Chapter Six : Drive Through
Soojung menyandar dengan lemas di kursi penumpang ketika Sehun mengendarai mobilnya di sepanjang jalan yang mengarah ke pusat kota. Tas berisi foto-foto terlepas dari jari-jarinya yang lemas.
Soojung hanya bisa terdiam, merenungkan tragedi baru-baru ini serta maksud yang masih dipertanyakan dari foto-foto menyeramkan yang diambilnya malam itu, dan juga sikap Sehun yang tiba-tiba hampir mirip induk ayam terhadapnya. Jujur saja, Soojung merasa terganggu sekaligus terpesona oleh bahasa tubuh Sehun yang cemas dan protektif ketika lelaki itu mengantarnya ke sisi penumpang dan membuka pintu mobil untuknya. Dia mendapati dirinya melirik berulangan kali ke arah Sehun saat lelaki itu mengemudi, begitu serius dalam setelan jasnya. Sama sekali tidak terlihat seperti bocah bodoh yang membuat lelucon tentang muntah-muntahan dan mengambil foto celana dalam Hyuna. Dia jadi bertanya-tanya seberapa berubahnya Sehun yang sekarang.
"Kemungkinan dua orang," kata Sehun, "sahabat, yang meninggal dalam kecelakaan yang aneh, yang tidak terkait dengan kecelakaan yang hampir membunuh mereka sebelumnya, lebih buruk daripada peluang memenangkan lotre."
"Tapi," sahut Soojung, berusaha meyakinkan dirinya sendiri namun tidak begitu berhasil, "itu tidak mustahil, kan? Itu bisa saja hanya kebetulan. Benar, 'kan?"
Sehun mengangguk, lalu mengangkat bahu. "Ya, mungkin saja," katanya. "Kurasa satu-satunya cara kita untuk mengetahui dengan pasti adalah..."
Dia terdiam saat menyadari di mana pikiran itu membawanya.
"... adalah jika salah satu dari kita mati," lanjut Soojung.
Sehun menggelengkan kepalanya. "Astaga," katanya. "Rasanya tidak mungkin kita hidup, hanya menunggu untuk melihat siapa yang berikutnya mati."
"Memang tidak," Soojung menyetujuinya. "Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa lagi."
Alis Sehun berkerut saat dia memikirkannya, mencoba mengingat sesuatu. "Para korban selamat dari kecelakaan pesawat itu mati dalam urutan dimana mereka seharusnya mati jika mereka tetap di pesawat," katanya. "Yang duduk lebih dekat ke bagian depan pesawat mati terlebih dahulu, kemudian yang lebih jauh ke belakang, dan yang di belakang mereka dan seterusnya."
Soojung menatapnya, dahi mengerut tajam. "Kau pikir ini juga seperti itu?" tanyanya. "Bahwa kita semua akan mati dalam urutan kita duduk di roller coaster? Tidakkah menurutmu itu mustahil? Maksudku, tidak bisakah seseorang yang duduk di belakang mati lebih dulu? Sejak kapan kematian begitu... begitu urut?"
"Sooj," kata Sehun. "Aku benci menanyakan ini, dan aku tidak akan melakukannya jika aku merasa itu tidak penting."
"Apa?"
"Apa kau masih ingat pengelihatanmu?" tanya Sehun. "Maksudku, detail persis apa yang terjadi pada orang-orang yang turun dari roller coaster. Pada kita."
Soojung menyipitkan mata. "Aku justru sedang berusaha untuk melupakannya, Sehun," ketusnya, memalingkan wajah dan memandang ke arah lalu lintas yang lewat.
"Coba ingat-ingat sebentar," bujuk Sehun lembut. "Dalam pengelihatanmu itu, apakah memang orang-orang di roller coaster mati dalam urutan yang sama sesuai tempat duduk mereka?"
Soojung menggertakan giginya. Dia belum membicarakan detail spesifik pengelihatannya pada siapa pun. Dia masih ingat semuanya. Bagaimana suara Jongin dan Joohyun yang menjerit ketakutan. Atau ketika dia yang dengan putus asa berusaha membantu Sehun yang memegangi Chanyeol dan merasakan jaket pria itu tergelincir di jarinya. Atau juga bagaimana rasanya sapuan panas darah Sehun saat lelaki itu terbelah dua. Semua detail mengerikan masih terkubur dalam-dalam di benaknya. Membicarakannya hanya akan membuat itu terasa semakin nyata. Dan Soojung pikir jika dia tidak membicarakan atau bahkan memikirkannya, itu akan menguap seperti mimpi buruk. Tapi ternyata tidak. Itu justru semakin jelas, semakin intens, semakin mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juvenile's Book
FanfictionBuku ini berisi kumpulan cerita-cerita tentang Oh Sehun dan Jung Soojung, yang berdasarkan remake dari film-film terkenal.