"Sejak usia sepuluh tahun, aku hidup di jalanan. Mengamen hanya untuk membeli satu bungkus roti. Hingga akhirnya Hyu Ra Eommoni membawaku ke tempat ini." Jaehwan.
•••
"Kau itu jauh lebih beruntung daripadaku, Lee Daehwi."
Daehwi menautkan kedua alisnya. Tidak mengerti apa maksud Jaehwan. Raut wajah Jaehwan yang terlihat biasa saja tanpa tersirat ada luka, semakin membuat Daehwi terheran-heran. Padahal baru saja pemuda itu mengatakan kalau ia tidak lebih beruntung dari dirinya. Bukankah wajah itu harusnya bersedih?
"Bagaimana bisa, Hyung?" tanya Daehwi.
"Ya, setidaknya kau masih memiliki harapan untuk bertemu ibumu."
Mendengar jawaban itu dari Jaehwan, membuat Daehwi jadi merasa tidak enak hati. Sepertinya salah jika ia menanyakan hal sensitif seperti itu pada Jaehwan.
"Sejak usia sepuluh tahun, aku hidup di jalanan. Mengamen hanya untuk membeli satu bungkus roti. Hingga akhirnya Hyu Ra Eommoni membawaku ke tempat ini." Jaehwan.
"Mengamen, Hyung?" Jaehwan mengangguk kecil sembari mengulas senyum.
Jaehwan memang hidup sebarang kara. Tidak ada satupun keluarga yang diketahui olehnya. Ayah, ibu, nenek, kakek, bibi, paman, adik, kakak, atau siapapun itu, Jaehwan tidak pernah tahu siapa keluarganya.
Entah sejak usia berapa persisnya yang Jaehwan sendiri juga tidak tahu. Jaehwan dulu pernah tinggal di sebuah panti asuhan sebelum akhirnya Hyu Ra mengajaknya tinggal di rumah Haneul. Tinggal di sana tanpa ada satupun sanak saudara yang datang untuk mencarinya. Saat di panti asuhan itu, memang ada beberapa kali pasangan suami istri yang hendak mengadopsinya. Namun, Jaehwan selalu menolak. Selalu saja menangis tidak ingin pergi ke manapun dari panti asuhan tersebut.
Bukan Jaehwan tidak ingin mengorek tentang masa lalunya, tapi Jaehwan terlanjur memiliki luka. Juga perasaan takut yang selalu menghantuinya. Ia takut dengan kenyataan yang mungkin saja akan membuatnya sangat kecewa. Baginya, hidup yang sedang dijalaninya adalah takdir dari Tuhan. Yang merupakan jalan terbaik untuknya. Mungkin saja dengan dibuangnya ia dari kehidupan keluarganya yang sebenarnya, akan membawa kebahagian bagi mereka yang entah di mana rimbanya itu.
Tapi tidak bisa dipungkiri, nyatanya pernah suatu kali Jaehwan bertanya pada Ibu pemilik panti tentang bagaimana awal ia bisa tinggal di sana. Entah ia harus senang atau bersedih dengan jawaban Ibu pemilik panti itu. Jaehwan yang saat itu masih berusia sekitar satu tahunan, ditemukan saat malam hari oleh salah satu pegawai di depan panti asuhan. Ditinggalkan begitu saja. Menangis kedinginan tanpa selimut yang membungkusnya.
Jaehwan senang, karena keluarganya masih memberinya kesempatan untuk hidup. Tapi Jaehwan juga sedih, kenapa ia harus dilahirkan kalau hanya untuk dibuang. Dan setelah saat itu, Jaehwan berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan lagi bertanya dan mengorek-orek tentang masa lalunya. Cukup sudah. Ia tidak perlu untuk tahu lebih banyak lagi. Yang akan ia lakukan adalah hidup untuk ke depannya. Melalui semua takdir yang akan terjadi nanti di hidupnya.
Namun, hidup Jaehwan semakin berat saat musibah datang menimpa panti asuhan tempatnya tinggal saat itu. Sebuah kebakaran hebat melalap habis bangunan tempatnya bernaung itu. Membuatnya harus terpaksa hidup di jalanan saat usianya baru sepuluh tahun. Sebenarnya, para anak-anak yang sebelumnya tinggal di panti itu dipindahkan ke panti asuhan lain. Namun, Jaehwan memutuskan untuk pergi saja. Menjalani hidupnya sendiri tanpa ada yang menemani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful || Wanna One [Complete]
FanficRumah Haneul. Bukanlah hanya sekedar rumah biasa. Rumah milik wanita berusia 50 tahun itu telah banyak memberikan mereka-yang tinggal di sana-kenangan yang luar biasa berharga. Kebersamaan. Kekeluargaan. Sedih bersama, bahagia bersama. Meski mereka...