampai. Atika terhenyak ketika melihat keberadaan arkan disana.

BainanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang