Chapter 1 (Pt. 1)

12.8K 1.4K 28
                                    

Chapter 1 :
Someone who own the blue-umbrella
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖







Chanyeol menatap rintik hujan di luar dengan pandangan tanpa ekspresi. Kepalan tangannya menumpu dagu, kakinya bergerak seirama lagu yang terputar dari earphone yang tengah menyandungkan lagu hits minggu ini.

Jam sekolah telah usai sejak sepuluh menit yang lalu, namun rata-rata murid memilih untuk menunggu hujan reda. Sebagian besar lupa membawa payung, sementara yang lain memang malas untuk pulang.


"Ya! Park Chanyeol!"

Luhan menggebrak mejanya, berteriak dengan semburan liur yang nyaris mengenai wajahnya. Ia mengernyit tidak suka. Jarinya melepaskan earphone di telinga kirinya dan Luhan langsung mencercanya dengan kalimat panjang,

"Kau menunggu hujannya reda kan? Jadi, pinjami aku payung itu. Aku benar-benar ingin pulang sekarang. Cacingku mengamuk karena butuh asupan dari ibu ratu di rumah!" Mata peri si pemuda tinggi melirik payung biru di lacinya, dan tanpa menjawab, ia kembali memasang earphonenya. "YAAAAAA!" Wajah Luhan memerah marah.

"Kau bisa menumpang Jongin." Masa bodoh dengan ekspresi kesal si cantik itu, ia menjawab dengan nada acuh.

"Dasar pelit!"

"Sudahlah, Lu." Jongin menarik lengannya. Menatap jengah pada sikap bar-bar Luhan. "Kau pulang bersamaku saja. Payungku cukup untuk berdua."

Si pemilik wajah bak perempuan itu menggeram kesal. Dengan kaki terhentak, ia berganti menarik lengan Jongin menjauh.




"Kencan saja dengan payungmu, sialan!" teriaknya dari arah pintu sembari mengacungkan jari tengah pada Chanyeol.
Yang diteriaki hanya tersenyum kecil dan kembali menikmati pemandangan di luar sana tanpa menggubris temannya. Memilih untuk memanjakan mata dengan melihat dedaunan yang basah dan menghirup aroma tanah begitu menenangkan.




"Ternyata hujan memang indah." bisiknya lirih.







e)(o—








Di jam yang sama, namun di tempat berbeda, Luhan masih saja meruntuk kesal pada kelakukan masa bodoh Chanyeol yang semakin menjadi-jadi. Jongin pun terpaksa menjadi penenang si cantik pemilik manik rusa itu.

"Sudah satu tahun berlalu, dia masih saja seperti itu. Padahal sebentar lagi ujian masuk universitas." runtuk Luhan kesal. "Seharusnya keparat itu hidup dengan baik, bukan menjadi pecundang seperti itu."

Tiba-tiba bulir air mata jatuh tanpa disadari pemuda itu. Lengannya mengusap kasar lelehan liquid itu kemudian menatap Jongin sendu.

"Apa Baekhyun pernah menghubungimu?" Hidungnya memerah lucu.

Kalau saja Luhan itu tidak main pukul, Jongin pasti sudah memencet hidung bangir itu keras-keras saking gemasnya. Sayang, ia tak mau mengambil resiko babar belur di tangan kawannya.

"Kau saja tidak, apalagi aku." jawabnya sekenanya. Terlalu fokus pada ekspresi Luhan.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Baekhyun?"

"Coba cek e-mailmu, mungkin dia ganti nomor dan hanya bisa menghubungimu lewat e-mail."

"Sialan!"

Luhan memukul kepala teman seperjuangannya dengan senyuman selebar daun kelor. Seolah lupa akan kesedihannya beberapa waktu yang lalu.

"Kenapa aku tidak berpikir sampai kesana? Kau dan otak dangkalmu itu ternyata berguna juga, Jongin-ah."

[☑]『 ᴄʀᴜꜱʜᴇʀ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang