Chapter 2 (Pt. 2)

9.1K 1.2K 71
                                    


Chanyeol tidak pernah merasa sebahagia ini dalam setahun belakangan. Baekhyun memberikan nomor ponselnya kemarin dan langsung terhubung pada setiap akun yang dimiliki pemuda mungil itu.

Jujur saja, itu membuatnya berdebar. Memikirkan seperti apa Baekhyun sekarang.

Apakah ia telah sehat kembali?

Apa dia tetap menjadi sosok ceria yang tidak bisa diam?

Yang jelas, apapun penampilan atau perubahan Baekhyun, pasti akan tetap cocok untuknya.




Dengan tangan kanan yang memegang ponsel dan tangan kiri memegang roti bakar, juga mulut yang sibuk mengunyah, mata peri Chanyeol tak berhenti menatap layar ponselnya yang menampilkan profil seseorang.

Itu Baekhyun, masih manis seperti dulu.

Dengan surai kecoklatan dan helaian yang tertiup angin. Pemandangan yang begitu indah menyambut paginya. Tanpa sadar ia tersenyum. Menimbulkan tanya pada setiap mata yang tertuju padanya.




"Anak ibu tampak bahagia pagi ini. Apa sesuatu telah terjadi semalam?"

"Ya." Chanyeol tersenyum lebar. Menunjukkan layar ponselnya dengan foto Baekhyun terpampang manis disana. "Dia adalah calon menantu ibu. Manis kan?" ucapnya bangga dan disambut kekehan wanita paruh baya itu.

"Baekhyun selalu tampak manis dimata ibu, sayang." Lalu usapan sayang ia rasakan diatas helaian. Begitu hangat seperti biasanya. "Jadi, apa dia telah menghubungimu?"

"Sepertinya memang begitu, bu. Lihat saja anak lelakimu yang tersenyum gila seperti itu."

Yoora mencibir, namun hatinya ikut bahagia melihat suasana hati adiknya membaik. Meskipun ia tidak terlalu mengetahui permasalahannya, namun ia bisa menebak jika kepergiaan Baekhyun -sosok yang dulu sering mampir ke rumahnya, membuat Chanyeol berubah menjadi kaku dan dingin.

Tapi sekarang? Dia sudah tampak lebih bersinar dari mentari pagi.




"Bilang saja kau iri."

"Well, untuk apa aku iri. Aku sebentar lagi bertunangan, bodoh. Aku tidak single sepertimu."

"Ck, kalian iniㅡ" sanggah sang ayah, namun tak berhasil membuat dua saudara ini berhenti berdebat.

Dan pagi itu pun diisi oleh pertengkaran kecil keluarga Park. Sang ayah hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menikmati paginya yang hangat seperti tahun-tahun sebelumnya.






ㅡe)(oㅡ






Two weeks later....
➖➖➖➖➖➖➖➖

Masa-masa mengerikan ujian masuk universitas telah selesai hari ini. Luhan dengan wajah pucatnya keluar dari kelas dan melangkah terseok-seok kearah teman-temannya yang telah berkumpul di gerbang sekolah.

Kyungsoo berdecak dan merangkul pundak kanan sahabatnya, disusul dengan rangkulan Jongdae di pundak kirinya. Ekspresi Luhan yang seperti ingin menangis membuat teman-temannya iba.

Namun hanya dua orang yang menatap si manja itu tanpa minat. Tentu saja si masa-bodoh Chanyeol dan wajah tembok, Oh Sehun.




"Kurasa kita akan terpisah. Huwaaaa!" Ia mengusap airmata imaginernya dan Kyungsoo hanya menepuk-nepuk belakang kepalanya.

"Kau sudah melakukannya dengan baik, hyung."

"Tidak usah sok dramatis, bodoh. Menggelikan." Jongin berujar acuh dan menunjukkan ekspresi ingin muntahnya. Dibalas delikan kesal oleh rusa jejadian itu. "Ya, setidaknya aku senang karena kita memutuskan untuk bersekolah di Kyunghee. Jadi, aku tidak akan sendirian. Hehe."

[☑]『 ᴄʀᴜꜱʜᴇʀ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang