Chapter 4 (Pt. 3)

8.6K 1.1K 18
                                    


Di hari selanjutnya, Baekhyun bersyukur karena keluarga pamannya pulang pagi-pagi sekali karena tidak mau meninggalkannya sendiri tanpa pengawasan. Tentu saja karena mereka masih mengkhawatirkan kesehatannya. Krystal dan Paman Kim langsung menjemputnya di hotel pagi itu juga dan bertemu Chanyeol disana.

Chanyeol benar-benar menginap dan rela tidur semalaman diatas satu-satunya kursi santai di hotel itu. Pemuda itu memutuskan untuk langsung pulang setelah memperkenalkan diri sebagai temannya. Ia ingat sekali Krystal menggodanya habis-habisan setelahnya.






'Oppa, apa semalam kau tidur dengannya?' pertanyaan menggelikan itu bahkan dilontarkan sepupunya berkali-kali tanpa bosan.









Saat ini, Baekhyun telah berada di rumah besar Jung dan disambut makan malam meriah disana. Lalu sepupunya, Krystal yang memang anak tunggal, terus-terusan menempel padanya layaknya anggrek dan inangnya. Menariknya menuju salah satu kamar yang sering digunakannya ketika menginap.

Kamar luas dengan cat coklat muda dan cream. Selalu rapi dengan deretan buku dan video game. Rasanya seperti kamar miliknya sendiri.







Setelah membersihkan diri, ia bergabung bersama keluarga pamannya untuk makan malam bersama.

"Apa seluruh kebutuhan kuliahmu sudah disiapkan, Baek?"

"Hn." Baekhyun mengangguk sembari menyuapkan sesendok nasi. "Ayah sudah menyelesaikan pendaftaranku dan segala keperluan kuliah. Aku hanya tinggal masuk saja, bi. Aku juga ijin untuk tidak mengikuti kegiatan pra-kuliah nanti."

"Bagus. Kau harus banyak-banyak beristirahat, sayang."

"Oppa harus cepat sembuh supaya bisa dating." Krystal mengedip dan membuat gelak tawa pecah disana.

Baekhyun menggerutu dengan wajah memerah lucu. Kehangatan keluarga pamannya sudah terasa seperti keluarga kandungnya sendiri. Ah, ia jadi merindukan mereka.









ㅡe)(oㅡ









Setelah menelan beberapa butir obat dengan bantuan air mineral, Baekhyun bergegas naik ke ranjangnya dan tangannya menggeret kain tebal sebagai selimutnya. Ia berbaring sembari menatap langit-langit kamarnya. Berkedip berkali-kali sebelum akhirnya memandang kosong jauh ke depan.

Dalam keheningan, ia mulai memikirkan pertemuannya dengan sahabat-sahabatnya. Dan... dengan cinta pertamanya tentu saja.

Alasan kepergian Baekhyun dan kembalinya dia ke Korea, sebenarnya tak jauh-jauh dari alasan hati. Ia merindukan Chanyeol.

Tak tahu apakah ia berhak untuk merindukan sosok itu.







Helaan nafas keluar dari belah cherry-nya. Sebenarnya, ia rindu bersikap bar-bar. Ia suka wajah merajuk Chanyeol. Suka melihat pemuda itu memarahinya karena kesal. Meskipun kalimat yang diucapkan Chanyeol dulu benar-benar menyakiti, tapi tetap saja ia merindukan masa-masa itu.

Tapi sekali lagi ia berpikir, ia tak bisa selamanya memaksakan perasaannya pada Chanyeol. Ia tak boleh terpesona begitu saja oleh perubahan sikap Chanyeol. Pemuda itu mungkin hanya mengasihaninya. Kadang ia merasa malu. Mata-mata yang memandang kasihan padanya selama ini, rasa-rasanya menyakitkan.








Ponselnya tiba-tiba bergetar, tanpa memandang id-caller-nya, ia langsung menggeser tombol hijau pada layarnya.

"Halㅡ"

[☑]『 ᴄʀᴜꜱʜᴇʀ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang