Jealous?

4.2K 208 6
                                    


***
Kau belum sadar bahwa, rasa biasa itu telah menjadi cinta.
Dan rasa cinta itu telah menjadi hampa.
Sekarang, kau mencintainya. Bukan dia.
***

Ujian kenaikan kelas sudah dekat. Namun, arkan terpaksa harus membagi kensentrasinya, karna dia juga harus mengikuti lomba Debat Ilmiah dalam waktu dekat ini.

Suasana kelas XI terdengar riuh,mengingat guru mata pelajaran B.Indonesia berhalangan untuk hadir hingga 3 jam kedepan.

"Akankah cintaku,sebatas patok tenda... tenda terbongkar sayonara cintaaa...",senandung putra yang duduk disamping arkan.

Arkan mendecak kesal mendengar putra menyanyikan lagu itu.
"Ckk! Berisik ah put!", entah apa alasan arkam kesal. Yang jelas ia kesal.

Putra menatap arkan heran. Ia hanya mengangkat bahunya acuh. Selanjutnya putra kembali fokus pada lembaran Mosi dihadapannya, sama seperti yang arkan lakukan.

"Eh Teuku. Si atika sama Imam tes KSM kemana?"

"Ntah!", jawab arkan acuh.

Selanjutnya putra kembali bersenandung, namun tak lagi dengan lagu yang sama. Arkan menghembuskan nafas lelah, ia merosotkan tubuhnya pada sandara kursi. Ia kembali memgingat kejadian beberapa hari yang lalu, ketika ia melihat atika dan Imam didepan kantor.

Sebenarnya, ada apa dengan atika? Mengapa seakan atika tak mengenalinya lagi. Seakan tak pernah tau akan kehadirannya.
Atika seperti menjauh darinya. Namun, apa salahnya?

Arkan melepaskan pecinya. Beberapa hari lalu ketika ia melihat atika dan imam bersama, jujur ia tak suka. Apalagi ketika beberapa kali atika membuang pandangan darinya, dan lebih memilih melanjutkan obrolannya bersama imam.

Lalu atika tertawa? Hanya dengan duduk sesaat bersama imam. Sedangkan dengannya, duduk berjam-jam, jangan tertawa, senyum saja jarang.

Arkan menghembuskan nafas gusar.

Kala itu, ketika arkan telah memasuki kelas. Pikirannya langsung tak tenang. Ia tampak uring-uringan. Dengan sengaja arkan meminta izin untuk keluar sesaat, dengan alasan hendak meraut pensil.

Ketika ia keluar, ia alihkan pandangannya kearah atika dan imam. Rasa tak sukanya semakin menjadi-jadi ketika melihat atika berbicara dengan bebasnya bersama imam. Padahal, selama ini atika dikenal dengan irit bicara.

Sesaat arkan teringat dengan apa yang pernah fawas katakan. Atika akan berbicara banyak jika sedang bersama imam. Mungkin itu memang benar.

Sekali lagi. Arkan menghembuskan nafasnya.

"TEUKU!!!", arkan terperanjat kaget ketika putra tiba-tiba memukulnya dengan sebuah buku.

"Kenapa sih?",desis arkan heran.

"Eh, kok malah balik nanyak"

"Anta tuh yang kenapa, dari tadi hah huh hah huh mulu! Ditanyain juga gak jawab!", cerca putra panjang.

"Emang anta nanyak apa?"

Putra menepuk jidatnya pelan," Ya Allah Ya Rabbi, dosa apa yang telah hamba perbuat hingga Engkau berikan cobaan seperti ini"

BainanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang