6. Bertemu Galaksi

20 4 0
                                    

    Sejak semalaman Rio main dirumahnya Aleksia tidak bisa tidur dengan nyaman. Sekalipun nyenyak itu juga hanya beberapa jam saja, karena Rio pulang dari rumahnya jam 1 malam. Sebenarnya tidak banyak yang mereka lakukan, hanya memainkan gitar dan bernyanyi bersama. Aleksia juga banyak bercerita tentang Yona kepada Rio sampai-sampai cemilan itu habis hingga menyisakan bungkusnya saja.

Pagi ini seperti biasa Aleksia berangkat bersama dengan Rio. Ada rasa sedikit canggung ketika Aleksia mendapati Yona yang tengah berdiri disamping gerbang sekolah menunggu dirinya.

"Hi Leks," sapa Yona dengan senyuman manja.

Aleksia turun dari motor ninja itu dan melepas helmnya perlahan. "Hi," balas Aleksia diiringi senyuman.

"Gue gak disapa nih?" Sindir Rio sambil mengedipkan sebelah matanya yang mengarah pada gadis yang tengah gugup dihadapannya.

"Ehh, Hi kak Rio," sapa Yona sedikit kikuk.

"Jangan panggil kak, panggil aja Rio kalau gak sayang, baby, honey..." canda Rio sambil menghitung jarinya.

Dengan cepat Aleksia menepis tangan Rio dengan kasar. "Apaan si kamu. Gak usah cari sensasi deh!" pekik Aleksia tidak suka.

"Biarin. Emang kenapa? Bilang aja Lo iri sama Yona kan? Karena ada cowok yang sebegitu tampan nan romantis ini menghiburnya?" kekeh Rio asal bicara.

Aleksia diam membisu beberapa detik. Semua tubuhnya terbujur kaku dan pilu. Apa yang dikatakan Rio barusan berhasil membuat hati Aleksia robek. Memang benar, sampai saat ini belum ada cowok yang mendekatinya selain untuk memanfaatkan dirinya. Siapa coba yang mau sama gadis yang tidak bisa membaca? Hanya sebuah kebodohan yang ia miliki untuk itu.

Tanpa menunggu lebih lama lagi Aleksia memilih untuk pergi dari tempat tersebut dan menuju kelas. Rio dan Yona saling menatap bingung, kemudian Yona mengejar Aleksia sebelum jauh meninggalkannya. Rio diam dan mengangkat kedua tangannya, menyerah. Lalu memakai helmnya dan pergi meninggalkan sekolah itu.

"Leks," panggil Yona sambil setengah berlari.

Aleksia masih diam, sekalipun dia tahu ada yang memanggil namanya.

"Leks, Lo kenapa si?" kata Yona tak mengerti.

Aleksia masih tidak menggubris, dan malah mempercepat laju langkahnya.

"Leks, gue tahu Lo denger kata-kata gue!" pekik Yona dengan nada keras.

Lalu Aleksia menghentikan langkahnya, namun masih berjarak beberapa langkah dengan Yona. Dan tetap saja Aleksia tidak menoleh sedikitpun. Untung saja koridor masih sepi.

"Oke. Gue emang gak tahu alasan Lo pergi gitu aja, tapi gue mohon jangan diemin gue. Karena itu bisa buat gue ngerasa kalau alasan Lo kesal itu karena gue." ucap Yona.

Aleksia menunduk, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia ingin sendiri, tapi ia tidak mau membuat Yona merasa bersalah.

"Maaf Yona, tapi ini bukan salah siapa-siapa. Aku pengen sendiri," gumam Aleksia tak bertenaga.

Yona menghela napasnya panjang, mencoba mengerti perasaan sahabatnya itu. Aleksia pergi begitu saja setelah mengatakan hal tadi, dan Yona membiarkan itu terjadi.

                           ***
  4 jam pelajaran telah berlalu. Aleksia memilih untuk menyendiri di rooftop sekolah yang jauh dari kata keramaian. Aleksia duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu. Tenang dan damai, itu yang Aleksia rasakan sekarang. Angin yang begitu kencang berhasil menerpa rambut hitam Aleksia.

Aleksia mengambil handphone dari saku bajunya dan langsung menyetel lagu-lagu milik Harris.

Save me from myself

AleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang