2. Sosok Harris J

41 7 0
                                    

Aleksia tak henti-hentinya melototi layar ponsel dari pukul 19.00- sekarang, di balkon kamarnya. Suasana malam hari ini terasa dingin, namun Aleksia sudah mempersiapkannya dengan memakai jaket kulit berwarna hitam, dan ditemani secangkir teh hangat. Kendaraan terlihat hilir mudik dari arah atas, karena letak kamar Aleksia berada di lantai 3, sudahlah pasti dia bisa melihat suasana jalanan dengan cermat.

Aleksia menggeser layar ponselnya atas-bawah berulang kali, tepatnya di profile instagram Harris J. Idolanya itu nampaknya belum update new picture nya hari ini. Aleksia mengerucutkan bibirnya kesal, nampaknya rindu pada idolanya itu belum bisa terobati.

Terlintas dipikiran Aleksia untuk memutar lagu Harris yang berjudul I Promise. Aleksia sangat menyukai lagu itu, memang semua lagu yang diciptakan oleh Harris bagus semua, tapi entahlah, I Promise lagu singkat yang memiliki banyak makna yang menggelitik.

Baru 1 menit ia memutar lagu itu, tapi sudah ada getaran horor yang menghentikan alunan syahdu itu. Aleksia mengerutkan keningnya, kesal. Yang ada di pikiran Aleksia sekarang adalah orang yang menelponnya, pasti sahabatnya yang menyebalkan itu.

Di liriknya layar ponselnya itu, tertera nama Rio. Ya, sudahlah pasti feeling nya itu. Tanpa berfikir lebih lama lagi, Aleksia mengangkat panggilan tersebut.

Apa? (Seru Aleksia kesal)

Jutek amat si, Al?

Lah kamu, ganggu aku aja!

Sok sibuk lo!

Emang lagi sibuk

Paling sibuk mikirin Harris, ck!

Biarin!

Gue ke rumah lo,

Gak us-

Tutt Tutt~

Ya, selalu saja Rio bisa melakukan apa saja yang dia mau. Haruskah dia ke rumah Aleksia setiap hari? Aleksia sendiri sering kali bingung, kenapa tuh orang gak berubah dari dulu sampai sekarang.

Aleksia meletakkan ponsel itu ke atas meja dengan kasar. Ia mengambil secangkir teh hangat itu, dan meminumnya. Aleksia bangkit dari duduknya dan menyenderkan tubuhnya ke jeruji pagar besi balkon itu yang berwarna hitam. Aleksia mengamati kendaraan yang ada disana, begitupun lampu yang berjejer di sepanjang jalan. Sekilas nampak indah dilihat, namun apakah kau tahu, setiap isi dari keindahan itu menyimpan konflik yang misterius.

Seperti halnya mobil kijang berwarna silver yang tengah terparkir rapih di depan cafe willy, mungkin ia terlihat biasa-biasa saja saat menikmati secangkir kopi di dalam sana, tapi apakah kau tahu, mungkin dia sedang melarikan diri dari masalah. Dia melakukannya dengan menikmati kopi sebagai penghilang rasa stres yang ada di pikirannya, atau mungkin dia tengah menghangatkan badannya dari suhu dingin di luar sana. Entahlah, setiap orang punya masalah sendiri-sendiri.

Aleksia yakin, banyak mobil yang berlalu lalang di jalan yang sama, Jalan Jendral Soedirman contohnya, tapi mereka memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda. Ada yang melewatinya karena terpaksa dan ada yang melewatinya karena keinginannya sendiri.

Aleksia menghembuskan napasnya gusar, ia mengusap lengannya dengan halus hingga bulu kuduknya sedikit teratasi.

Dor!
Suara sambar dari arah belakang.

Sontak Aleksia yang tengah tenggelam dalam lautan jaminannya itu terkejut dan membalikkan badannya.

"RIO!" teriak Aleksia kesal.

"Hahaha, kenapa? Kaget?" ledek Rio sambil cengengesan.

"Menurut muu?" kesal Aleksia, sembari melangkah mendekati kursi rotan.

Rio tengah mengenakan jaket kulit dengan warna senada dengan Aleksia, memakai celana jeans, dan sepatu adidas. Dirinya terlihat bahagia, entah apa alasan di balik wajahnya itu.

"Kalau lo ngambek muka lo kek jemuran belum kering, kusut!" ledek Rio asal ceplos.

"Terserah! Mana janjinya?" tagih Aleksia kesal.

"Janji apa? Perasaan gue gak ada janji sama lo?" gerutu Rio sembari duduk di hadapan Aleksia.

"Rio, kamu lupa? Kemarin kamu mau ngajak aku nonton!" ketus Aleksia membuang mukanya.

"Yaelah! Gue kira apa? Oke. Sekarang kita nonton." ajak Rio dengan entengnya.

"Beneran?!" seru Aleksia sangat antusias.

"Iya," perjelas Rio kembali.

"Sebentar, aku mau ganti baju dulu." ucap Aleksia sembari bangkit dari duduknya.

Rio memandang lekat kepergian Aleksia itu, pipinya mulai merah karena menahan tawa. Sebenarnya, Rio bukan mengajaknya nonton di bioskop, melainkan di layar laptopnya. Rio memang selalu saja begitu, tingkat kejahilannya sudah tidak diragukan lagi. Rio memang orang yang menyebalkan.

Sudah lebih dari 5 menit Rio duduk sendiri di balkon kamar Aleksia. Jemarinya dengan cekatan bermain di layar, nampaknya Rio tengah bermain game online. Kalau sudah main game itu, Rio seakan lupa segala hal. Ia tak memperdulikan sekelilingnya, entah dia sekarang ada dimana, dengan siapa, dan bahkan jam berapa.

You Lost!

"Sia!" teriak Rio sambil menendang meja yang ada di hadapannya.

"Kok bisa KAO si! Padahal gue udah pasang jurus ter better dari yang better!" gerutu Rio merutuki kekalahannya itu.

"RIOO!!" bentak Aleksia ketika mendapati secangkir tehnya tumpah di atas meja.

"Apa lagi si, Al?" gerutu Rio tak mengerti.

Dengan geram Aleksia mengambil cangkir itu dan meletakkannya seperti semula. "Kok bisa teh aku sampai tumpah, kek gini?!" kesal Aleksia.

"Ups, sorry! Gue gak sadar ada teh disitu." kata Rio seolah tak berdosa.

"Udah lah, lupain aja. Yuk, pergi sekarang, keburu tutup ntar!" ajak Aleksia antusias.

"Kemana?" pekik Rio heran.

"Katanya mau nonton Harris J! Ya, ayo!" pinta Aleksia sambil menarik tangan Rio dengan kasar.

"Siapa bilang mau nonton di bioskop?" celetuk Rio sambil tertawa kecil.

"Maksud, mu?" heran Aleksia bingung sendiri.

"Maksud gue itu, nonton di sini! Di laptop lo!"

"Sialan! Yang bener aja, masak nonton di laptop aku, itu namanya bukan nonton, Rio!" geram Aleksia.

"Kan, sama aja, Aleksi!" gerutu Rio.

"Ya beda lah, Rio! Di mana-mana kalau nonton ya di bioskop!" elak Aleksia kesal.

"Nih ya, Dungu! Lo mau lihat video dimanapun, itu namanya juga nonton! Lo lihat layar laptop itu, sama aja lo nonton, kan?" perjelas Rio kesal.

"Tap-"

"Udah, diem!" pinta Rio sambil membungkam bibir Aleksia.

Rio mendorong tubuh Aleksia hingga membuatnya terduduk di kursi rotan itu. Rio mengambil kursi yang didudukinya tadi dan memindahkannya di dekat Aleksia. Rio juga mengambil laptop yang berlogo apel itu dari dalam kamar.

"Nih, lo sendiri yang pilih mau nonton yang apa?" suruh Rio datar.

Aleksia mendengus kesal. "Rio, mah!" gerutu Aleksia kesal, sembari memilih deretan video yang ada didalamnya.

Dari deretan video yang tertera di layar laptop, Aleksia memilih video Harris J saat perform di MOTD (Music Of The Day) yang pernah di gelar di RCTI pada tahun 2015.

Pada saat itulah, kali pertama Aleksia jatuh cinta pada sosok Harris J. Sebelumnya, Aleksia pernah mendengar lagu salam alaikum dari saudara perempuannya, Lina. Lina yang melihat sosok Harris ada di berita RCTI pada saat itu langsung suka dengan lagu slam alaikum, tapi dia tidak mengidolakan Harris J. Berbeda dengan Aleksia, dia sangat suka dengan sosok Harris J sebagai seorang hafidz.

Bagi Aleksia, seorang hafidz dari luar negeri adalah hal yang tidak biasa, apalagi berasal dari Inggris. Kalian tahu sendiri kan, kalau di Inggris kebanyakan nonmuslim. Ya, hal itu yang membuat Aleksia sangat mengaguminya, alasan kedua adalah paras Harris J yang tampan dengan poni yang berwarna pirang.

AleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang