Johnny itu; punya tempat rahasia

7.4K 1.2K 69
                                    

"Yuk, berangkat!" Aku berseru ceria setelah sabuk pengaman terpasang di depan dada.

Berjanji untuk pergi di minggu pagi kali ini sambil merahasiakan tempat tujuan. Pukul 8 pagi, sudah rapi dengan menggunakan dress tanggung yang bagian atasnya ditimpa dengan jaket denim ringan, aku sudah berdiri di teras rumah. Menunggu Johnny yang berjanji semalam akan menjemput di waktu yang sama.

Lebih sedikit dari waktu yang dijanjikan, mobilnya membunyikan klakson ketika berhenti di depan pagar rumah. Aku berlari kecil ke dalam rumah untuk pamit pada papa dan mama dengan cepat. Mengantongi hati-hati dari keduanya, aku lanjut berjalan cepat ke luar takut membuat Johnny menunggu lama.

"Ayo jalan." Mengulangi ajakan kepadanya yang tengah menatap tanpa berkedip. Sadar sedang diberi tatapan penilaian, aku menggigit bibir bawahku malu.

"Aneh ya?" Tanyaku sambil meneliti penampilan diri sendiri. Bukannya memberi jawaban, Johnny mengulurkan tangannya mengelus pucuk kepala kemudian dengan cepat memindahkan perseneling.

"Pretty, as always. And we're matching today." Katanya sambil mengangkat bahu memamerkan bajunya yang berwarna senada dengan dress yang kupakai. Padahal semalam hanya ada janji waktu pertemuan, penampilan yang sama hanya sebuah kebetulan yang menyenangkan untuk memulai hari ini.

Salah tingkah, rambut di kedua sisi yang menjuntai diselipkan kebelakang telinga.

"Udah sarapan?" Tanyanya dan aku mengangguk.

"Kamu udah?" Aku mengembalikan pertanyaannya.

"Udah. Orang rumah nggak nanya kamu mau kemana minggu pagi gini udah rapi?" Pandangannya tidak lepas dari jalanan selagi berbicara denganku.

"Tinggal bilang 'pergi sama Johnny' juga orang rumah pada nggak lanjut nanya." Jawabanku ternyata mengundang tawa kecilnya keluar.

"Emang kita mau kemana sih? Kenapa nggak mau bilang?"

"Rahasia." Jawab Johnny dengan nada meledek. Aku berdecih sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada pura-pura kesal.

Jalanan minggu pagi tidak terlalu ramai. Hanya sedikit tersendat di beberapa titik yang biasa dipakai untuk menggelar pasar mingguan. Siaran radio pagi-pagi kembali menjadi teman perjalanan. Mobil melaju ke jalan yang asing dan jarang aku lewati. Selanjutnya memasuki sebuah jalan kecil yang terus menanjak. Bahkan melewati beberapa permukiman warga.

Johnny memasukan mobilnya ke sebuah lapangan luas di tengah permukiman. Kemudian ia berhenti di satu sisinya dan mematikan mesin mobil. Kebingungan sudah mampir sejak ia berbelok ke jalan kecil, berhenti di tengah lapangan seperti ini membuat aku semakin bingung dengan tujuannya.

"Yuk dari sini jalan kaki." Katanya sambil melepas sabuk pengaman kemudian turun tanpa menghiraukan aku yang sudah ingin bertanya banyak hal padanya.

Johnny memutari mobil ke sisi satunya begitu aku membuka pintu untuk turun. Ia membuka pintu tengah, sedikit merunduk setengah badannya masuk kemudian kembali keluar dengan kamera yang sudah tergantung di lehernya, juga menarik satu keranjang rotan yang tidak terlalu besar.

"Piknik?" Suaraku hampir menggema di tengah lapang yang kosong ketika aku memekik antusias. Johnny menutup pintu mobil, kemudian menekan kunci dan memindahkan keranjang dari tangan kiri ke tangan kanannya.

"Kamu kan selalu pengen piknik, yuk!" Katanya sambil mengulurkan tangan kirinya yang langsung ku genggam dengan senang hati.

Selanjutnya kami jalan kaki kembali masuk ke permukiman. Sesekali mengucapkan permisi ketika melewati warga yang sedang berkumpul, izin menumpang lewat.

Bitterlove; Cerita Johnny--AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang