Kami dihadapakan pada pilihan yang sulit.
Di depan kami, telah berjajar puluhan robot manusia.Dan diantara robot-robot itu, salah satunya adalah teman kami.
Meskipun mereka teman kami, kami akan tetap melawan dan memusnahkan mereka semua.
Lagipula, untuk saat ini, mereka bukan teman kami lagi.
Yang ada di hadapan kami hanyalah tubuh mereka.
Felix dan aku segera melawan mereka semua.
Memang membutuhkan waktu yang lama, itu karena jumlah mereka yang sangat banyak.
Setelah kami menyelesaikannya, kami segera menuju ke tempat tujuan kami.
Namun, tiba-tiba saja kami berpisah saat hendak menuruni tangga.Karena tiba-tiba saja pintu pembatas antara tangga dengan lantai ini tertutup dan terkunci.Padahal sebelumnya tidak terkunci.
Sekarang aku berada di tangga, sedangkan Felix berada di balik pintu yang ada di hadapanku sekarang.
Aku mencoba untuk membukanya dengan alat-alat yang kubawa sekarang.
Aku sudah menembaknya, memukul, dan kutendang, namun hasilnya nihil.
Tidak ada cara lain selain tetap turun dan menuju tempat tujuan kami sendiri.
***
Terlihat pintu yang terbuat dari kayu, meskipun terbuat dari kayu, pintu ini benar-benar kuat.
Peluru tidak dapat menembus pintu ini, pintu ini tidak dapat hancur, tapi kelemahan pintu ini adalah pintu ini begitu mudah untuk dibuka.
Aku memutar gagang pintu dan mendorongnya.
Terlihat ruangan yang sangat luas dengan ornamen berwarna merah dan hitam.
Tercium aroma khas kayu.
Akupun segera masuk ruangan itu dengan pistol yang siap di tanganku.Siapa tahu aku dikejutkan oleh sesuatu yang sama sekali belum kuprediksi sebelumnya.
Tiba-tiba suara tepuk tangan terdengar menggema di ruangan ini.
Aku mencari asal suara tepuk tangan itu, ternyata dari arah pintu di belakangku.
Terlihat dua orang di depanku, seorang wanita dan pria.
Akan tetapi aku merasa familiar dengan wajah mereka.
Seperti melihat mereka sebelumnya, mereka mirip seperti . . .
Oh tidak mungkin, batinku.
"Apakah kau mengenaliku?" Tanya wanita salah satu dari mereka, sambil memperlihatkan senyum liciknya.
"Tentu saja" kataku sambil menunjukkan senyum manisku.
***
Felix
Ini benar-benar menyulitkan, ada apa dengan alat ini.Kenapa alat ini error di saat yang tidak tepat.
Alat yang sedang ku genggam adalah alat pelacak.
Aku ingin melacak keberadaan Lyn dan menyusulnya melewati jalan pintas.Ada satu jalan pintas yang kutemukan.
***
-author-
"Apa kau merindukanku, Lynku sayang?" Kata Aaron.
"Oh biarkan aku memperkenalkan diri, aku Aaron dan yang di sebelahku adalah Sarra" kata Aaron membungkuk.
"Sudah lama tidak berjumpa, Lynku yang bodoh" Kata Sarra yang kemudian diikuti suara tawa kepuasan.
"Ku kira kalian sudah mati, kenapa kalian tidak mati saja.Manusia-manusia terkutuk seperti kalian ini tidak pantas untuk hidup" kata Lyn dengan menyunggingkan senyuman."Apa katamu!" Kata Aaron sedikit emosi dan ingin segera menghabisi Lyn saat ini juga, namun Sarra menahan Aaron.
"Tidak perlu terburu-buru saudaraku, tenang saja.Hidupnya tidak akan lama lagi, kita percayakan semua pada Eric.Eric tahu apa yang harus ia lakukan pada kelinci percobaan yang nakal dan tidak menurut seperti dia" kata Sarra yang kemudian diikuti tawa Aaron."Lalu, bagaimana dengan temannya yang satu itu?" Tanya Aaron.
"Tenang saja, aku sudah menyiapkan kejutan untuknya" kata Sarra yang kemudian ia melihat sebuah layar tablet yang ada di genggamannya.
"Sebentar lagi" lanjut Sarra yang kemudian tersenyum menyeringai."Apa yang akan kalian lakukan pada Felix!" Teriak Lyn.
"Hanya memberi sedikit kejutan untuknya" kata Sarra yang kemudian meninggalkan ruangan itu diikuti oleh Aaron.Sekarang Lyn terdiam di ruangan itu, ia bingung apa yang harus ia lakukan.Ia belum menemukan cairan berbahaya yang merupakan kunci kehancuran dunia.Jangan sampai cairan itu tersebar sebelum dimusnahkan.
Lyn melangkahkan kakinya, ia masih tidak menyangka bahwa dalang dibalik ini semua adalah Andrew dan Xandra.
Mereka hanya berpura-pura baik agar bisa memantau para kelinci percobaan, seberapa pintar dan kuatkah mereka untuk dijadikan pengawal.
Xandra dan Andrew berkeinginan untuk menguasai dunia.Dan Lyn baru menyadarinya hari ini.Waktu telah terbuang banyak sekali.Entah Lyn dapat menyelesaikannya atau malah ia gagal dan akan menjadi salah satu pengawal mereka.
Lyn terus melangkah dan berusaha meninggalakan ruangan itu.Kemudian ia melihat jam tangannya dan melacak keberadaan Felix.Akan tetapi Lyn sama sekali tidak menemukan keberadaan Felix.
Langkahnya terhenti saat seseorang membekap mulutnya dari belakang.Lyn langsung berontak dan berusaha melepaskan tangan orang itu dari mulutnya.
Lyn berhasil dan kemudian berbalik, ia terkejut itu adalah Felix.
"Felix?" Kata Lyn dengan raut tidak percaya.
"Ku kira kau" kata Lyn tidak melanjutkan kata-katanya.Felix hanya menatap Lyn dan tersenyum.Lyn bahagia sekali, karena setelah apa yang dikatakan Xandra atau yang sekarang bernama Sarra, Lyn mengira bahwa Felix akan terluka atau bahkan tidak selamat.
Namun apa yang dilihat Lyn saat ini berbeda.Felix berdiri tegak dengan tubuh tanpa luka dan terlihat sehat.
"Lyn jangan percaya apa yang ada dihadapanmu.Itu bukan aku Lyn, ini aku yang asli, Felix yang asli" kata seseorang dari arah belakang Lyn.
Lyn menoleh ke arah suara itu, dan ia terkejut karena seseorang yang berteriak tadi adalah Felix.Ia sekarang bingung, mana yang asli dan mana yang tidak asli.
Ia kemudian menatap Felix yang ada di depannya.Masih dengan posisi yang sama, tersenyum.
Tapi ada yang aneh, Felix membuka mulutnya, kemudian keluarlah sebuah serangga kecil yang sangat banyak.Tidak hanya dari mulut, mata, telinga dan hidungnya juga mengeluarkan serangga, dengan diikuti oleh darah.
Lynpun langsung berlari menuju seseorang dibelakangnya.Ia mengira jika yang didepannya palsu, kemungkinan yang dibelakangnya yang asli.Mengingat hanya ada dua orang Felix disini.
Tapi ia melupakan sebuah kemungkinan apabila bisa saja keduanya palsu.
***
Maaf baru update sekarang hehe
Semoga kalian bisa terus menikmati cerita ini :)
Jangan lupa vote dan comment :)
Terimakasih31 Desember 2018