BAD ASS XVIII : Not Over

3.1K 371 9
                                    


Terdapat sebuah lorong yang begitu putih. Mereka para penolong tampak cukup panik. Mereka mendorong sebuah tempat tidur beroda. Sesekali mereka mencoba untuk membangunkan sosok yang terbaring lemah dengan luka yang terdapat di kepala.

"Oke, Siapa namanya?"

"Irene"

"Baiklah, Irene. Kita akan segera menangani mu. Tetaplah tersadar"

Sementara sosok yang di panggil namanya ini tak dapat melihat mereka dengan begitu jelas. Ia seperti di dalam mimpi terhanyut dalam sebuah nyanyian. Ia bahkan tak sanggup untuk mempertahankan matanya agar tak terjatuh ke dalam mimpi.

"Irene. Irene. Tetap bersama kami"

Irene hanya tersenyum. Jadi, seperti inilah rasanya jika kita akan mati? Mereka bilang itu menyakitkan. Tapi, apa yang dirasakan Irene tidaklah seperti yang orang-orang katakan. Hal ini begitu tenang dan tentram.

"Hitungan ketiga. Kita pindahkan"

"Satu, dua, tiga..."

Brukk. Mereka memindahkan Irene ke tempat tidur yang sudah di kelilingi perawat juga alat kedokteran yang teramat canggih. Mereka dengan sigap memberikan pertolongan pada Irene.

"Bagaimana keadaan jantungnya?"

"Normal"

"Baiklah kita mulai..."

Asisten Dokter mulai menyuntikan obat bius pada infus. Membuat Irene semakin tak sanggup membuka matanya. Sampai ia benar-benar masuk ke dalam mimpinya. Dan dia bertemu dengan seseorang yang dulu dicintainya di dalam mimpinya. Seseorang itu tersenyum padanya.

"Jangan mendekat. Tetaplah disana sampai dia menjemputmu..."

Lalu, Irene teringat seseorang yang sampai sekarang masih dicintainya. Airmata nya menetes dengan perlahan. Dia hanya bisa bergumam. Melirih kan nama, Seulgi dengan pelan.

"Seul... Seulgi... Kang Seulgi..."

.

.

.

.

"Seulgi!!"

Irene berteriak. Terbangun dari mimpinya. Irene terlihat begitu panik. Dia bernafas dengan tidak beraturan. Seulgi yang berada disampingnya segera menenangkan Irene.

"Hey. Hey, tenanglah. Aku disini. Kang Seulgi disini" Ucap Seulgi.

"Hah, Seulgi!" Irene berhambur memeluk Seulgi saat tahu Seulgi berada di sampingnya.

"Ssshhh, tidak apa-apa itu hanya mimpi..." Ujar Seulgi membelai lembut rambut Irene.

"Seulgi..." hanya itu kata-kata yang mampu Irene ucapkan. Karena mimpinya masih terbawa sampai saat ini.

"Ne, aku disini" Ujar Seulgi sekali lagi dan sesekali mengecup puncak kepala orang terkasihnya ini.

Seulgi perlahan menggerakkan tangannya untuk menekan sebuah tombol. Berfungsi agar Dokter atau setidaknya perawat datang ke ruangan ini segera mengecheck keadaan Irene. Seulgi berusaha menahan airmatanya agar tidak tumpah ruah. Sebab, Irene tak mau melepaskan pelukannya pada Seulgi. Meski itu hanya satu detik saja.

"Dokter akan memeriksamu sebentar. Mereka akan segera datang" Jelas Seulgi.

"Andwae! Aku tak mau!" Tolak Irene mentah-mentah. Tapi, semua terlambat karena Dokter sudah datang melihat keadaan Irene.

Seulgi perlahan melepaskan pelukannya pada Irene. Tapi, Irene sekuat tenaga mempertahankannya pada Seulgi.

"Irene, kita harus..." Pinta Seulgi. Tapi, Irene menggeleng dengan cepat dan semakin menenggelamkan pelukannya pada Seulgi. Seulgi hanya bisa mendesah dan tersenyum kecil pada Dokter.

BAD ASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang