Pukul 21.26
"Kita pulang," ucap Aroon dingin dan menarik kasar tangan wanitanya.
"Hah? Akuu.. Gamau pulang." jawab wanita yang ia genggam. Wanitanya meronta.
"Pulang sekarang!" seketika ia menghentikan langkahnya dan menengok menatap wanita yang ia genggam.
Yang ia genggam menatap Aroon penuh arti. Tak menjawab, tak memberontak, wanita itu hanya menatap.
"Kita pulang ya sayang." ucap Aroon dengan lembut dan membelai kepala wanita itu. Aroon merubah posisinya menjadi merangkul wanita itu.
Wanitanya tidak membrontak dan memilih menurut.
Tidak ada yang bersuara ataupun memulai pembicaraan. Mereka sama-sama berkelut dalam pikirannya masing-masing. Sesekali Aroon melirik ke bangku penumpang di sebelahnya.
Yang dia lihat, hanya menatap lurus kearah jalan. Bau alkohol memenuhi mobil. Pipi perempuannya memerah. Seakan menjawab apa yang telah perempuannya lakukan di 'pub' tadi.
Sesampai di depan rumah perempuannya, Aroon membuka kunci mobil dan membiarkan perempuan itu pergi.
Sadar tidak ada pergerakan, Aroon merubah posisinya menghadap ke arah kursi penumpang.
"Kamu.." kalimatnya tergantung bersamaan dengan suara wanitanya.
"Maafin aku.." mendengar wanitanya berbicara seperti itu seakan sadar dengan apa yang ia lakukan adalah salah, dan membuat Aroon tersenyum lalu membelai lembut kepala wanitanya.
"Gapapa, aku ngerti kamu mungkin lagi banyak masalah sampai kamu pergi kesana." ucap Aroon dengan lembut.
Perempuan itu marah.
"Kamu kenapa sih? Gapernah marah sama aku? Kenapa kamu selalu sabar sama aku? Kenapa kamu.." ucap perempuannya menggantung kala tangisnya pecah. sambil menarik turun tangan Aroon yang masih setia membelai pucuk kepala perempuan itu.
"Aku nggak mau membuatmu sakit." ucap Aroon penuh arti.
Kita terlalu monoton, batin wanitanya.
Jawaban Aroon membuat wanitanya makin marah dan mulai memukuli dada bidang Aroon. Melihat reaksinya, Aroon menarik tubuh wanitanya dan membawa kedalam pelukan.
Pelukan yang berangsur cukup lama. Pelukan yang bertujuan untuk sama-sama menghangatkan.
Dan--mereka saling menenangkan.
Kamu lelah. Iya, kamu sangat lelah. Bagaimana aku bisa marah kalau kamunya saja sudah lelah. Aku mungkin nggak tau apa yang sedang kamu alami sekarang. Tapi biarkan aku mengurangi rasa lelah mu, Syareeza Kara. Batin Aroon saat memeluknya.
"Langsung tidur ya." ucap Aroon lembut berbarengan dengan pelepasan pelukan.
Sasya tidak menjawab, ia hanya menatap dalam kedua mata Aroon.
Perempuan itu mengikis jarak dengan cepat dan menyatukan bibir kecilnya dengan bibir Aroon.
Aroon melihat bagaimana Sasya menciumnya. Sasya menutup mata. Pertanda wanita itu menikmatinya. Tapi tidak dengan Aroon.
Deg! Deg! Deg!
Hati Aroon berdegup kencang.
Dia mabuk. Batin Aroon.
Ciuman itu tidak lama, hanya singkat. Sasya melepas ciuman itu dan langsung keluar dari mobil.
"Aku mencintaimu." sambil melambaikan tangannya kearah Aroon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita // slow update
Teen FictionTentang perempuan tangguh yang menjalani hiruk-pikuk kehidupannya seorang diri. Tentang perempuan yang berusaha mendapatkan secuil harapan hidup dari setiap masalah yang dia hadapi. Sepalsu apapun itu. Tentang perempuan yang selalu digantungkan dal...