HS - 04

633 155 61
                                    

Chapter Four : The future's not set

Setelah Sehun dinyatakan gila dan semua ceritanya tak lebih dari omong kosong oleh Dr. Song, petugas kepolisian kemudian menjelaskan padaku tentang rompi anti peluru dan kemungkinan kalau pria yang berusaha membunuhku menggunakan itu di balik jaketnya yang menyebabkan dia mampu bertahan meskipun berulang kali ditembak. Aku tahu aku seharusnya merasa lebih tenang sekarang karena itu berarti hidupku tak se-terancam seperti yang Sehun bilang. Tapi nyatanya, aku sama sekali tidak merasa begitu.

Petugas kepolisian kemudian menyarankanku untuk beristirahat di sofa yang ada di ruangannya. Dia juga meyakinkanku kalau aku aman di sini dengan lebih dari tigapuluh polisi yang berjaga, sebelum meninggalkanku sendirian di ruangan ini. Tapi, benarkah hal itu? Kenapa aku tetap saja tidak merasa aman?

Meskipun tak yakin, aku tetap mencoba mengikuti saran petugas kepolisian yang telah berbaik hati padaku itu. Aku memang kelewat lelah dan sangat membutuhkan istirahat. Maka, aku segera menyamankan diriku sendiri di sofa dan mencoba menutup mata.

Baru beberapa detik mencoba terlelap, aku terpaksa membuka mataku lagi ketika merasakan sebuah guncangan pada gedung ini. Dan ketika suara tembakan kembali terdengar dari ruangan lain yang ada di gedung ini, aku langsung teringat dengan kata-kata Sehun tadi. Dia akan menemukanku, dan para polisi itu tidak bisa menghentikannya.

Aku turun dari sofa dan mendekati pintu ruangan. Namun sebelum sempat menyentuh kenopnya, seseorang telah terlebih dahulu membukanya dari arah lain. Orang tersebut adalah petugas kepolisian yang sejak tadi bicara denganku. Dia masuk ke dalam ruangan ini hanya untuk mengambil sebuah senapan, dan menyuruhku untuk tetap di sini.

Suara tembakan di luar sana tidak kunjung berhenti dan malah terdengar semakin dekat. Aku benar-benar tak tahu harus bagaimana saat ini. Jika aku keluar dari sini, aku mungkin akan berpapasan dengan mahluk itu. Jika aku tetap di sini, dia mungkin akan menemukanku. Kedua pilihan yang kupunya saat ini sama-sama berpotensi besar membuatku terbunuh.

Aku akhirnya memilih bersembunyi di bawah kolong meja yang ada di ruangan itu. Aneh, yang ada dipikiranku saat ini adalah Oh Sehun. Betapa aku berharap dia kembali datang untuk menyelamatkanku. Dan jika itu kembali terjadi kali ini, aku bersumpah aku akan mempercayai semua kata-katanya.

Setelah beberapa saat hanya bersembunyi dan mendengarkan suara tembakan yang tak kunjung usai, aku akhirnya mendengar suara lain yang semakin membuat jantungku berpacu cepat. Seseorang berusaha membuka pintu ruangan ini, yang sepertinya dikunci oleh petugas kepolisian tadi dan itu berarti seseorang tersebut bukanlah dia.

Saat ini, yang bisa kulakukan hanyalah memejamkan mata karena tak sanggup melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Terlebih ketika aku tahu kalau seseorang tersebut berhasil mendobrak pintu ruangan ini.

"Soojung!"

Mataku reflek kembali membuka kala mengenali suara baritone khas yang memanggil namaku itu. Aku cukup yakin dengan identitas pemilik suata itu. Segera saja aku keluar dari tempat persembunyianku dan balik menyerukan namanya, "Sehun!"

Aku tak pernah merasa sesenang ini melihat seseorang sebelumnya. Apalagi seseorang yang belum lama kukenal.

Sehun tak mengatakan apapun dan hanya menarik tanganku untuk berlari mengikutinya.

Keadaan di kantor polisi itu lebih dari sekedar kacau. Aku menjumpai banyak sekali darah serta orang-orang berseragam polisi tergeletak tak bernyawa di sepanjang koridor. Sekali lagi, aku tahu Sehun ternyata benar. Mereka tidak bisa menghentikannya. Sesuai sumpahku sebelumnya, mulai sekarang aku akan mempercayai semua kata-katanya.

Juvenile's BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang