***
Lisa masih duduk di kursinya, bahkan setelah 30 menit Jiyong dan Gina pergi dari sana. Ia terlalu sakit untuk segera bangun dan pulang. Dadanya terasa sangat sakit mengingat kalau sampai sekarang, hanya hidupnya yang tidak berubah. Hanya hidupnya yang masih berantakan, sementara Jiyong menjadi semakin dan semakin terkenal, juga Gina yang bisa di bilang cukup sukses sebagai seorang penulis naskah drama. Bahkan walaupun ia menghabiskan 6 dari 7 hari dalam seminggu di rumah, Gina bisa di bilang cukup sukses. Rasanya hanya Lisa yang masih bertarung dengan hidupnya setiap hari.
Uang lima puluh jutanya lenyap, ayah kandung dan ayah tirinya sudah meninggal, kakak tirinya tidak dapat memaafkannya, dan ibunya masih dalam keadaan koma di rumah sakit. Lisa rasa, ia punya terlalu banyak alasan untuk bunuh diri, namun tidak cukup berani untuk mati. Masih dengan dada yang sangat sesak, gadis itu berjalan menuju halte bus, menuju rumah kecilnya yang berjarak tiga halte dari sekolah. Baru saja ia duduk di kursinya, sebuah pesan masuk di handphonenya. Pesan dari rumah sakit tempat ibunya di rawat.
"Ah... Iya, ini sudah waktunya membayar biaya rumah sakit," gumam gadis itu ketika ia melihat pesan itu– sebelum membukanya. Namun berbeda dari pikirannya, isi pesan itu bukanlah tagihan, melainkan sebuah pemberitahuan kalau biaya perawatan ibunya sudah di bayar sampai 15 bulan ke depan.
"Siapa yang membayar tagihan rumah sakitnya?" tanya Lisa setelah pihak rumah sakit menjawab panggilannya. "Apa itu Kim Jennie?"
"Bukan," jawab si petugas rumah sakit. "Seorang pria datang dan membayarnya, dia bilang namanya Lee Taehee dan ia mengenal nyonya Park secara pribadi. Karena itu dia membayarkan biaya perawatannya," jelas si petugas rumah sakit. Tentu saja bukan Jennie, seharusnya Lisa bisa menebak seberapa bencinya gadis itu padanya dan ibunya.
Namun Lisa tidak mengenal Lee Taehee. Gadis itu meminta nomor kontak pria yang membayar tagihan rumah sakit ibunya, namun pihak rumah sakit tidak dapat memberikan nomor kontak itu dengan alasan privasi. Karena Lee Taehee sebenarnya juga tidak meninggalkan nomor kontaknya di sana. Tidak ada seorang pun yang terpikir olehnya sampai beberapa siswa yang baru masuk ke dalam bus menyebut nama Taehee.
"Lee Taehee, manager G Dragon, kalian tahu kan? Ku dengar dia berkencan dengan seorang idol. Mantan member after school, dan mereka berdua terlihat tengah berjalan-jalan bersama di pusat perbelanjaan," ucap seorang siswa yang tanpa sengaja membuat Lisa menepis jauh-jauh pikiran kalau Jiyong lah yang membayar tagihan rumah sakit itu.
"Tidak, tidak mungkin dia tahu bagaimana keadaan eomma sekarang," gumam Lisa meyakinkan dirinya sendiri. "Dia tidak akan peduli dengan apa yang terjadi padaku dan keluargaku, dia tidak pernah mencintaiku, dia hanya mengasihaniku, dia tidak mungkin melakukan itu untukku, sadarlah Lalisa, jangan memikirkan hal-hal konyol seperti dia yang diam-diam bersikap baik. Ada banyak Lee Taehee disini," ulangnya, terus meyakinkan dirinya walaupun pada akhirnya ia tetap ingin mempercayai kalau memang Jiyong-lah yang membayar seluruh tagihan itu.
Setibanya di halte ketiga, Lisa turun, dan masih dengan berbagai gumaman– demi meyakinkan dirinya kalau bukan Kwon Jiyong yang ada di balik lunasnya tagihan rumah sakit– gadis itu berjalan menuju rumah kecil sewaannya. Di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan Park Jimin, si penipu yang selama ini ia cari. Tentu saja Lisa ingin mengejar dan menangkapnya, akan tetapi, pria yang di carinya itu justru menyerahkan diri. Rasa bingung tidak lagi dapat ia pedulikan saat itu, ia lebih ingin mendapatkan uangnya kembali ketimbang mengetahui alasan Park Jimin menemuinya.
"Aku tidak bisa mengembalikan uangmu," ucap Jimin yang kemudian membuat emosi Lisa langsung tersulut. Bagaimana bisa seorang pria bisa dengan tidak tahu malu mengatakan hal itu setelah mencuri uangnya. "Kau tidak bisa melaporkanku pada polisi!" seru Jimin sekali lagi, memotong sederet kata umpatan, sumpah serapah dan beberapa pukulan yang Lisa berikan untuknya.
"Ya! Kemari kau Park Jimin! Sialan! Aku akan memenjarakanmu! Kemari kau!" marah Lisa sembari menarik kerah mantel Jimin dan berniat menyeret pria itu ke kantor polisi.
"Penyuap dan yang di suap akan di jatuhi hukuman yang sama di pengadilan, kau tidak tahu itu?!" seru Jimin membuat Lisa kemudian jatuh terduduk di atas tanah. Perasaannya campur aduk. Walaupun tagihan rumah sakit bukan lagi masalah– karena sudah di bayar– uangnya yang hilang tetaplah sebuah musibah baginya, dan sekarang ia tidak bisa mendapatkan kembali uang itu.
"Pokoknya... Aku minta maaf dan akan menghabiskan sisa hidupku untuk menyesali perbuatanku," ucap Park Jimin setelah Lisa melepasakan tangan dari tubuhnya. "Aku benar-benar minta maaf Guru Kim, ku harap kau tetap menjadi guru tetap di sekolah itu," lanjutnya sebelum ia mulai berlari meninggalkan Lisa, seakan takut pada seseorang yang tengah mengawasi mereka.
Tidak jauh dari jalanan itu, Park Jimin berhenti di sebelah sebuah mobil hitam. Pria itu mengetuk kaca mobilnya kemudian melaporkan apa yang baru saja terjadi pada seseorang di dalam mobil.
"Habiskan sisa hidupmu untuk membantunya, jangan berani-berani melarikan diri karena aku bisa kapan saja menemukanmu," ucap si pria di dalam mobil setelah menurunkan kaca mobilnya.
"Maafkan saya tuan Kwon," ucap Park Jimin sembari membungkukan tubuhnya sembilan puluh derajat sebelum pria di dalam mobil menyuruhnya pergi.
Kwon Jiyong masih duduk di kursi mobilnya ketika melihat Park Jimin pergi menjauh.
"Hhh... Kenapa kau melakukan semua ini bodoh," gumamnya sembari meremas roda kemudi di hadapannya. "Kau tidak seharusnya memedulikannya lagi Kwon Jiyong. Dia sudah menghianatimu,"
Jiyong menyesali keputusannya, namun di tengah penyesalan itu, seseorang kembali mengetuk kaca mobilnya. Ketika menoleh ke samping dan melihat Lisa disana, seharusnya Jiyong menyalakan mobilnya dan pergi begitu saja. Namun pria itu justru menurunkan kaca mobilnya dan menatap si gadis yang berdiri marah di sebelahnya.
"Sudah ku bilang aku tidak akan berterima kasih!" teriak Lisa di susul berbagai sumpah serapahnya. Rasanya umpatan dan sumpah serapah tidak dapat berhenti keluar dari mulut Lisa semenjak Kwon Jiyong dan Park Jimin mengganggu hidupnya. "Aku tidak akan berterima kasih jadi berhenti mengganggu hidupku dengan semua bantuanmu! Aku tidak membutuhkannya! Aku sama sekali tidak membutuhkanmu! Aku tidak pernah memintamu membantuku! Jadi kenapa kau masih saja muncul dan berlaga sok pahlawan di depanku?! Pergi saja! Dengan gadis-gadis yang akan bertekuk lutut padamu! Pergi saja dengan Gina sunbaenim! Urusi saja gadis-gadis yang kau tiduri, kau kencani atau bahkan kau nikahi! Aku tidak peduli dan aku tidak pernah memintamu untuk membantuku!"
"Setelah ini kau tetap akan merasakan hidup nyaman berkatku," ucap Jiyong, yang tetap duduk di kursi kemudinya dan sama sekali tidak melirik Lisa sedikit pun. Pria itu hanya duduk, bersandar pada sandaran kursi kemudi, dan menatap lurus ke depan.
"Apa kau tahu bagaimana kerja kerasku selama ini?" ucap Lisa dengan nada penuh emosinya. Ia tidak lagi berteriak, namun menekan nada bicaranya di setiap kata. Tatapannya bergetar karena marah dan tangannya terkepal untuk menahan diri.
"Apa membeli posisi guru tetap juga termasuk dalam kerja kerasmu?"
"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Kau pikir siapa dirimu? Setelah lebih dari 10 tahun kenapa kau melakukan ini padaku?!"
"Ya! Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau melakukan hasl itu padaku 10 tahun lalu!" bentak Jiyong yang kemudian mendorong kuat-kuat pintu mobilnya dan berdiri tepat di depan Lisa yang sempat terdorong oleh si pintu mobil. "Kenapa kau melakukannya waktu itu?! Kenapa kau membuatku harus menjadi pria paling berengsek saat itu?! Ku pikir kau- ku pikir kita melakukannya karena memang sama-sama menginginkannya! Aku tidak pernah memaksamu melakukannya! Aku menuruti semua keinginanmu dan kau- ku pikir ada sesuatu di antara kita, tapi kemudian aku menyadari kalau aku bukan apa-apa untukmu," balas Jiyong tidak kalah kesal. "Kau tahu? Kebohongan tidak pernah bertahan lama,"
"Ya, kebohongan tidak pernah bertahan lama, mungkin itu sebabnya hubungan kita berakhir seperti ini," ucap Lisa. "Kalau saat itu memang kau mencintaiku, kau tidak akan meninggalkanku seperti itu,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Collection
Fiksi PenggemarI wanna be your collection 💜 Oneshot and short fanfictions by yuwi