Chapter Seven : I always have
Beberapa jam berlalu setelah aku merebahkan tubuh di ranjang, namun tak kunjung terlelap. Semua yang ada dipikiranku, ataupun yang kurasakan saat ini, rasanya seperti sedang bekerja sama untuk membuatku tetap terjaga. Mereka adalah alasan aku tak kunjung kehilangan kesadaranku.
Aku menggulingkan tubuhku ke arah lain, ke arah Sehun yang sedang duduk di kursi dekat jendela dan mengawasi halaman luar motel dari sana. Dia baru saja selesai mandi setelah berhasil menyelesaikan peledaknya yang ketujuh. Tak ada satupun benang yang menutupi tubuh bagian atasnya, yang ternyata dihiasi cukup banyak bekas luka yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Menyerah untuk mencoba terlelap, aku akhirnya bangkit dari ranjang untuk berpindah ke sofa di sebelah Sehun.
"Dia akan menemukan kita, kan?" tanyaku lirih. Aku tahu aku tak perlu menanyakan pertanyaan yang sudah sangat jelas jawabannya itu.
"Kemungkinan," jawabnya tanpa menoleh.
Aku yang telah menduga jawaban itu, hanya bisa terdiam. Satu hal yang paling kusuka dari Sehun adalah kejujurannya. Semua yang dia katakan selalu berdasarkan pada keadaan kami yang sebenarnya. Dia tidak mencoba berbohong, tidak bahkan demi menenangkanku.
"Soojung, kalau aku dimusnahkan terlebih dahuluㅡ"
"Tolong jangan katakan itu," potongku memohon.
Tapi Sehun mengabaikannya. "Jika itu terjadi, kau harus segera pergi, menghilang tanpa jejak. Negera yang berbeda, nama yang berbeda, segala sesuatu yang berbeda. In case they send another one."
Jadi, ada kemungkinan mereka bisa mengirim Terminator lainnya? Tidakkah mereka tahu kalau satu saja sudah cukup mengacaukan hidupku?
"Ini tak akan pernah berakhir, kan?" Pertanyaan retoris lainnya keluar dari mulutku. Namun kali ini, Sehun tak menjawabnya.
Tubuhku mulai gemetar kala memikirkan bencana yang mungkin saja memang tak berujung ini. Kemanapun aku pergi, rasanya bencana itu akan terus mengikuti seperti sebuah bayangan. Seberapa keraspun aku berusaha mengusirnya... rasanya dia tetap kunjung pergi.
"Look at me, I'm shaking." Aku sebenarnya tak benar-benar ingin Sehun melihatku yang gemetar saat ini, tapi pria itu malah benar-benar menoleh padaku. "Some legend, huh? You must be pretty disappointed."
"No, I'm not," elaknya dengan suara pelan, hampir menyerupai bisikan.
Aku tak tahu kenapa udara di sekitar kami rasanya semakin menipis. Mataku tiba-tiba berair. Dadaku terasa begitu sesak tanpa alasan yang jelas. Situasi seperti ini sama sekali tidak kuharapkan.
"Sehun..." Aku menyebut namanya sambil mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh ke pipiku. Ini benar-benar memalukan, tapi aku berusaha untuk tak memerdulikannya karena aku tahu aku harus mencoba mengalihkan pembicaraan agar situasi ini tidak lagi terasa begitu menyesakkan. "Perempuan di masamu... seperti apa mereka?"
"Pejuang yang tangguh."
"Bukan itu maksudku." Tiba-tiba, aku merasa gemas dengan sisi polosnya ini. "Apa ada seseorang yang spesial di sana?" tanyaku lagi.
Dahinya malah mengerut, tanda dia benar-benar tak mengerti maksudku. "Seseorang...?"
"Seseorang yang kau cintai," jelasku.
"Tidak ada," jawabnya cepat. Kemudian, memalingkan wajahnya kembali keluar jendela. "Tak pernah ada."
Sepertinya, seluruh hidup Sehun benar-benar diisi dengan pertempuran. Dia bahkan tak memiliki waktu untuk mencintai. Dunianya ternyata jauh lebih buruk dari yang kupikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juvenile's Book
FanfictionBuku ini berisi kumpulan cerita-cerita tentang Oh Sehun dan Jung Soojung, yang berdasarkan remake dari film-film terkenal.