Jika saja dunia tahu kalau aku menyukaimu. Apa mereka akan memberontak. Atau justru mendukungku. Entahlah.
____________________________Waktu sudah menunjukan pukul 17.00 WIB. Aleksia menidurkan kepalanya diatas meja belajarnya dengan satu tangan dijadikan bantal dan tangan yang lain memainkan jemarinya. Sesekali ia membenarkan rambut panjangnya yang mulai menutupi wajah saat angin berhembus dari jendela kamarnya.
Aleksia mendesah. Sulit sekali rasanya menerima kenyataan bahwa ada seseorang yang begitu perduli padanya. Galaksi. Dia memang tampan dan perhatian. Tapi faktor itulah yang sering kali membuat Aleksia ragu untuk jatuh cinta padanya. Bagaimana tidak? Orang tampan sepertinya pasti banyak yang suka. Dan mungkin saja perhatiannya itu ditujukan bukan untuk dirinya saja.
Aleksia juga yakin kalau Galaksi tidak mungkin menyukainya. Atau jika memang itu terjadi suatu saat nanti dia pasti akan meninggalkannya. Jika dia sudah tahu soal dirinya yang tidak bisa membaca.
Kenapa coba harus Galaksi. Kenapa tidak yang lain. Kenapa harus cowok populer yang jelas-jelas sangat sulit untuk di dapat. Tunggu, di dapat? Tidak tidak. Pikirannya sudah jauh ngelantur. Atau mungkin efek tidak tidur siang jadi ya begini lah.
Sebenarnya Aleksia berpikiran untuk tidur siang tadi. Tapi mendadak setelah Galaksi mengantarnya sampai rumah, Galaksi mampir dan sempat mengobrol sebentar dengan Madame sebelum akhirnya Madame pergi karena ada urusan.
Flashback on.
Mereka ditinggal berdua di ruang tamu. Galaksi terus saja melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya kewalahan untuk menjawabnya. Bagaimana tidak, belum selesai menjawab soal orang tuanya malah udah ganti topik lain sambil melihat-lihat jejeran foto yang terpampang jelas di dinding ruang tamu.
Tubuhnya yang tinggi mempermudah dia mengambil figura dan mengamatinya lebih jeli. Aleksia menatap punggungnya dengan saksama. Rambut hitam legam, jaket bomber berwarna putih yang selalu ia pakai walau kadang hanya berganti warna dan corak, celana jeans hitam panjang, dan sepatu sneakers yang sangat-sangat Aleksia ingat.
Dari belakang saja dia sudah terlihat tampan apalagi kalau dia berbalik dan menampakkan senyum manis itu. Sungguh, seperti mimpi saja. Dia benar-benar tampan. Ditambah wangi maskulin yang sangat memikat hingga tenggorokan.
Galaksi melanjutkan langkahnya kedinding sebelah tangga. "Wow! Harris J?" kejut Galaksi menatapinya tak percaya.
Aleksia tersenyum dan mendekat kearahnya sambil mengangguk. Galaksi tersenyum miring. "Segitunya lo suka sama dia?" tanya Galaksi sedikit cemburu.
"He eh," Aleksia mengangguk kecil dan menyembunyikan kedua tangannya dibelakang punggung; malu-malu.
"Tapi apa harus seisi dinding ini diisi penuh olehnya? Bahkan poster, foto, dan sampai koleksi mug ini?" tatap Galaksi tak percaya. Ya, tepat di dinding sebelah situ ada meja panjang yang terbuat dari kayu lakban dan di atasnya banyak sekali mug bergambar Harris J atau cuma tulisan Harris J love Jj's.
"Memangnya kenapa?" tanya Aleksia. Padahal menurutnya itu wajar saja. Yang namanya fans dimana-mana pasti akan mengoleksi barang-barang idolanya. Ya seminim-minimnya foto.
"Memangnya ini tidak berlebihan?"
"Tidak. Malah ini tidak seberapa dibanding Jjs lain,"
"Ya aku tahu si. Tapi, rasanya kurang kalau gak ada fotoku."
"Kenapa juga aku harus memajang fotomu?"
Galaksi tidak merespon. Dirinya justru mengambil dompet yang ada disaku celananya dan langsung mengambil foto dirinya yang brukuran 4X4. Dia langsung menyematkannya di salah satu figura Harris J. Meski ukurannya kecil dipojokan tapi Aleksia masih bisa melihat dengan jelas wajah tampan Galaksi dengan poni yang berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleksia
Teen FictionTuhan, aku tak pernah menyesal dengan apa yang telah Engkau berikan, tapi tolong beri aku kekuatan untuk menghadapinya. Untukmu Harris, Apakah aku pantas menginginkan kau ada disampingku? Mengajarkan saya arti diksi yang sering kau berikan untukku...