8. Wildflower 14

1.4K 230 9
                                    

***

"Ng... Hai?" sapa Jiyong ketika ia melihat Lisa masuk dan menghampirinya. Jiyong masih terbaring di atas sebuah ranjang rumah sakit, ia tertikam sebuah pisau dapur kemarin.

Jam sudah menunjuk pukul 6 sore ketika Lisa datang ke rumah sakit itu, keruang rawat VIP tempat dimana Jiyong di rawat. Luka Jiyong sebenarnya tidak terlalu parah, perut sebelah kanannya terluka karena serangan sebuah pisau dapur. Pisau itu tidak mengenai organ vitalnya, hanya saja, pihak agensi terlalu khawatir dan berakhirlah Jiyong di kamar rawat sekarang.

Lisa masih diam, gadis itu menunggu Jiyong menelponnya lagi kemarin, selama sisa hari kemarin, tapi ia tidak mendapatkan panggilan apapun. Ia tahu, marah karena tidak di telpon bukan hal yang pantas di lakukannya saat itu. Perut Jiyong dibalut oleh perban putih, ada infus yang tertancap di lengannya, dan wajah pria itu terlihat sedikit pucat. Jiyong jelas bukan aktor laga yang bisa tetap bertarung walaupun perutnya tertikam, sedikit gerakan saja terasa sangat sakit bagi Jiyong saat itu.

"Oppa bilang akan menelponku," ucap Lisa sembari mengulurkan handphone Jiyong pada pemiliknya. Jiyong bahkan tidak ingat untuk mencari handphonenya yang hilang kemarin siang.

"Ah iya," jawab Jiyong sedikit kikuk. Pria itu meraih handphonenya dari tangan Lisa lalu kemudian menelpon gadis itu. "Bagaimana kau bisa sampai disini?" tanya Jiyong begitu Lisa menjawab panggilan Jiyong. Mereka berada di ruangan yang sama, bersebelahan, namun rasanya Lisa lebih nyaman bicara melalui telpon seperti itu. Lidahnya kelu ketika melihat Jiyong terluka.

"Appa dan eomma pulang dari Cuba tadi pagi," ucap Lisa, pada handphonenya namun sesekali melirik wajah serta luka Jiyong bergantian. "Aku ke rumahmu untuk mengantarkan oleh-oleh, tapi hanya ada managermu dan polisi disana,"

"Lalu, apa kau memberitahu orang tuamu? Mengenai apa yang terjadi di rumahku? Apa sekarang orangtuaku juga mengetahui masalah ini?" tanya Jiyong dan Lisa menggeleng.

"Managermu melarangku menceritakan masalah ini pada siapapun," jawab Lisa sembari menggelengkan kepalanya. Rasanya Lisa ingin menangis ketika mengingat apa yang di ceritakan manager Jiyong beberapa waktu yang lalu.

Jadi, yang terjadi kemarin adalah Jiyong kedatangan seorang penguntit. Jiyong tidak pernah tiba-tiba pulang di siang hari seperti kemarin, berkasnya tidak pernah tertinggal sebelumnya. Namun kemarin, ketika ia tiba-tiba pulang kerumah, ia menangkap basah seorang petugas kebersihan gedung apartementnya tengah duduk di atas ranjangnya sembari mengusap-usap pakaian dalamnya. Petugas kebersihan itu masih muda, mungkin usianya belum sampai 30 tahun, dia seorang wanita yang baik dan manis– sebelum Jiyong menangkap basah kelainannya itu. Jiyong mempercayai wanita itu untuk membersihkan rumahnya sesekali, namun kepercayaannya langsung hancur begitu melihat tingkah wanita itu.

Orang waras mana yang tidak merasa jijik dan merasa di lecehkan ketika melihat ada orang lain bermain dengan pakaian dalamnya di atas ranjangnya? Tentu saja Jiyong merasa sangat jijik dan marah saat itu. Jiyong akan menelpon polisi untuk melaporkan dan menyeret gadis menakutkan itu ke kantor polisi, namun gadis itu melarikan diri. Gadis itu menghunuskan sebuah pisau dapur ke perut Jiyong, mendorong Jiyong, dan melarikan diri dari rumah itu.

"Kalau begitu, tolong bantu aku menjaga rahasia ini, ya?" pinta Jiyong dan Lisa mengangguk. Merasa kalau Lisa sudah tidak begitu terkejut, Jiyong kemudian mematikan panggilannya dan menarik Lisa agar duduk di tepian ranjangnya. "Tidak perlu khawatir, wanita itu sudah tertangkap," ucap Jiyong kemudian. "Tapi mana oleh-oleh dari Cubanya?"

"Oleh-olehnya?" balas Lisa yang masih tidak bisa mengalihkan fokusnya dari perban di perut Jiyong. Jiyong tidak mengira kalau Lisa akan datang mengunjunginya, kalau Jiyong tahu Lisa akan datang, ia akan memakai kembali baju rumah sakitnya tadi. Sayangnya, baju itu sudah terlanjur Jiyong lempar ke kamar mandi tadi, karena ia sedang bersiap untuk tidur sore beberapa menit lalu. "Tadi ada disini- di mobil, oleh-olehnya ada di mobil, aku akan mengambilnya,"

Lisa bangkit, masih dengan pikiran yang entah berada dimana, akan tetapi Jiyong menahannya. Ia khawatir Lisa akan jatuh kalau terus bergerak dengan kepala kosong seperti itu.

"Nanti saja oleh-olehnya," tahan Jiyong. "Temani aku dulu disini," pinta pria itu sembari menarik Lisa untuk kembali duduk di tepian ranjangnya. "Aku baik-baik saja, kalau kau penasaran. Lukanya tidak begitu dalam dan tidak merusak organ vital. Aku sudah bisa pulang besok lusa, jadi tidak perlu terlalu khawatir,"

"Aku tidak bisa berkencan kembali dengan Mino oppa," ucap Lisa dengan pelupuk mata yang sekarang penuh dengan genangan air mata.

"Kau datang untuk menceritakan itu? Augh... Menyebalkan," gerutu Jiyong yang kemudian menarik selimutnya. "Tidak bisakah kau berpura-pura peduli padaku dulu? Bisa-bisanya mengadu pada orang sakit,"

"Aku tidak bisa berkencan dengan Mino oppa karena aku menyukaimu tapi oppa tidak tertarik padaku," ucap Lisa sebelum kemudian ia mulai terisak dan membuat Jiyong bingung.

Ini kali pertama bagi Jiyong, mendapat sebuah pernyataan cinta dengan tangisan seperti ini. Alih-alih merasa canggung karena pernyataan Lisa, Jiyong justru bingung karena gadis itu menangis, tersedu seakan ia baru saja putus cinta.

"Hei tenanglah, jangan menangis," pinta Jiyong namun tangis Lisa justru semakin pecah. Tidak seperti gadis-gadis lain yang hanya akan meneteskan air matanya atau menangis sembari memaki dan berteriak, bagi Jiyong, tangis Lisa justru terlihat seperti tangis seorang anak sekolah dasar yang baru di marahi gurunya karena mencontek. "Lisa-ya, kenapa kau menangis begitu? Tenanglah... Berhentilah menangis," pinta Jiyong yang kemudian memeluk gadis yang duduk di sebelahnya sembari menangis itu.

"Aku menyukaimu tapi oppa tidak tertarik padaku..." ucap Lisa di sela isakannya.

"Hhh... Bagaimana aku tahu kau menyukaiku kalau kau selalu membicarakan pria lain didepanku," balas Jiyong, masih sembari memeluk Lisa dan mengusap-usap punggung gadis itu. "Sudah... Berhentilah menangis..."

***
Yang main Zepeto, buatin aku Zepetonya Lisa sama GD dong....

CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang