1

269 93 201
                                    

Beberapa Bulan Sebelumnya,

Aroma kopi yang mengudara membuat setiap orang yang melintas tak dapat menolak untuk mencuri pandang kepada seorang barista yang tengah meluweskan tangannya di mesin coffe maker.

Lampu gantung berjejer, sengaja diatur remang-remang, menambah kehangatan ruang cafe tersebut. Sehingga, tak jarang banyak orang yang sekedar membeli secangkir kopi lalu menyempatkan singgah sebelum check-in atau menunggu orang tercintanya datang.

Suara tawa yang tak ada habisnya menggema dari sudut dalam cafe tersebut. Saling beradu tanpa henti.

Ezra Narenda. Siapa yang tidak kenal Ezra? Laki-laki yang kelewat perhatian, baik, mapan, dan pintar beralibi. Oh iya satu lagi, jangan lupakan ketampanannya yang siap mencuri hati kaum hawa.

Kopi dingin yang Eesha nikmati cukup menghilangkan dahaganya yang sedari tadi telah ada karna ulah Ezra yang terus memberikan lawakannya.

Adanya Eve yang terkenal sebagai perempuan receh dan 4D itu membuat topik candaan terlewat seru.

Ah, kapan terakhir kita berkumpul seperti ini, batin Eesha menikmati suasana.

Kedatangan mereka ke bandara sebenarnya ingin mengantar Aroon yang akan melanjutkan kuliahnya di Negeri Kangguru. Aroon melanjutkan kuliah di sana karena ia berhasil mendapatkan beasiswa yang sudah ia perjuangkan mati-matian.

Sebenarnya Eesha tidak tahu sejak kapan lelaki itu berkeinginan kuliah di Autralia dan berjuang mati-matian untuk mendapatkan beasiswa. Semua berlangsung tanpa Eesha sadari dan terjadi tiba-tiba.

Waktu terus berjalan dan membiarkan jam dinding vintage menunjukan pukul lima lewat empat puluh lima menit. Sudah lewat tiga puluh menit sejak kedatangan mereka ke cafe itu. Satu jam menuju waktu keberangkatan Aroon. Walau begitu, untuk penerbagan internasional, Aroon termasuk terlambat.

Mereka yang tadinya duduk di dalam sebuah cafe mulai berdiri dan berjalan kearah pintu keberangkatan.

"Well bro, see you!" ucap Aroon kepada Erza dengan tos dan pelukan ala laki-laki. Pelukan itu berkisar beberapa detik karena terlihat, Aroon tengah berbisik tepat di telinga Ezra. Saat melepaskannya, Aroon menatap Ezra dan dibalas anggukan juga senyuman olehnya.

"Eve, jaga ya nih cecunguk satu ini. Jangan sampe lepas, tar jelalatan. Tau sendiri, diakan cowo berdompet tebal," Ucap Aroon bergurau sambil memeluk sekilas Eve

"Bacot lu, sana cepet pergi!" Ucap Ezra sambil menendang aroon dan mendarat di lutut kanan Aroon -setelah- melepas pelukan Eve.

"Yeuu.. Ketek anoa dasar." Ucap Aroon meledek

"Badak gila!" Balas Ezra tak mau kalah.

"Sana lu ah pegi!" lanjut Ezra nyolot. Aroon membalas Ezra dengan tatapan tajam.

Aroon yang tengah mengeser tubuhnya dari hadapan Eve, tiba-tiba diterjang oleh tubuh perempuan yang berdiri di sebelah Eve dengan pelukan yang sangat amat erat. Aroon yang sebenarnya tidak siap, mencoba menangkap tubuh perempuan itu dan membalas pelukannya tak kalah erat.

"Aroon Raiq. Someone said that the greatest give for life is a friendship and i've received it. Thank you for being my shadow of the evening, which increases with the setting sun of life. Tell me if you need some one. I always be there for you." ucap perempuan dalam pelukannya.

Di saat perempuan itu mulai merenggangkan pelukannya, Aroon malah mencoba mengeratkannya lagi seakan tak ada hari esok.

"Thank you. Maybe someday i will regret what i've done before. Eesha Amara, today my forest is dark. The trees are sad and all the butterflies have broken wings. And you know what? All i see was just loneliness." bisik Aroon pada Eesha sembari melepas pelukan yang berangsur cukup lama.

Kalau Eesha boleh jujur, Eesha tidak mengerti balasan Aroon itu. Tapi saat Eesha melepas pelukan itu dan ditatap intim oleh Aroon, ia hanya membalas dengan senyuman singkat. Seakan mengerti lewat tatapan Aroon.

Lelaki ini hanya kesepian meninggalkan sahabatnya. Hipotesis Eesha dalam batin.

"Jangan bandel disana! Jangan macem-macem sama Shareeza." ucap Eesha memukul dada bidang pria itu.

Aroon tersenyum sekilas.

"Kalo bisa lamar, ekhm.." Dengan penuturan yang cepat dan pasti, Eesha menggoda Aroon hingga Ezra dan Eve ber-'woo' ria. Ditambah senggolan tangan dari Ezra yang makin membuat Aroon lumayan salah tingkah.

"Bacot lu pada." ucap Aroon sinis mencoba meredam salah tingkahnya.

"Yaudah ya, gue harus masuk." ucap Aroon. Namun ketika Aroon menatap balik, Eve memeluknya lagi berbarengan dengan suara isakan kecil yang terdengar. Reflek Aroon memutar tubuhnya dan menepuk punggung sahabatnya itu.

"Kenapa—jauh banget siihh?" ucap Eve sedikit terisak.

Aroon hanya membalasnya dengan usapan lembut nan hangat di punggungnya dan sesaat, Eve juga melepaskan pelukannya.

Pandangan Aroon tertuju pada Eesha di sana. Tidak teralihkan. Menatap dalam matanya dan dibalas pula tatapan tersebut oleh Eesha.

Dalam hati, Aroon menyuarakan segalanya. Dalam hati juga, Aroon mulai terisak. Hatinya membawa tubuhnya untuk memeluk Eesha lagi.

Lebih tepatnya, untuk terakhir kali.

Pelukan yang ringan, tapi entah mengapa sungguh menyiksa untuk Aroon. Aroon mengeratkan pelukan itu tetapi hanya dibalas usapan lembut di punggungnya oleh Eesha.

Aroon menarik nafas dalam dan menghembuskannya sambil membelai pucuk kepala Eesha dan perlahan turun kepunggung perempuan itu, lembut—sangat lembut.

Ezra yang sedari tadi melihat kejadian itu, mengerti situasi apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Ezra tau Aroon sangat menyayangi sahabat-sahabatnya. Apalagi Aroon selalu mengaggap sahabatnya adalah saudaranya. Menurut Ezra, Aroon merupaan orang yang paling loyal yang pernah Ezra temui.

"Jangan kangen gw lu pada. Nanti kalo gue boarding gue bilang kok. Jangan karna gw pindah, grup chat sepi. Take care, Assalamualaikum.." rentetan kalimat terakhir yang diucapkan Aroon sebelum pergi.

— dan sekarang punggung lelaki itu sudah menghilang di tengah padatnya lautan manusia.

* * * * *

Mencoba melepaskan apa yang hampir tergenggam itu menyakitkan. Bahkan untuk membayangkannya saja, sudah membuat sekotak pilu dalam rongga hati. Tapi nyatanya, itu bukan hanya sekedar bayangan.

Aku memang harus melepaskanmu.

Mungkin 'aku' dan 'kamu' sudah tidak bisa saling jatuh cinta. Tapi biarkan 'kita' menjadi sebuah kenangan hangat dan menjadi sebuah pokok fondasi untukku terus hidup. Karena hidupku akan terus berjalan, denganmu atau tanpamu. Dengan kata lain,

Walau bukan bersamamu.

* * * * *

Assalamualaikum wr. wb..
Hai! Ini first story yang aku buat. Jadi maaf kalau banyak kekurangan dan typo tersebar bagai roti kismis diteori thompson? Eh? nyeleneh.

ya intinya, jangan lupa meninggalkan jejak kalian sebelum pergi. Jangan kayak si dia, dateng tiba-tiba, pergi seenaknya, eh? Nyeleneh lagi. Aduh dari pada banyak ngommong aku sudahi saja ya, maaf sekali lagi.
- manusia bumi

Thank you ;)
Ps : jan lupa votment.

Cerita // slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang