Johnny itu; manusia super peka

12.9K 1.9K 580
                                    

Aku yang menyukainya lebih dulu.

Jika memang ini saatnya aku membuat pengakuan, maka aku mengakui bahwa aku yang menyukainya lebih dulu.















Untuk yang ini, aku benar-benar tidak ingat sejak kapan aku mulai menyukainya. Sejak kapan detak jantungku mulai berdetak dengan ritme yang aneh setiap kali aku satu kelompok hunting foto dengannya? Sejak kapan aku mulai menganggumi apapun hasil jepretan kameranya? Aku tidak ingat sejak kapan aku mulai selalu mencari perhatiannya bahkan untuk hal sepele seperti "John, kalo ISO nya segini bakal terlalu cerah gak ya?"

Yang jelas bukan sejak aku mengetahui arti namanya sebagai bintang yang paling terang.

Mungkin, memang sejak itu aku mulai selalu memerhatikannya. Mulai selalu mencarinya di antara kumpulan mahasiswa sastra inggris yang nongkrong di bangku biru. Atau mulai tersenyum kaku jika bertemu dengannya di warung atep ketika aku hendak membeli teh kotak.

Aku juga belum yakin apakah aku benar-benar menyukainya atau aku hanya menjadikan Johnny sebagai distraksi atas aku yang gagal move on dari mantan pacarku waktu dulu.

Aku hanya senang melihatnya dari pendopo jalan terburu-buru menaiki tangga ke gedung C. Atau ketika musim hujan dia turun dari sekre himpunan dengan sweater hoodie yang talinya tersimpul sambil menenteng satu gelas plastik berisi kopi yang mengepulkan asap air panasnya.

*

Tahun pertama perkuliahan akan segera berakhir. Parasastra merencanakan LDKM atau latihan dasar kepemimpinan sekalian untuk melantik anggota baru 2013. Acaranya di laksanakan di salah satu vila di daerah Bandung Utara selama satu malam.

Agendanya, semuanya akan pergi bersama dari kampus pagi hari. Siangnya, setiap anggota baru akan hunting individu karena sorenya akan dievaluasi. Malamnya, kakak-kakak bilang akan jadi acara malam keakraban yang santai.

Semuanya berjalan lancar dan tepat waktu. Malamnya kami benar-benar bersantai seperti malam keakraban biasanya. Sebuah api unggun, barbekyu, tidak lupa suara gitar akustik yang dimainkan Kang Tama melantunkan berbagai lagu dari lagu manis sampai lagu yang nggak jelas dan nggak semua orang tahu.

Anggota baru sudah resmi menjadi anggota tetap. Tidak banyak anggota baru yang dilantik padahal waktu hari pertama perkumpulan dimulai, anggota kegiatan ini cukup banyak. Tapi yang bertahan? Sepertinya tidak lebih dari 20 orang.

Ya begitulah seleksi alam.

Aku menikmati keramaian malam ini dari pinggir taman. Duduk di batang pohon besar yang terlihat seperti hasil dari pohon yang tumbang. Sambil mengobrol dengan teman-teman dan beberapa kakak tingkat sejurusanku.

Kami larut dalam obrolan sampai tidak sadar bahwa ini hampir tengah malam. Satu persatu dari kami mulai tumbang. Ada yang masuk ke vila untuk beristirahat, ada yang menghampiri kumpulan Kang Tama yang masih asik memecah malam dengan nyanyian.

Aku menjadi yang terakhir di tempat itu.

Entahlah, bagiku suhu dingin seperti ini lebih nikmat jika dihabiskan sendirian. Dingin dan sendiri, bukankah pasangan yang sempurna?

Samar-samar ku dengar kang Tama mulai memetikkan gitarnya, memainkan sebuah lagu yang langsung membuat otakku memutar memori paling manis sekaligus paling pahit untuk dikenang.

I hate that song.

Aku membatin dalam hati sambil menghirup nafas dalam-dalam dan bersiap berdiri dari duduk ku untuk masuk ke villla. Belum sempat aku berdiri, sebuah tangan yang menggenggam gelas kertas terulur dihadapanku.

Bitterlove; Cerita Johnny--AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang