11. Mutualisme

5 4 0
                                    

   Galaksi masih menggandeng tangan Aleksia menyusuri koridor. Disana banyak sekali tatapan tajam yang tertuju pada Aleksia. Aleksia hanya bisa menunduk, sebenarnya dia sudah berusaha melepaskan genggaman tangan besar itu tapi tetap saja usahanya hanya berujung sia-sia karena kekuatannya sangat lemah jika dibandingkan dengan kekuatan cowok.

"Duduk!" perintah Galaksi saat sudah tiba di dalam kantin. Mereka duduk di tengah-tengah kantin yang otomatis semua perhatian tertuju pada mereka. Khususnya pada Galaksi salah satu cowok populer yang memegang tongkat estafet gitaris band sekolah.

"Kenapa kita kesini?" tanya Aleksia ragu.

Galaksi menatap matanya lekat. "Memangnya kenapa?" Aleksia menghela napasnya berat.

"Kita jadi pusat perhatian sekarang!" kesal Aleksia sambil menatap tak percaya.

Galaksi malah tertawa kecil. "Memangnya kenapa? Bukannya itu lebih baik?"

Aleksia ternganga. Lebih baik apanya coba. Ini malah lebih buruk dari kenyataannya. Dia akan mendapat banyak masalah nantinya.

"Aku harus kembali ke kelas sekarang. Yona sudah menunggu," ujar Aleksia tak ingin memperbanyak masalah. Aleksia bangkit dari duduknya dan akan beranjak pergi.

Namun tangannya tertahan hingga membuatnya duduk kembali secara paksa. "Siapa yang bolehin lo pergi? Gue gak izinin lo pergi, Aleksia," bisik Galaksi tepat ditelinga Aleksia.

Bulu kuduk Aleksia seolah berdiri semua. Suara berat itu berhasil menggema hingga memantulkan getaran sampai ke pusat hati. Aleksia diam membisu. Tatapannya kosong dan tangan mungilnya mendadak dingin.

Galaksi menjauh dan kembali duduk seperti semula. "Kalau lo lagi kek gitu gemesin banget ya?" ujar Galaksi memperhatikan wajah Aleksia dengan cermat sambil menopang kepalanya diatas meja kayu.

Wajah Aleksia memerah seketika seperti tomat. Lantas membuang menyembunyikan mukanya kesamping agar tidak terlihat oleh Galaksi. "Galaksi stop! Kita dilihatin banyak orang tahu!" kesal Aleksia kemudian menatap ke sekelilingnya dengan was-was.

"Biarin. Jangan pikirin mereka. Sekarang lo harus kasih imbalan ke gue karena gue udah bantu lo buat bicara sama Harris," ucap Galaksi dengan tatapan menggoda.

"Imbalan?" Aleksia mengerutkan keningnya, heran.

"Iya. Sebagai gantinya lo harus temenin gue latihan band nanti malam." Aleksia lagi-lagi mengernyitkan dahinya tak percaya. "Hah?!" Aleksia terkejut setengah mati. Imbalan macam apa itu. Menemani dia latihan itu bisa berjam-jam, kalau mendadak dia tidur bagaimana.

Aleksia adalah tipikal orang yang gampang sekali mengantuk. Dan parahnya dia bisa tidur ditempat mana saja yang menurutnya nyaman. Apalagi kalau waktu malam, disaat streaming Harris J saja dia bisa ketiduran dan menyesal di pagi harinya.

"Kok hah si? Gue gak butuh jawaban itu. Okeh. Gue anggap lo mau dan harus mau. Karena itu sudah hukum simbiosis mutualisme. Lo untung gue juga untung," cerocos Galaksi penuh kemenangan.

Aleksia ternganga. Menguntungkan kedua belah pihak. Kata siapa. Disini hanya Galaksi yang untung sedangkan dia rugi besar. Dia tidak bisa streaming Harris J konser nanti malam. Benar-benar hari yang buruk.

"Lo diem, berarti gue anggap lo jawab iya. Okeh. Nanti malam jam 8 gue jemput kerumah lo."

"Emangnya kamu tahu rumahku dimana?"

"Oh iya, bego. Gini aja, nanti gue anterin lo pulang."

"Kan bisa share lock."

"Ribet. Hp gue suka ngehang."

Aleksia hanya bisa menghembuskan napas pasrah. "Udah?" tanya Aleksia ingin melepaskan diri dari sini secepatnya. Aleksia benar-benar risih dengan tatapan tajam yang menohoknya.

"Gue rasa itu aja dulu. Gue anter ke kelas yuk!" tanpa ba bi bu lagi Galaksi menarik tangan Aleksia pergi dari kantin.

Perasaan kesal dan syok dari para fans Galaksi maupun Aleksia bisa dengan jelas terlihat sekarang.

                       * * *

Yona menunggu Aleksia didepan kelas dengan perasaan cemas. Pasalnya Yona sudah selesai mengurus berkas satu jam yang lalu dan setelah itu langsung menuju kelas tapi dia tidak mendapati Aleksia disana. Yona berusaha menghubunginya berkali-kali dan mencoba mencarinya di perpustakaan. Tapi hasilnya nihil.

Kak Rizky bilang Aleksia sempat ke perpustakaan tapi setelah itu dia entah menghilang kemana. Yona mondar-mandir didepan kelas bak setrika. Tak sesikit siswa yang menatapnya dengan perasaan heran dan bingung sekaligus. Yona memilih untuk menghiraukannya saja, toh itu tidak akan membuat siapa-siapa rugi.

"Yona!" suara barington berhasil membuat seluruh perhatian Yona teralihkan.

"OMG Aleksia! Lo kemana aja si? Gue khawatir sama lo tahu," ujar Yona langsung memeluk erat Aleksia.

Aleksia pikir ini terlalu berlebihan. Ya berlebihan. Padahal dia tidak akan bisa pergi kemana-mana selain diarea sekolah. Bau lavender terasa jelas di indra penciuman Aleksia. Rambut halus panjang sedikit ikal di ujungnya berhasil membuat Aleksia iri. Memang rambutnya hampir sama dengan Yona tapi tingkat keharuman dan kehalusan jelaslah Yona lebih unggul.

"Maaf," ucap Aleksia lirih.

Yona melepaskan pelukannya dan langsung menyorot tajam kearah Galaksi. "Apa?" tanggapan Galaksi mentah-mentah saat mendapati tatapan itu tertuju pada dirinya.

"Lo yang udah culik Aleksia barusan ya? Kalau mau culik bilang-bilang dong biar gue gak khawatir. Kalau yang nyulik seganteng lo kan gue jadi gak bisa marah-marah terlalu lama dan gue juga gak bisa kasih hukuman ke lo!" cerocos Yona seperti biasanya.

"Iya iya. Lagian mana ada orang mau nyulik izin duluan?"

"Ya kan ini beda konteksnya. Lo culik Aleksia pasti bukan mau nyakitin dia kan? Tapi sebaliknya."

"Sebaliknya?"

"Au ah. Susah emang kalau ngomong sama orang ganteng." kesal Yona kemudian menarik tangan Aleksia kedalam kelas.

Galaksi hanya geleng-geleng kepala dan menatap manik mata Aleksia sebelum benar-benar menghilang dari hadapannya.

                        * * *

"Dari mana aja lo?!" ucap Juna nyolot.

"Tahu tuh. Ngilang kek sulap aja." tambah Jack yang tengah duduk di sofa ruang musik.

"Biasa aja kali pada. Gue habis ketemu sama gebetan," ucap Galaksi datar.

"Serius?!" balas Jack dan Juna bersamaan.

"Sejak kapan lo demen sama cewek?" ejek Jack.

"Gila aja gue gay. Nih ya, walaupun gue belum pernah pacaran di SMA bukan berarti gue abnormal. Gue cuma males pilih cewek aja. Dan sekarang gue udah nemu cewek yang tepat." perjalas Galaksi panjang lebar.

"Lo yakin dia gak punya pacar?" tanya Jack penasaran.

"Gue yakinnya si gitu. Bodo amatlah yang penting sebelum janur kuning melengkung gue masih akan pepet dia terus sampai dapat."

"Gokiiill... Dapat rumus dari mana lo?" respond Juna penasaran.

"Mbah google! Ya, dari hati lah. Sugesti gue bilang gitu."

"Oohhh..."






AleksiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang