15. Hujan

36 8 1
                                    

Mimin sungguh rindu kalian hm😘


" See you next time dear "
Kata Elano memeluk hangat salsa dan memberi salam hangat untuk Salsa, sudah sepekan Elano dan salsa selalu menghabiskan waktu bersama, dan kini waktunya Elano untuk kembali ke Amerika kembali pada tanggung jawabnya untuk mengelola perusahaan mamanya yang ada disana.
Sementara disisi lain mereka tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang terus saja mengeluarkan air lantaran melihat kemesraan yang meraka lakukan.

Elano
" Hari ini aku akan kembali ke Amerika "
Me
" Sungguh? Baiklah hati hati, segera kembali "
Alena mengetik satu persatu abjad dengan rasa sesak di dada, bagaimana tidak?
Ia mengetahui betul bahwa Elano akan kembali hari ini, tetapi Elano tak memberitahu nya secara langsung sebab hari ini Elano dan salsa menghabiskan waktu seharian tanpa dirinya. Ya tanpa dirinya.
" Siapa aku yang harus mendapat kabar intensif dari Elano?" Sadarlah Alena dirimu hanya teman bagi lano, hanya teman, aaakhhh......"
Kini suasana kamar itu sudah berhamburan, dimana seluruh album fotonya dengan salsa bahkan dengan sang papa hancur berkeping-keping, belum lagi keadaan mata Alen yang sembab, dan tangannya mengeluarkan darah segar. Sungguh miris keadaannya sekarang.

" Mbak Alen, mau kemana? Diluar hujan deras, mbakkkk......."
Bi ati terus saja meneriaki nama Alena, namun yang memiliki nama justru tidak menghiraukannya sama sekali, dengan langkah besar dan air mata yang tertumpah Alena terus berlari menyusuri lorong gelap sepi itu dan hanya ditemani oleh rinai rinai hujan yang selalu mampu menenangkan dirinya.
" Tuhan apa ini takdir hidupku? Tak ada satu insan pun yang mencintai diriku secara tulus "
" Sekali saja berikan rasa itu padaku, sekali saja Tuhan "
Alena terus saja berteriak ditengah rinai hujan, berharap sang Pencipta mendengarkan segala permintaan dan keluh kesah gadis yang tengah merindukan sosok keluarga hangat saat ini.
" Itu kamu len? Hey Alena? "
Samar-samar terdengar suara lelaki yang selama ini selalu mencoba menghibur hari-hari Alena dengan berbagai macam candaan receh.
" Apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak waras? Ini hujan, besok kita akan melakukan ujian penentuan kelulusan Alena"
Marvin mencoba merengkuh Alena kedalam dekapannya.
" Sial... Kamu dingin sekali Alen "
Marvin membawa Alena pulang kerumah tuan Atmaja tanpa sedetik pun melepaskan pelukannya berharap Alena akan tetap hangat saat itu, bahkan ia melepas jaket yang ia kenakan untuk menutupi tubuh kecil Alena.
" Bertahan lah Alen, kita hampir sampai"
"Pak tolong bukakan pintu nya, cepat "
Sopir keluarga Dirgantara itu lantas langsung membuka pintunya dan melihat tuan muda nya yang begitu panik, belum pernah sang sopir melihat seorang Marvin Dirgantara mau dilibatkan dengan urusan kecil seperti ini.
" Bapak lihat apa? Segera buka gerbang nya "

***

" Astaga Alen, kamu dari mana saja? "
" Kamu tak pantas menjadi temannya sa, menyingkirlah akan ku antar ia ke kamarnya "
Salsa tak mempercayai Marvin berkata hal itu kepadanya, ya kepadanya kepada kakak dari seorang Alena Angelica Atmaja.
" Apa maksudmu? "
" Kamu bertanya apa maksudku?" Haha bahkan kamu tidak mengetahui bahwa temanmu ini keluar rumah dan berkeliaran ditengah malam dingin dan hujan ini? " Ahh yaa aku hampir lupa, dirimu tak memiliki waktu untuk orang lain, waktumu hanya untuk Elano brengsek itu ".
" Tutup mulutmu "
Kini Marvin sudah tak menjawab lagi segala kata kata salsa, ia hanya terfokus pada gadis yang terbaring tak berdaya yang kedinginan dihadapannya.
" Hallo, dokter bisakah kau kemari sekarang ? "Akan ku kirim alamatnya lewat pesan "
Tampak jelas raut wajah Marvin ia sangat khawatir sekaligus kecewa pada salsa yang sudah membiarkan gadisnya menjadi seperti ini.

" Bagaimana keadaan nya? "
" Ia hanya demam biasa "
" Tapi badannya dingin "
" Iya itu sebab suhu tubuhnya tidak stabil, karna hujan yang mengguyur tubuhnya, ditambah ia belum makan apapun hari ini" Aku pamit dulu "
" Terima kasih dok "

" Kamu keterlaluan sa, Alen belum makan apapun hari ini, dan kamu biarkan saja "
Kini nada suara Marvin meninggi, rasanya darahnya telah mendidih dan siap meledak kapan saja
" Ia hanya putri asisten rumah tangga, apa peduliku "
" Keterlaluan kau "
Jika salsa bukan wanita pasti satu pukulan sudah mendarat di rahangnya.

***
" Hay manis, sudah sadar? "
Marvin terus saja menggenggam erat tangan Alena.
" Awww... Kepala ku "
"Jangan banyak bergerak manis, kamu harus istirahat" kita makan ya "
" Kenapa aku disini? Kenapa kamu juga disini? Dimana salsa? "
" Kamu tadi pingsan manis, aku yang mengantar dirimu" jangan tanya kan wanita tega itu"
Alena merasa sangat bingung, ditambah kepalanya terasa sangat sakit, jadi ia tidak dapat banyak bicara untuk menanyakan semuanya.

" Sudah selesai, sekarang kamu istirahat" aku harus pulang" besok aku akan menjemputmu, kita kesekolah bersama "
"Sttttt.... Sudah jangan bicara, kamu hanya perlu menjadi gadis penurut kali ini "
Marvin membantu Alena untuk berbaring dengan benar, dan menyelimuti gadis rapuh nya dengan sangat hati-hati lalu bergegas pulang.
" Selamat malam sayang, mimpi diriku ya"aku pulang, see you manis"
Alena menatap kepergian Marvin tanpa berkata apapun, tanpa ia disadari kini lengkung manis telah menghiasi wajahnya.

" Maafkan aku Alena, aku harus berperan menjadi teman antagonis kali ini, maafkan aku "
Terlihat salsa membuka sedikit pintu kamar Alena, untuk mengecek keadaan adik semata wayangnya yang kini tengah tertidur pulas.

***

" Apakah masih sakit len? "
" Sudah baikan vin, terima kasih untuk malam tadi "
" Akhhhh... Kamu melupakannya "
" Iya buluk aku ingat tidak ada kata ' terimakasih ' dalam pertemanan "
" Hahaha.... "
" Nafasmu sungguh bau buluk "
Sejenak Alena melupakan segala masalah yang terjadi di hidup nya. Ketika ia berada di samping Marvin, dunia terasa sedikit membaik dan kebahagiaan mulai menghampiri dirinya.
" Mari kita pulang tuan putri "
" Aku ingin berkeliling hari ini, temani ya"
" Tapi kamu belum pulih total Alena, kamu harus istirahat "
" Ayolah vin, kali ini saja...."
Alena terus mengeluarkan semua jurus memelas nya agar Marvin mau menyetujui permintaannya.
" Hmm baiklah, hanya 1 jam "
" Oke, aku mau makan takoyaki, aku sungguh lapar "
" Astaga permintaan macam apa itu?"
" Permintaan macam makanan, haha..."
" Untung aku menyayangimu, kalau tidak..."
" Kenapa jika tidak"
" aku akan membuang mu di rawa rawa lalu tikus akan menghampiri mu"
" Kamu kejam, aku tidak ingin bicara padamu "
Kini Alena jalan mendahului marvin yang sedang tertawa karena tingkahnya.

Hai readers
Selamat membaca
Salam manis dari mimin keceh❤️

Janji dan Rinai HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang