Jika biasanya seseorang akan melebih-lebihkan orang yang dia suka. Aku akan mengatakan bahwa Johnny, orang yang aku suka itu, biasa saja.Bahkan teman-temanku mengerutkan kening mereka dengan kompak ketika aku menunjuk Johnny di tengah kumpulan anak sastra inggris.
"Serius? Kenapa suka dia?" Tanya Yunis.
"Iya dah. Biasa aja tahu." Timpal Juwita, atau biasa selalu kupanggil Juju sambil memicingkan matanya ke arah Johnny yang tengah menghisap tembakaunya.
"Iya karena dia biasa aja." Jawabku sambil kemudian kembali menatap layar laptop karena kami tengah mengerjakan tugas. Kedua temanku bersamaan menggelengkan kepala mendengar alasanku.
Johnny itu biasa saja. Kalau kamu melihatnya hanya sambil lewat.
Coba ketika mengobrol dengannya, kamu perhatikan matanya. Mata coklat hazel nya yang selalu menyorotkan sinar yang membuat nyaman.
Atau senyumnya. Senyum tipisnya yang selalu bisa membuat hangat.
Tidak. Dia tidak tersenyum secerah matahari pagi atau mentari musim panas. Senyum Johnny Aldebaran lebih cocok dengan filosofi sinar senja di musim gugur, membuat bergetar tapi sekaligus yang paling erat memeluk. Membuatmu siap kapan saja bertemu langit malam yang gelap asal sudah melihat senyum dia.
*
Tahun ajaran baru dimulai. Aku resmi naik tingkat dan mengganti gelar dari mahasiswa baru menjadi mahasiswa semester tiga.
Waktu itu aku dan Johnny ikut bergabung dalam kepanitiaan ospek fakultas kami. Dia daftar di divisi pubdok, publikasi dan dokumentasi. Johnny bilang alasanya karena dia tidak mau jadi terlalu kenal. Huh.
Sedangkan aku memilih menjadi PK. Bukan penjahat kelamin :( tapi pembimbing kelompok atau kalau sedang diledek ya sebagai pengantar kencing. Karena tidak dipungkiri, tugas utama pembimbing kelompok adalah mengantar mahasiswa baru yang ingin ke toilet.
Ospek Fakultas Ilmu Budaya ini berlangsung selama 3 hari. Hari pertama sidang senat, hari kedua pertunjukan dari setiap perwakilan jurusan yang ada di FIB, hari ketiga penampilan dari setiap kelompok mahasiswa baru. Juga seperti biasa, mahasiswa baru mendapat tugas membuat surat cinta dan surat benci untuk para kakak panitia ospek untuk dikumpulkan di hari terakhir.
"Kalau ada yang belum tahu nama akang tetehnya yang mau dikasih surat, tanya ke kita aja ya." Aku berseru ke sekumpulan maba yang termasuk ke dalam kelompok yang aku bimbing. Seorang maba perempuan dengan ikatan rambut yang terlihat sudah melorot mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Aku menunjuknya mempersilakan dia untuk mengajukan pertanyaan.
"Kalau akang yang suka foto-foto itu namanya siapa ya kak?" Katanya dengan suara keras karena dia duduk di barisan belakang.
Aku dan Nata, partner PK ku saling menatap satu sama lain. Mencoba mengingat siapa yang dimaksud oleh si anak ini.
"Yang foto kan banyak. Anak pubdok yang mana?" Tanya Nata berusaha membuatnya lebih jelas. Tapi si maba perempuan terlihat kebingungan menjelaskan spesifikasi akang yang suka foto-foto yang dimaksudnya.
"Nah yang itu kak! Yang lagi foto itu." Tiba-tiba dia menunjuk ke salah satu arah sambil sedikit berteriak. Aku dan Nata kompak menoleh ke arah yang dituju dan mendapati Johnny sedang berjongkok sambil mengarahkan kameranya ke salah satu kelompok yang sedang berkumpul juga.
Nata langsung melirikku dan ku balas lirikannya. Selama beberapa detik seolah kami saling berkomunikasi lewat mata, akhirnya aku menyimpulkan senyum tipis sebelum kembali berbalik ke arah kelompokku lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/162545606-288-k474424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitterlove; Cerita Johnny--AU
FanfictionNamanya Johnny Aldebaran. Mungkin ibunya tahu bahwa kelak anak laki-lakinya ini hobi membuat jantung anak orang berdebar nggak karuan. ©2019, coffecoustic