Terima kasih untuk Classic_0210 tanpamu aku gak akan bisa update, idenya fresh banget.
Enjoy.
.
.
.
.
.Kamu menatap mansion di depanmu dengan gugup, mulai hari ini, kamu akan menjadi maid di mansion megah nan horor ini. Sebenarnya kamu hanya membantu Bibimu, bukan keinginan sebenarnya untuk jadi maid di sini. Tapi dikarenakan beberapa alasan, kamu menerima tawaran Bibimu.
Langkamu membawamu ke dalam dapur mansion, suasananya sama dengan bagian depan, gelap dan mencekam. Membuatmu tanpa sadar bergidik ngeri, terselip keinginan untuk kembali pulang dan menolak tawaran Bibimu.
Tugasmu hanya menyiapkan makanan, sedangkan untuk bersih-bersih ada yang menangani. Jadi kamu hanya akan datang pagi, dan kembali pulang saat malam hari. Namun gaji yang kamu terima tidak kecil, bahkan tergolong sangat besar.
Sudah seminggu sejak kamu mulai bekerja di mansion horor ini, tapi tidak sekalipun kamu pernah bertemu Tuan Rumah. Kata Bibimu, penghuni rumah ini adalah enam orang bersaudara, dan semuanya adalah laki-laki.
Tidak pernah bertemu dengan Tuan Rumah membuatmu bersyukur, karena tidak ada orang yang akan mengomelimu jika kamu salah. Walaupun sebenarnya kamu tidak pernah salah, kamu adalah tipe orang yang sangat hati-hati dan teliti, bahkan sedikit perfectionis.
Tapi akhir-akhir ini kamu merasa ada yang aneh, seolah ada mata yang terus meneliti gerak-gerikmu. Membuatmu merinding dan tidak nyaman, rasanya mata itu menembus batinmu. Kamu sudah berusaha mengenyahkan pikiran buruk itu, dan bersikap biasa.
Tepat pada hari ke sepuluh kamu bekerja, untuk pertama kali kamu melihat Si Tuan Rumah. Seorang laki-laki berambut gelap--entah ungu atau hitam--yang berpakaian ala bangsawan, terlihat rapi, tegas dan dingin.
Sekarang kamu mengerti, mengapa maid di sini harus berpakaian ala maid bangsawan. Ternyata alasannya adalah Si Tuan Rumah, yang sepertinya agak kuno itu. Awalnya kamu bingung, sekarang kan jaman sudah modern, kenapa harus berpakaian ala maid bangsawan? Bibimu saja tidak bisa menjawab pertanyaanmu, apalagi dirimu sendiri.
Laki-laki itu kamu lihat sedang berdiri di depan pintu dapur, dia tampak memperhatikanmu sambil sesekali menaikkan kacamatanya. Kamu yang merasa diperhatikan, hanya bergerak dengan canggung. Kamu ingin mengatakan padanya bahwa kamu tidak suka diperhatikan, tapi kamu ingat posisinya sebagai Tuan Rumah, bisa-bisa kamu dipecat karena dianggap lancang.
"Kau (Y/N)?" Dia bertanya sambil mendekatimu yang sedang membuat waffle.
"Iya, saya (Y/N). Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Kamu bertanya sambil memandangnya sekilas, kemudian fokus pada waffle mu yang hampir jadi.
"Panggil aku Reiji." Dia melangkah makin dekat ke arahmu, membuatmu terus bergerak menjauh.
"Ah, iya." Dengan canggung kamu mengiyakan permintaanya, agak tidak masuk akal sih.
Beberapa menit dihiasi keheningan, Reijin yang dengan intensnya masih memperhatikanmu. Dan kamu yang dengan pelan mengangkat waffle mu, dan menaruhnya di atas piring di depan Reiji. Kamu mengambil saus madu di dekat kompor, menyiramkan saus madu di atas waffle yang perlahan mulai mendingin.
Reiji memperhatiakanmu dalam diam, dia hanya sesekali tampak ingin bicara.
"Makan wafflenya." Suara Reiji tidak keras, pelan tapi penuh ketegasan, membuatmu merinding.
"Saya membuatnya untuk anda." Kamu menjawab dengan gugup, tatapan mata Reiji begitu mematikan.
"Kubilang, makan!!" Bentakan Reiji menggema di seluruh penjuru dapur, membuat siapapun yang mendengarnya pasti gemetar.
Itu juga yang terjadi padamu, dengan tangan gemetar, kamu mengambil waffle itu dan memakannya.
Reiji tampak tersenyum puas saat kamu menurutinya, dia begitu menyukai gadis penurut. Di ekor matamu, kamu melihat Reiji yang beranjak berdiri. Dia melangkah tanpa suara ke arahmu, membuatmu melangkah mundur tanpa sadar. Saat dia tepat di depanmu, saat itu pulalah, waffle yang kamu makan tinggal ujungnya.
Reiji menundukkan wajahnya ke arahmu, dia memakan sisa waffle di depan mulutmu. Kamu membeku, membiarkan Reiji menghabiskan waffle itu dan 'memakan' bibirmu. Dia terus melakukan kegiatannya tanpa terganggu dengan keterdiamanmu, tangannya menekan tengkuk dan pinggangmu. Membuatmu makin sulit untuk melepaskan diri.
Lumatan-lumatan yang dilakukan Reiji semakin dalam, membuatmu tanpa sadar memeluk bahunya agar tidak terjatuh. Saat merasa kehabisan napas, tangan kananmu memukul bahu Reiji dengan brutal. Membuatnya menghentikan cimannya dan membiarkan kamu bernapas, dan kesempatan itu kamu gunakan untuk menghirup napas dalam-dalam.
Melihatmu yang sedang mengatur napas, Reiji melajukan hidungnya diperpotongan lehermu. Dia mengendus dengan dalam aroma darahmu, membuatnya mengingunkan sesuatu yang lain. Saat kamu sudah bisa bernapas dengan normal, Reiji menarik pita di kerah bajumu. Membuat bajumu yang memang kebesaran, sedikit melonggar.
Dia melepas dua kancing teratas kemejamu, dan membuat bajumu jatuh dengan bebas di lenganmu. Mempertontonkan kedua bahu mulusmu, bahkan tulang selangkamu terlihat dengan jelas. Kamu yang melihat hal itu, tentu saja panik. Tanganmu menggapai kemeja dan berusaha mengancingkannya, tapi tangan kiri Reiji menggenggam kedua tangamu di belakang tubuhmu.
Dia mendorong tubuhmu ke arah tempok, membuatmu makin tidak berkutik. Dengan tangan yang ditahan Reiji, dan atasan yang hampir sirna. Kamu menutup mata dengan pasrah, berharap bahwa Reiji tidak melakukan hal buruk padamu.
"Aku suka baumu." Suara Reiji menyapu telingamu, bisikannya terdengar begitu menggoda, membuatmu tanpa sadar terlena.
Saat kamu terlena, Reiji memanfaatkan kesempatan itu untuk menancapkan taring tajamnya di lehermu, membuatmu memekik dengan keras. Rasa sakit dilehermu mengembalikan fokusmu yang hilang, dengan kekuatan penuh, kamu berusaha mendorong tubuh Reiji menjauh. Tapi sia-sia, bahkan tubuh Reiji tidak bergeser seinchipun.
Suara hisapan terdengar mendominasi, membuatmu sakit sekaligus ketakutan. Lama kelamaan, rasa sakit itu meneggelamkanmu, mengantarmu pada kegelapan. Sebelum matamu tertutup sempurna, kamu masih bisa mendengar bisikan Reiji.
"You're Mine (Y/N)."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diabolik Lovers X Readers (oneshoots)
FanfictionHanya kumpulan oneshoot diabolik lovers. Warning: penuh imajinasi tidak masuk akal dari author.