"Hya! Seharusnya kau tak boleh mengatakan hal itu. Kau tahu bagaimana sengsaranya aku menahan rinduku pada orang tuaku?" Jisung.
°°°
Jisung perlahan masuk ke dalam kamar Hyu Ra. Cahaya remang, karena memang hanya lampu tidurlah yang menyala. Dilihatnya wanita tua itu tertidur nyenyak di balik selimut tebalnya. Wajah itu terlihat damai dalam lelapnya.
Jisung mencoba menutup pintu tanpa membuat suara. Bagaimanapun ia tetap tak mau sampai ibunya itu terbangun. Secara perlahan ia naik ke ranjang Hyu Ra. Masuk ke dalam selimut yang sama dengan sang ibu. Menatap Hyu Ra yang masih terlihat cantik meski usianya sudah semakin renta.
Entah kenapa setelah mendengar curhatan Minhyun dan Jihoon tadi, membuat Jisung jadi rindu pada orang tuanya.
Merindukan Hyu Ra atau orang tua kandungnya? Entahlah. Jisung sendiri tak yakin.
Sebenarnya, Jisung yang tadi pulang larut karena harus lembur, tak sengaja mendengar suara tangis. Setelah dicari olehnya sumber suara, ternyata berasal dari kamar Minhyun dan Jihoon. Ia juga niatnya ingin bertanya tentang apa yang terjadi, tapi setelah mendengar mereka sedang tukar curhat, hatinya tak sampai. Ia akhirnya lebih memilih untuk membiarkan keduanya dan menyimpan cerita mereka secara pribadi.
Jisung kembali teringat bagaimana pertama kali ia bertemu dengan Jihoon. Di sebuah gang gelap, Jihoon tergeletak hampir tak sadarkan diri.
(Flashback)
Seperti biasa Jisung pulang dengan berjalan kaki. Meskipun punya uang untuk ongkos, Jisung nyatanya lebih suka pergi bekerja dengan berjalan kaki, atau terkadang ia juga naik sepeda. Terkadang pula, ia dijemput oleh Seongwoo.
Seperti malam itu, Jisung pulang bekerja dengan jalan kaki. Langkah kakinya riang seiring bibirnya yang bersenandung lagu favoritnya. Jisung memang pemuda yang periang, suka menghibur orang dengan leluconnya. Ia juga memiliki suara yang bagus. Woojin pun sering sekali meminta untuk dinyanyikan lagu Nina Bobo olehnya. Jisung juga sangat penyayang. Ia orangnya sangat tidak tegaan.
Dan saat itu saat melewati sebuah pertigaan, Jisung mendengar suara aneh. Suara rintihan dan tangisan.
"Hallo, ada orang di sini?" tanya Jisung penasaran.
Saat itu sudah sepi, karena memang sudah larut. Jisung perlahan berbalik arah ke sebuah gang yang lebih gelap dari dua gang yang lain. Matanya menyipit ketika ia seperti melihat seseorang yang tergeletak di aspal.
"Omo!"
Jisung segera menghampiri orang itu. Membalikkan tubuhnya. Jisung terkejut bukan main tatkala melihat kondisi orang–yang adalah Jihoon–itu sangat memprihatinkan. Luka lebam di sekujur tubuh. Ia seperti habis dipukuli habis-habisan.
"Hei, kau baik-baik saja? Siapa namamu? Apa yang terjadi padamu, huh?" tanya Jisung beruntun.
"To- tolong, Ji- Ji-"
"Hya! Gwaenchana? Buka matamu!" Jisung panik melihat pemuda yang ditemukannya itu tak sadarkan diri.
Tanpa berpikir panjang lagi, Jisung langsung menggendong Jihoon dan berniat membawanya ke Rumah Haneul. Berlari sekuat tenaga agar bisa segera sampai rumah. Jisung tergopoh-gopoh menggendong Jihoon di punggungnya.
"Eomma! Eomma!"
Jisung tak sanggup membuka pintu rumah. Maka dari itu ia hanya berteriak memanggil sang ibu. Tak berapa lama, Hyu Ra membukakan pintu. Betapa terkejut wanita pemilik rumah Haneul tersebut melihat putra tertuanya pulang membawa seorang anak yang penuh luka di malam hari seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/132178178-288-k51863.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful || Wanna One [Complete]
FanfictionRumah Haneul. Bukanlah hanya sekedar rumah biasa. Rumah milik wanita berusia 50 tahun itu telah banyak memberikan mereka-yang tinggal di sana-kenangan yang luar biasa berharga. Kebersamaan. Kekeluargaan. Sedih bersama, bahagia bersama. Meski mereka...