⚠️ read with your own risk! If you're uncomfortable just skip this part!⚠️
"Kamu nawarin trial berapa lama sih waktu itu, John?"
Langit menjingga bersama deburan ombak yang mulai pasang. Dengan mata yang tertutup kacamata hitam, Johnny memandang jauh ke arah laut yang tidak berujung. Dari sudut matanya, dia bisa menangkap mata seorang perempuan tengah memerhatikan profilnya sembari menunggu jawaban yang tengah dipikirkan.
"Nggak ada waktunya, yang."
"Oh iya ya? Lagian apa sih sok ide banget pake nawarin trial? Dikira anti virus?" Mereka tertawa ditemani riuh ombak dan suara banyak manusia yang menikmati senja di tepi pantai.
Tepat hari ini di satu tahun yang lalu, si laki-laki dengan percaya diri dan nggak tahu diri ngaku-ngaku sebagai orang peka untuk menyatakan perasaan dengan cara yang paling cupu kepada perempuan yang sekarang duduk di sebelahnya.
Untuk merayakan itu, keduanya memutuskan untuk pergi ke pantai setelah mata kuliah sebelum makan siang selesai. Menempuh hampir 4 jam ke pantai terdekat, mereka sampai tepat ketika senja datang. Bukankah waktu yang manis menikmati senja di pantai?
Gadisnya memilih pantai karena katanya "Jadian di gunung. Anniversary pertama di pantai. Keren." Maka disini lah mereka. Mengenang 365 hari yang sudah berhasil dilewati bersama-sama.
"Setahun ya? Emang kamu waktu itu nggak bisa move on kenapa sih? Belum cerita."
"Oh ya? Masa belum cerita? Lagian kamu nya juga nggak nanya. Aku kira nggak penasaran."
"Cara terbaik untuk melepaskan tuh dengan nggak membahasnya." Kata Johnny sok bijak. Sindi tertawa sambil mukul bahu kekasihnya. Kenapa sih cewek kalau ketawa suka sambil mukul? Begitu batin Johnny.
"Kayak yang iya aja. Jadi bahas nggak nih?"
"Bahas deh bahas. Kepo."
"Okay. Hmm...He is my first love." Cerita dimulai. Johnny langsung membetulkan duduk menghadap gadisnya sembari memeluk kaki yang dilipat. Tatapan gadisnya kali ini mengawang menatap langit yang mulai terlihat gelap karena matahari di barat sana sudah hampir tenggelam sempurna. Entah kenapa mendengar Sindi mengucap "cinta pertama" membuat memori Johnny ikut memutar masa lalu.
"Dia baik. Dia menyenangkan. Pertama kalinya aku ngerasa bisa berbagi apapun sama orang lain selain keluarga. Punya temen cerita dan bisa jadi tempat cerita juga."
"Long story short, aku minta putus alasannya agak kekanakan sih, cuma gara-gara dia nggak bisa anter jemput aku ke sekolah hahahaha." Tawanya terdengar sedih bagi Johnny tapi tetap dibiarkan dia melanjutkan ceritanya.
"Tapi habis putus masih deket. Masih suka ketemu. Dari situ kayak sadar ternyata akunya masih sayang tapi dianya udah bajingan banget suka banding-bandingin aku sama orang lain."
"Bandingin sama orang lain?" Tanya Johnny yang nggak sabar ingin langsung mendapat penjelasan. Sindi hanya mengangguk kemudian menarik nafas dalam sebelum membuangnya.
"Katanya aku kurang baik lah, apa lah blablabla nggak ngerti juga. Tapi emang bego banget sih jadinya malah nggak bisa move on akunya." Matanya kembali menatap lurus ke ujung laut tempat matahari tadi membenamkan dirinya.
"Sekarang udah bisa kan?" Tanya Johnny. Gadisnya kembali melirik sambil memicingkan mata.
"Berkat kamu beb." Katanya bercanda dan berhasil kembali membuat tawa bergabung dengan ombak yang mulai pasang. Tapi setelah selesai tertawa, Sindi menatap Johnny dalam sampai yang ditatap merasa seperti ada yang salah dengan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitterlove; Cerita Johnny--AU
FanficNamanya Johnny Aldebaran. Mungkin ibunya tahu bahwa kelak anak laki-lakinya ini hobi membuat jantung anak orang berdebar nggak karuan. ©2019, coffecoustic