CHAPTER 5

607 114 30
                                        

Meski berada dalam kenyamanan tempat tidur, malam itu Yuta masih saja dibayangi kekhawatiran yang tidak jelas. Pemuda tersebut duduk bersila, membentangkan selimut ke tubuh Sana yang tanpa pakaian. Sana Minatozaki benar-benar lelah; ia tidak tahu Yuta akan bermain seganas ini sampai-sampai daerah kewanitaannya terasa sakit.

"Apa yang kau pikirkan, Yuta-kun?"

"Tidak ada, aku hanya merasa kau sangat cantik malam ini," ujarnya pelan.

Sana tersenyum simpul, "kau tidak bosan mengatakannya?"

Yuta membiarkan pahanya dijadikan bantalan kepala Sana, sementara gadis itu membetulkan ulang letak selimutnya. Si pemuda membebankan lengan muskularnya di atas dada Sana, memberikan kehangatan dan perlindungan khas seorang lelaki.

"Jangan bohong, Nakamoto. Aku tahu aku cantik, tapi yang ada di pikiranmu barusan bukan itu." Sana berucap seraya memainkan jemari Yuta yang sebagian kukunya telah hilang akibat memukul tahanan perang kemarin lusa.

"Well, aku memang tidak bisa bohong padamu, tapi berapa kali pun aku mengatakan hal ini, bahwa rasa khawatirku terhadap Sekutu lebih besar daripada rasa takutku menghadap kaisar, tidak akan membuat tentara Jepang mundur. Aku bertanya-tanya, apa lagi yang mereka inginkan dari negara ini? Kita punya Tokyo, Nagoya, Okinawa, jadi buat apa kita di sini?"

"Kalimat itu bisa menjebloskanmu ke penjara, Sayang. Seperti kata Ninomiya; tidak patriotik."

"Kau percaya apa yang dikatakan kempetai sialan itu?"

"Aku tidak bilang begitu, rasa patriotisme seseorang tidak bisa diukur dengan kesetiaan pada kekaisaran yang tiran, atau memasang bendera Nippon di depan rumah. Patriotisme punya arti yang lebih dalam."

"Aku mencintai negara kita, dan akan bertarung sampai mati jika lawanku adalah Amerika. Di Tiongkok sini, kita seperti pamer kekuasaan."

"Kau mungkin lupa soal Nippon Cahaya Asia dan saudara-saudaranya."

"Persetan." Yuta berucap sambil menyalakan lintingan tembakaunya, "ingin merokok bersamaku?"

"Orang bilang, sepasang kekasih yang merokok bersama, akan mati bersama." Sana menegakkan badannya, kemudian memakai kimono-nya kembali dan menerima tawaran Yuta. Si Gadis Minatozaki merokok sembari bersandar ke bahu Yuta; memandang jauh ke langit yang dipenuhi asap dan aroma arang.

"Beberapa tahun yang lalu, saat terjadi perang di Okinawa, aku ikut denganmu dan bersikeras bekerja di bagian medis. Kau berangkat pukul lima pagi dengan balutan seragam militer, aku menyematkan lencana-lencanamu dan menyuruh orang mengisi penuh semua senjatamu. Hari itu aku tidak bisa bekerja dengan tenang, suster kepala memarahiku karenanya. Melihat prajurit-prajurit yang sekarat dan mati di depanku, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak keluar dan mencarimu, tapi aku tahu itu tindakan bodoh. Akhirnya aku menunggu sampai matahari tenggelam, dan kau pulang membawa dua luka tembak di tangan."

"Ya, dan kau menangis sampai pagi berikutnya. Aku sempat kecewa karena bukan kau yang menanganiku kala itu."

"Menurut pengalamanku, seorang tenaga medis tidak boleh menangani pasien yang memiliki ikatan batin dengannya, hal itu bisa mengacaukan konsentrasi dan membahayakan keselamatan pasien."

"Sana," ujar Yuta sembari meremas bahu kekasihnya pelan, "sebentar lagi aku ditugaskan memimpin penyerangan ke barat Beijing, aku dan semua prajurit ayah akan berangkat ke sana setelah keputusan rapat dibuat. Kumohon padamu jangan ikuti aku untuk kali ini."

Whisper Of The Wind || yuwin [COMPLETED ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang