3. Si jahil akut

47 5 0
                                    

Aleksia membuang napasnya berat, kekesalannya semakin bertambah. Sudah lebih dari 10 menit Aleksia berdiri di depan gerbang rumahnya sendiri. Hari ini Rio sudah berjanji akan mengantarnya pergi ke sekolah, tapi apa ini? Sebentar lagi gerbang sekolah akan ditutup tapi, sosok muka tengil itu belum saja kelihatan.

Untung saja, jalan depan rumahnya itu tidak sedang ramai, kan lumayan gak banyak orang yang lihat muka celong Aleksia. Aleksia mengambil ponsel dari saku bajunya. Ia mulai menekan kontak Rio dan menghubunginya, berhubung Aleksia gak bisa baca sama sekali, dia selalu menghubungi Rio dengan menelponnya.

Tutt tuutt tuutt

Percobaan pertama gagal, Rio tidak mengangkatnya. Aleksia mendengus sebal, rasanya ingin sekali menelan ponsel itu.

Tutt-

Tin Tin

Suara klakson motor ninja, berhasil mengejutkan Aleksia. Perasaan dari tadi gak ada suara motor yang terdengar, tapi kok tiba-tiba Rio datang di belakang persis Aleksia dengan klakson yang nyaring itu.

Sebenarnya Rio sengaja tidak menyalakan mesin motornya dari jarak lumayan jauh, niatnya adalah untuk memberikan kejutan yang bisa membuat Aleksia menjerit histeris.

"Aaaaaaaaa...! Onyet, eh Onyet!" jerit Aleksia histeris.

"Hahaha..." tawa meledak-ledak dari Rio yang seolah penuh kemenangan.

Aleksia membalikkan badannya, sembari melipat kedua tangannya di depan dada, kesal. "Puas, Kamu?!" geram Aleksia.

"Haha, sebenernya si kurang, jeritannya kurang lama, si!" ledek Rio menjadi-jadi.

"Dasar, gorila!" ketus Aleksia membuang muka.

"Yaelah, gitu aja ngambek. Awas hati-hati noh, bibir lo mau jatoh!" ledek Rio kembali.

"Hft, biarin!" ketus Aleksia yang masih kesal.

"Jadi sekolah gak lo?" tanya Rio menggoda.

Sontak Aleksia berhenti cemberut, cepat-cepat dia menatap balik Rio dan mulai naik ke motor.

"Apaan, si lo? Siapa yang suruh lo naik?" tanya Rio meledek.

Aleksia mengerutkan keningnya, kesal. "Udah deh, Rio! Keburu telat nih!" gerutu Aleksia sudah tak sabar.

"Lagian, siapa suruh lo naik motor gue gitu aja?" ledek Rio kembali.

Dengan mengerucutkan bibirnya sebal, alhasil Aleksia turun dari motor hitam itu. Dengan cepat Rio menarik tas punggung Aleksia seperti nyomot sampah. "Eitss...! Gue cuma bercanda kali," gumam Rio sembari tertawa kecil penuh kemenangan.

"RIO!!" teriak Aleksia kesal, lagi-lagi dia telah dibohongi oleh cowok super menyebalkan itu.

Rio tertawa, kemudian Rio memakai helm nya dan menyalakan mesin motor itu. Dengan perasaan kesal, Aleksia naik motor itu dengan gusar.

Sepeda motor itu mulai berjalan perlahan dan kemudian semakin cepat. Aleksia sangat tidak suka jika naik motor terlalu cepat, dia sangat takut kalau nanti dia terjatuh, apalagi dengan duduk yang menyamping itu.

Aleksia memukul helm Rio berkali-kali, tak perduli seberapa kali Rio merengek untuk Aleksia menghentikan aksinya itu. "Aleksi! Berhenti! Gue sulit fokus lihat jalannya, nih!" gerutu Rio kesal.

"Pelanin laju motornya, gak!" pinta Aleksia seolah memberi persyaratan.

"Iya iya! Bawel!" celetuk Rio kemudian memperlambat kecepatannya.

"Kalau nanti aku sampai jatuh, bakal aku aduin ke bang Harris!" celetuk Aleksia mulai mengkhayal.

"Bodo amaaatt! Emang dia superhero, apa? Yang bisa dateng hanya dengan teriakan seorang cewek?" ledek Rio tidak takut sama sekali.

AleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang