5. The Girl Who Want to Play 6

1.1K 198 14
                                    

***

"Hyung," panggil Jiyong di dalam studionya.

"Apa lagi, Ji?" tanya Seunghyun yang sudah lima belas kali menolehkan kepalanya hanya untuk Jiyong. "Bisakah kau mengatakan sesuatu setelah memanggilku?"

"Apa menurutmu dia belum sadar? Sudah dua hari dan dia belum menghubungiku,"

"Siapa? Siapa yang belum sadar?"

"Ah anniyo, bukan apa-apa, tunda saja rekamannya, aku sama sekali tidak bisa fokus malam ini," ucap Jiyong yang kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu studio rekaman itu. "Ah... Dan Seungri-ah, bisakah aku meminta bantuanmu?"

"Apa itu?" tanya Seungri di susul Daesung yang baru saja keluar dari balik ruang kaca dengan wajah heran, karena Jiyong tidak biasanya kurang profesional seperti ini.

"Terima beberapa trainee yang ku kirimkan ke agensimu,"

"Ne? Traineenya DJ? Jangan bercanda-"

"Aku juga meminta PSY dan Tablo hyung untuk menerima Trainee yang seharusnya ku urus. Aku hanya... Punya terlalu banyak pekerjaan dan tidak sanggup bertanggung jawab untuk mereka," jawab Jiyong sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan studio rekamannya.

Jiyong benar-benar tidak dapat bekerja dan mengalihkan pikirannya dari Lalisa Kim saat ini.

"Heish! Rasanya seperti tidak punya pilihan lain!" keluhnya setelah ia menimbang-nimbang banyak hal. Pria itu mengejutkan lima orang lain yang ada di dalam lift bersamanya, termasuk Taehee yang ada di sebelahnya. "Hyung, carikan seorang bernama Park Jimin untukku," pinta Jiyong yang kemudian berjalan keluar lift tepat setelah pintunya terbuka.

Sementara Jiyong sibuk dengan pertimbangan-pertimbangannya, di tempat lain, tepatnya di sebuah sekolah menengah, Lisa tengah benar-benar kesal karena tidak dapat menemukan seorang pria yang membawa kabur uangnya. Pria itu Park Jimin, ia mengatakan pada Lisa kalau dengan bermodalkan beberapa belas juta, ia dapat menjadikan Lisa seorang guru tetap di sekolah itu. Namun sekarang pria itu melarikan diri dengan semua uang yang sudah Lisa berikan padanya.

***

Sudah empat hari dan Lisa sama sekali tidak menghubungi Jiyong. Sudah empat hari usai cerita heroik seorang G Dragon memenuhi layar kaca dan Lisa sama sekali tidak menunjukan rasa terimakasihnya pada Jiyong. Padahal gadis itu sudah keluar dari rumah sakit sejak tiga hari lalu.

"Hhhh... Lagi-lagi Bang Yedam membuat masalah," gerutu Yang Hyunsuk sembari membaca pesan di handphonenya. Seharusnya, hari itu, Yang Hyunsuk datang ke studio rekamanan Big Bang untuk mengecek kemajuan rekaman mereka, namun yang di lakukannya justru menggerutu.

"Ada apa lagi?" tanya Seungri yang tidak benar-benar penasaran, sebenarnya.

"Aku tidak tahu apa yang di pikirkannya, tapi dia benar-benar tidak bisa tenang di sekolah. Ini sudah ketiga kalinya ia membuat masalah di sekolah," ucap Yang Hyunsuk memulai ceritanya. "Yang pertama, dia berkelahi dengan teman sekelasnya, yang kedua dia berdebat dengan seorang guru sampai membuat gurunya kesal dan yang ketiga, kali ini, dia merusak fasilitas sekolah. Dia selalu menghubungiku tiap membuat masalah di sekolah karena takut pada orangtuanya,"

"Dimana sekolahnya?" tanya Jiyong, yang hanya asal bicara– sama seperti Seungri.

"Sekolah lama- sekolah yang sama dengan anak yang tempo hari kau selamatkan," jawab Yang Hyunsuk. "Kenapa anak sekolah menengah sangat senang membuat masalah? Tidak bisakah mereka pergi dan pulang sekolah dengan tenang? Aku jadi mengkhawatirkan anak-anakku,"

"Sepertinya kami cukup tenang, saat masih sekolah menengah dulu," ucap Seunghyun membuat Yang Hyunsuk kemudian menaikan sebelah alisnya. Tentu saja ucapan Seunghyun itu sama sekali tidak benar, karena Jiyong membuat sebuah masalah besar di beberapa bulan terakhirnya.

"Benarkah?" gumam Yang Hyunsuk yang meragukan ucapan Seunghyun. "Kurasa kalian justru lebih parah, kalian berlima pernah hampir tidak lulus, ku ingatkan kalau kalian lupa,"

"Itu karena aku terlalu sibuk bekerja di agensi," jawab Seungri tidak ingin di salahkan. "Jadi, bagaimana Bang Yedam? Kau akan menggantikan orangtuanya datang ke sekolah, Sajjangnim?"

"Tentu saja aku harus kesana, dia tidak ingin orangtuanya harus terbang dari New York hanya untuk sebuah acara komite disiplin sekolah, aku tidak punya pilihan lain,"

"Bagaimana kalau aku yang datang?" tawar Jiyong tanpa berfikir lebih banyak lagi. Ia hanya ingin melihat reaksi Lisa ketika mereka berdua kembali berhadapan.

Tentu saja Yang Hyunsuk bersyukur kalau Jiyong mau menggantikannya datang untuk menjadi wali siswa. Yang Hyunsuk bisa saja menyuruh seorang staff untuk menggantikannya, namun seorang Bang Yedam bukan anak yang bisa di urus sembarangan orang. Bang Yedam punya banyak sekali potensi, namun masih banyak sisi 'naif' yang belum bisa di hilangkan dari bocah itu. Ditambah kedua orangtuanya yang berada jauh di negri orang, membuat agensi menjadi satu-satunya tempat Bang Yedam meminta bantuan, tempat Bang Yedam mengadu dan masalah sekolah bukan hal yang bagus untuk bahan omongan orang lain. Karenanya, biasanya Yang Hyunsuk sendiri yang turun tangan. Tapi kalau Jiyong menawarkan dirinya untuk membantu, Yang Hyunsuk benar-benar akan merasa terbantu karenanya. Jiyong menyimpan sebagian kekayaannya di agensi, dan hal itu membuat Jiyong tidak akan berulah dan menjatuhkan harga saham agensi– atau ia juga akan merasakan kerugiannya.

Keesokan harinya, tepatnya 10 jam setelah Jiyong menawarkan diri untuk datang ke sekolah Bang Yedam, Jiyong memarkir mobilnya di depan gedung sekolah. Memang bukan di tempat parkir, namun semua orang yang melihatnya lebih terkejut karena wajahnya di banding sikap acuhnya.

Rambutnya masih berwarna coklat terang, belum sempat ia warnai hitam kembali. Tubuhnya di tutupi sebuah kemeja putih dengan setelan jas abu-abu. Tattoo di belakang lehernya juga di tangan dan jemarinya, ia tutupi dengan plaster berwarna coklat terang seperti warna kulit dan kakinya memakai sebuah sepatu kulit hitam. Sebuah dompet di saku belakang celananya, handphone di tangannya, dan kunci mobil di saku depan celananya. Tanpa tas dan kelihatan sangat santai ketika ia berjalan menuju ruang rapat komite disiplin. Lima menit lalu, dalam perjalanan, ia sudah menelpon Yedam dan mendengar penjelasan bocah itu, namun sekarang ia lupa dimana lokasi rapatnya.

Bang Yedam, merusak sebuah pintu kaca karena ada seorang siswa yang mengurung diri di dalam ruang kaca itu. Seorang siswa itu, mengurung diri di dalam ruang kaca karena tertekan oleh standart sekolah dan Bang Yedam ingin meyakinkan bocah itu, kalau ia masih peduli, kalau ia mengerti bagaimana perasaan si bocah. Walaupun cara Yedam sedikit berlebihan.

Setelah terlambat sekitar lima menit, akhirnya Jiyong tiba di ruang rapat komite disiplin itu. Pria itu mengetuk pintu kemudian masuk dan melihat delapan orang duduk mengelilingi Yedam. Ada wali kelas Yedam, yang ternyata Lalisa Kim, kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan lima orang wali murid yang tergabung dalam komite sekolah.

"Maaf, saya terlambat, saya datang sebagai wali Bang Yedam. Perkenalkan saya Kwon Jiyong," ucap Jiyong mengejutkan tiga guru di hadapannya.

"Anda bukan orangtua Bang Yedam, dimana orangtuanya?" tanya si kepala sekolah sembari memperhatikan Jiyong dari atas kepala sampai ujung kakinya. Memperhatikan dengan seksama seakan ia tengah menghitung helai rambut Jiyong.

"Orangtuanya tidak dapat hadir dan memberi saya kuasa untuk menggantikan posisi mereka," ucap Jiyong sembari menyerahkan selembar surat kuasa yang Yang Hyunsuk buatkan untuknya. Pria itu melirik Lisa ketika menyerahkan surat kuasanya, kemudian mendapati wajah terkejut dan gugup gadis itu.

***

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSf4AebvJF3bCBsslaobD439Fv2kZXJBmqdnibYJIvWE1YVnQQ/viewform?vc=0&c=0&w=1

Halo teman-teman, maaf mengganggu, kalau ada waktu luang tolong di isi ya. Untuk tulisan yang lebih baik. Ada pdf Someday untuk yang bersedia ngisi 🙏🙏 -yuwi (link surveynya bisa wa atau minta ke email yuwiuee@gmail.com karena disini ga bisa di copy-paste)

CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang