Part 13: Dibuang (Lai Guanlin)

38 7 0
                                    

"Aku tidak tahu kenapa orang tuaku membuangku ke negara ini." Guanlin.






•••






Pagi menjelang dan matahari perlahan mulai meninggi. Kecuali Jihoon dan Woojin yang ada di halaman belakang vila, mereka yang sehabis berpesta semalam masih lelap dalam tidur nyenyaknya. Namun salah satu pintu kamar yang ada di lantai dua tiba-tiba terbuka. Keluar dari dalamnya seorang pemuda yang rambutnya sangat berantakan khas orang baru bangun tidur. Itu adalah Minhyun.

Minhyun yang beberapa kali masih menguap itu lalu menuruni tangga dan langsung menuju dapur. Meski ia masih belum sepenuhnya sadar dari rasa kantuknya, tapi Minhyun berniat membuatkan sarapan untuk keluarganya.

Sejenak Minhyun berhenti melangkah ketika melihat Jihoon dan Woojin dari jendela besar yang terbuat dari kaca, mereka sedang duduk bersama memandang langit di halaman belakang bekas pesta semalam. Pria yang gemar memasak itu mengernyit. Merasa heran pada dua orang yang sering bertengkar bahkan pada hal sepele itu.

"Tumben sekali akur," gumam Minhyun. Lalu ia memilih tidak mau ambil pusing dan kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur.

Tapi lagi-lagi, Minhyun dikejutkan oleh sesuatu yang membuatnya sampai menghentikan langkah. Seseorang tengah duduk melamun di meja makan. Di depannya ada sebuah gelas transparan yang separuhnya masih berisi air putih.

"Lai Guanlin?" Minhyun menghampiri pemuda asal Taiwan tersebut. Sepertinya Guanlin masih tidak menyadari kehadiran Minhyun. Lihat saja saat Minhyun memanggilnya, Guanlin hanya diam saja. Minhyun jadi penasaran dengan apa yang dilamunkan oleh Guanlin saat ini.

"Hya!"

"Astaga!" seru Guanlin kaget saat Minhyun dengan sengaja menepuk bahunya keras. Guanlin bahkan hampir jatuh dari kursi saking terkejutnya. Beruntung Minhyun juga langsung sigap memeganginya hingga hal itu bisa dihindari.

"Kau melamunkan apa, sih? Sampai aku panggil berkali-kali tidak terdengar dan tidak kau jawab." Minhyun lalu ikut duduk di kursi lain.

"Eh? Ti-tidak. Tidak melamunkan apapun, Hyung!" elak Guanlin tidak ingin memberitahu apa yang sedang mengganggu pikirannya.

"Sudahlah, jangan berbohong! Ceritakan saja!" Minhyun dan Guanlin menoleh ketika sebuah suara yang terdengar mendekat. Daniel yang tentu datang dari kamarnya, langsung duduk bersama mereka berdua. Tanpa permisi meminum sampai habis air putih milik Guanlin. Minhyun dan Guanlin hanya saling pandang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak tahu lagi bagaimana harus menyikapi sikap Daniel.

"Daniel, bisa tidak bilang permisi saat kau ingin meminta sesuatu dari orang lain?" Minhyun menasehati.

Daniel mengangguk sekali. Rasa-rasanya malas sekali untuk mendengar ocehan Minhyun di pagi hari ini. Toh, ia hanya meminum air putih saja. Seperti itu kiranya yang dipikirkan Daniel.

"Mereka berdua, Jihoon dan Woojin, kenapa ada di luar sana? Tumben sekali akur," tanya Daniel, mencegah Minhyun agar tidak ceramah lebih panjang lagi.

"Benar. Aku tadi juga melihatnya. Kau tahu, Guanlin?" lanjut Minhyun yang sama-sama penasaran.

Guanlin mengangguk. Wajahnya tiba-tiba menjadi sendu. Bahkan ia sekarang malah menunduk. Minhyun menolehkan pandangannya pada Daniel. Daniel mengangkat kedua bahunya pertanda ia tidak tahu ada apa dengan Guanlin.

"Ada apa, Guanlin-ah?" tanya Minhyun, "atau jangan-jangan mereka yang membuatmu sedih? Mereka menjahilimu lagi?"

"Tidak. Tidak seperti itu, Hyung."

Beautiful || Wanna One [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang