6. Land Side 3

1.3K 273 12
                                    

***

Tubuhnya sudah di balut seragam lengkap, dengan berbagai peralatan termasuk radio panggil yang melekat pada pakaiannya. Dengan langkah tegap dan wajah datarnya, Lisa berjalan kembali ke ruang kerjanya.

"Kenapa kau sangat lama?" tanya Dohwan ketika berpapasan dengan Lisa di depan pintu ruang kerjanya. "Ayo berkeliling,"

"Ne sunbaenim," jawab Lisa yang kemudian mau tidak mau harus mengikuti Dohwan untuk berpatroli ke seluruh sudut bandara.

Tidak ada banyak pembicaraan karena selama bekerja, Lisa benar-benar hanya fokus menjaga keamanan tempat itu. Gadis itu berjalan di sebelah Dohwan tanpa berbasa-basi maupun mengeluh.

"Lisa-ya," panggil Dohwan masih sembari berjalan di sebelah gadis itu. Masih sembari bekerja di bandara luas itu.

"Ne sunbaenim?"

"Kau benar-benar berkencan?"

"Kau masih terkejut, sunbaenim?"

"Dengan siapa? Maksudku... Apa aku mengenalnya?"

"Kurasa,"

"Apa dia Jeon Jungkook?"

"Ne?"

"Jeon Jungkook dari layanan pelanggan, apa dia?"

"Bukan," jawab Lisa tidak terlihat terkejut sama sekali. Cara Lisa menanggapi pertanyaan Dohwan justru membuat pria itu semakin ragu.

Dohwan menganggukan kepalanya, keduanya kembali berkeliling hingga Lisa menghentikan langkahnya dan membuat Dohwan ikut berhenti.

"Ada apa?" tanya Dohwan pada si gadis yang tiba-tiba saja berhenti.

"Kakek itu, sudah dua jam dia berdiri disana," ucap Lisa sembari memperhatikan seorang pria tua yang berdiri di tengah keramaian bandara. Pria tua itu berdiri memegang kopernya dengan wajah yang terlihat sangat tidak nyaman.

Ternyata bukan hanya Lisa yang menyadarinya, dua orang dari tim layanan pelanggan juga menyadari keberadaan kakek tersebut dan menghampiri mereka.

"Jeon Jungkook dan Kim Jisoo dari layanan pelanggan sudah menghampirinya," jawab Dohwan yang hanya melihat ke arah mereka. "Perhatikan saja dulu,"

Setelah mengamati setidaknya 10 menit, Lisa mendekati kakek tua itu dan meninggalkan Dohwan disana. Gadis itu tidak cukup sabar untuk menunggu dua pegawai dari tim layanan pelanggan mengatasi masalah di sana.

"Ada apa ini?" tanya Dohwan, yang terpaksa buru-buru mendekat sebelum Lisa melewati batas wewenangnya. Bagaimanapun, posisi jabatan Lisa dengan dua orang di sana sama tinggi dan akan menjadi canggung kalau Lisa sendiri yang bertanya.

"Pria ini tengah menunggu putranya untuk terbang ke Amerika bersama," jawab Jungkook sementara Jisoo masih berusaha bicara pada si kakek dan meminta si kakek untuk memberikan nomor telpon putranya itu. "Tapi ada yang aneh dengan tiketnya, tiketnya sudah di batalkan," bisik Jungkook pada Dohwan sementara Lisa kemudian menghampiri si kakek dan tersenyum pada pria tua itu. Senyum yang hampir tidak pernah Dohwan, Jungkook dan Jisoo lihat selama mereka bekerja di terminal yang sama.

"Annyeonghaseyo, namaku Lisa, aku dari tim keamanan. Apakah ada yang bisa ku bantu, tuan?" tanya Lisa dengan nada bicaranya yang sangat lembut, sangat hangat, dan jauh dari kesan dinginnya. "Bisakah anda memberitahuku siapa nama anda? Dan bolehkah aku melihat tiket anda?"

Seperti seorang pahlawan yang datang terakhir, si kakek bersedia bicara dengan Lisa. Dengan lembut mereka mengobrol hingga Lisa dapat memahami keadaan pria tua tersebut dan memberitahu Dohwan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang terjadi? Siapa dia?" tanya ketua tim keamanan bandara setelah Dohwan dan Lisa mengajak pria tua itu ke ruang tunggu di sebelah ruang kerja mereka.

"Kakek itu di tinggalkan putranya. Putranya sudah pergi ke Amerika dan ia meninggalkan ayahnya disini. Kakek itu sudah menjual rumah dan tanahnya untuk pindah ke Amerika namun justru di tinggal disini," jelas Dohwan sementara Lisa baru saja masuk kedalam ruang tunggu tersebut untuk mengantarkan makanan.

"Tiket penerbangan kakek itu sudah di batalkan semalam, tanpa sepengetahuan kakek itu," tambah Jungkook yang juga masih disana, berdiri diantara Dohwan dan Jisoo. "Apa yang harus kita lakukan?"

"Dia tidak punya keluarga lain? Kalian sudah menghubungi putranya itu?" tanya si ketua tim yang juga ikut prihatin. Mungkin membayangkan kalau dirinya yang berada di posisi si kakek.

"Putranya tidak menjawab panggilan kami," ucap Jisoo

"Kurasa kakek itu punya seorang putri namun dia bersikeras tidak ingin memberitahu kami siapa putrinya, dia tidak ingin kami menghubungi putrinya," tambah Dohwan bersamaan dengan Lisa yang keluar dari ruang tunggu tersebut.

"Aku mengenalnya," ucap Lisa yang kembali terlihat dingin. Gadis itu hanya bersikap baik pada si kakek. "Seorang kenalanku berteman dengan keluarga kakek itu, dan aku akan menghubunginya sekarang,"

"Siapa? Kenalanmu itu?" tanya si ketua tim tidak membiarkan Lisa menyelesaikan masalah itu tanpa pengawasannya.

"Yoo Inna," jawab Lisa membuat keempat orang di hadapannya bertukar tatapan heran. Mungkin mereka tengah berfikir kalau saat itu Lisa sedang bercanda, namun candaannya sama sekali tidaklah lucu.

"Lisa-ya, ini bukan saatnya untuk bercanda," protes Dohwan setelah ia terdiam untuk beberapa detik.

"Aku mengenal seseorang yang bisa membawa Yoo Inna kesini," ucap Lisa kemudian. "Yoo Inna adalah keponakan kakek itu, dan putri kakek itu sedang berada di Jepang sekarang, karenanya dia tidak ingin kita menghubungi dan mengganggu putrinya,"

Butuh 1 jam sampai Yoo Inna kemudian datang. Aktris itu tengah bekerja di sebuah lokasi syuting ketika pihak bandara menghubunginya. Mendengar apa yang dikatakan pihak bandara dalam panggilan tersebut membuat Yoo Inna datang dengan perasaan campur aduk. Wanita itu khawatir, juga merasa kasihan pada pamannya yang di tipu oleh putranya sendiri.

"Samchon!" seru Yoo Inna begitu ia melihat si kakek tengah duduk dengan wajah lesu. Wanita itu berusaha keras untuk tidak menangis di depan si kakek yang pasti lebih terluka di banding dirinya. "Apa kau baik-baik saja? Kau sudah makan? Kau pasti menunggu sangat lama, maaf aku terjebak macet di jalan tadi,"

Mendengar pertanyaan keponakannya, si kakek justru menangis. Bahkan keponakan yang tidak ia besarkan setiap hari mengkhawatirkannya, bagaimana bisa putranya sendiri meninggalkannya di bandara itu sendirian.

"Terimakasih, karena sudah menghubungiku," ucap Yoo Inna pada Dohwan, Lisa, Jungkook dan Jisoo yang berdiri di sana. Wanita itu berniat menjabat tangan keempat orang yang sudah membantu pamannya, namun sedikit terkejut ketika berdiri di depan Lisa. "Oh? Kau? Bukankah kau- kau berkerja disini?!"

"Ne, annyeonghaseyo," sapa Lisa sembari mengigit bibirnya sendiri. Gadis itu takut Yoo Inna akan menyebut nama kekasihnya dan mengejutkan semua orang di sana.

"Daebak... Ku pikir kau mahasiswi atau semacamnya, kau benar-benar bekerja disini? Sebagai petugas keamaanan? Kau menyamar atau-"

"Kurasa paman anda sudah menunggu-"

"Ah iya, baiklah. Apapun pekerjaanmu, pokoknya aku benar-benar berterimakasih karena kau sudah menghubungiku dan menjaga pamanku. Aku akan mentraktirmu- mentraktir kalian kapan-kapan, sekali lagi terimakasih," ucap Yoo Inna sebelum kemudian ia berpamitan dan pergi dari sana. Menyisakan tanda tanya untuk tiga rekan kerja Lisa disana.

"Kau benar-benar mengenalnya?" tanya Dohwan penasaran. Sebenarnya Jisoo dan Jungkook pun sama penasarannya dengan Dohwan, hanya saja mereka tidak cukup berani untuk bertanya.

"Ne," jawab Lisa yang lagi-lagi memasang wajah datarnya.

"Bagaimana? Bagaimana kau bisa mengenalnya?"

"Seorang kenalananku pernah mengenalkan kami,"

"Apa ada aktris lain yang juga kau kenal?"

"Ya, beberapa,"

***

CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang