Chapter 2 (Pt. 1)

9.1K 1.3K 85
                                    

Chapter 2 :
Someone who loves you that much
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖





Persiapan ujian masuk universitas sudah seperti ujian antara hidup dan mati. Lorong kelas yang biasanya ramai di jam-jam istirahat, kini hanya terdengar ketukan hak tinggi dari guru atau bahkan hening tanpa penghuni.

Seluruh siswa tampak sibuk dengan bukunya masing-masing. Walau ada satu dua murid yang memilih tidur dengan beralaskan buku saking lelahnya.

Begitu pun dengan Luhan, ia melirik Jongin dan menghela nafas melihat temannya sudah berpetualang di dunia mimpi.






"Hhh..." Kepala diletakkannya diatas buku yang terbuka.

Matanya mengedar di sisi kiri dan menemukan Chanyeol yang begitu sibuk membaca dan menulis sesuatu di bukunya.




"Anak itu benar-benar. Si biasa saja berubah menjadi si nomor satu, mengalahkan Cha Eunwoo. Wah, Chanyeol benar-benar gila belajar sekarang." bisiknya entah pada siapa.

Ia baru ingin memejamkan mata sebelum terdengar umpatan kecil dari arah bangku Chanyeol.

Ia mengernyit.

Temannya tampak memegangi lubang hidungnya dengan kepala mendongak, sementara tangannya sibuk mencari-cari sesuatu di tasnya.

Setelah menemukan lembaran tisue, ia segera menyumpal hidungnya dengan tisue tersebut dan membersihkan noda merah di tangannya. Mata Luhan membulat.




"Apa dia gila?!" Dengan gerakan super sonic ia mendekati pemuda itu dan berjongkok di samping mejanya.

Chanyeol menatapnya sejenak sebelum kembali berkutat dengan deretan angka di permukaan bukunya.

"Ya! Kau butuh istirahat, Park! Jangan memaksakan diri. Nilaimu takkan berkurang, tenang saja." rayunya dengan bibir mengerucut. Yang diajak bicara hanya menatapnya dengan pandangan masa-bodoh-nya.




"Sebaiknya khawatirkan nilai-nilaimu, bodoh!"

"Sialan kau!"





Luhan ingin memukulnya, tapi urung.

Si sok sibuk itu benar-benar menyebalkan sekarang. Setelah menjadi si nomor satu, ia tak pernah meluangkan waktunya untuk bersenang-senang dengan teman-temannya. Karena itu Jongin sekarang menempel padanya bak lem perekat. Bibir tipis Luhan mendumel kesal tanpa dipedulikan.

Detik berikutnya, ia menegakkan badannya. Teringat sesuatu yang sangat penting.




"Ngomong-ngomong, Yeolㅡ" Dibalas gumaman tanpa minat oleh si empunya nama. "Baekhyun mengirimiku e-mail dua bulan yang lalu."

Gerakan tangan pemuda tinggi itu sontak terhenti. Pandangan matanya berubah. Maniknya tampak bergerak gelisah, sebelum akhirnya melanjutkan tulisannya dengan gerakan kaku yang kentara.

"Rupanya tebakanku benar, kau tidak tahu. Apa kau tidak ingin mengecek e-mailmu? Mungkin dia juga menghubungimu." Ia tersenyum lebar, lebar sekali sampai Chanyeol berpikir bahwa Luhan nyaris menyamai Joker. "Mungkin kau ingin mengungkapkan perasaanmu?"


Tangan itu kembali terhenti, sementara Luhan menyeringai tanpa disadari Chanyeol.


"Perasaan apa?"

Kemudian yang lebih pendek mendengus.

"Berhentilah menjadi gengsi, mungkin ini kesempatan terakhirmu untuk berbicara dengan Baekhyun." Luhan berdiri dari posisinya. Menatap jengah pada sikap Chanyeol yang masih semenyebalkan dulu. "Jangan sampai kau menyesal."




[☑]『 ᴄʀᴜꜱʜᴇʀ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang