14. Miris

30 7 2
                                    

Update....
Maaf ya guys kemarin Mimin kagak update soalnya Mimin ada urusan mendadak yang mengharuskan Mimin meninggalkan gadget ini..
Ulu sedih ya wkwkw😂

" Baru pulang? "
Suara Salsa terdengar sedikit ditekan lantaran jam sudah menunjukkan pukul 23:30 WIB. Mereka telah sepakat bahwa Alena akan pulang tidak terlalu larut malam.
" Hm...Maaf sa, tadi ban mobil Marvin kempes, dan dia tidak membawa alat untuk menambah anginnya "

Flashback
" Aku lapar, kita makan terlebih dahulu "
" Yang benar saja vin, kita baru saja keluar dari pesta Rico dan kamu masih lapar?" Lagian ini sudah pukul 22:30 Vin"
" Kita hanya menghadiri pesta, lalu berbincang Alen, kita tak menyentuh makanan yang ada disana, aku juga tahu ini pukul 22:30, lihat aku mengenakan jam tangan "
" Aku serius Marvin. Lagian itu salah mu, siapa yang menyuruhmu berbincang terlalu lama? "
" Itu salahmu, siapa yang memberimu izin berbincang dengan Elano begitu lama? "
" Hanya 10 menit lama katamu ? Astaga ampunilah dosaku Tuhan...."
" Ayo turun..."
" Akhhhh Marvin........"
Flashback finish

" Alasan terburuk yang pernah ku dengar Alen " pergilah tidur, besok kamu harus kesekolah"
Sungguh Salsa sangat memahami Alena, Alena takkan mampu berbohong di hadapannya, sebab berbohong bukan bakat Alena.
Alena hanya menatap salsa sambil menunjukkan wajah termanisnya lantaran dirinya telah ketauan berbohong.
" Tadi aku bertemu Elano, dia sudah di Indonesia, dia akan kemari besok "
Salsa hanya melihat Alena sekilas lalu pergi meninggalkan Alena untuk tidur.
" Kenapa dia? Akhir-akhir ini ia begitu garang"

****

" Janji apa kamu buat dengan Elano? Astaga Alen, tidak cukup waktu 6 bulan ini membuktikan rasa ku padamu? Masa kamu tidak peka "
Marvin terus saja mengingat kata kata terakhir Elano saat dipesta tadi, mengingat wajahnya tadi ingin sekali rasanya Marvin menghantam wajah Elano dengan guling yang ada di pelukannya. Akhir-akhir ini Alena selalu terbuka dengan Marvin tentang apa saja, tapi tidak dengan masalah keluarganya, yang Marvin ketahui sampai saat ini hanyalah, Alena adalah putri dari Bi ati asisten rumah tangga keluarga Atmaja dan di biayai hidupnya oleh tuan Atmaja, lalu salsa menganggap Alena sebagai temannya. Itu saja.
" Tidak-tidak kamu harus memilih aku Alen, bukan Elano. Akan ku cari tau janji apa yang telah kalian sepakati "
Elano terlihat frustasi memikirkan itu, hingga ia tak sadar jika dirinya kelelahan lalu tertidur.

" Hari ini papa akan mengantarkanmu Alen"
" Papa? Mau menghantarkan putri asisten rumah tangga ini? "
Alena terus saja mengatakan bahwa dirinya hanyalah putri dari asisten rumah tangga keluarganya. Tentu hal itu menyayat hati tuan Atmaja. Semua yang Alena rasakan adalah untuk kebaikan nya. Tuan Atmaja tak ingin kehilangan Putri yang sangat ia sayangi hanya karena sebuah pengakuan bahwa Alena Angelica Atmaja adalah putri bungsunya. Ya gelar Atmaja tak pernah digunakan oleh Alena sejak ia berusia 3th. Sejak saat itu Alena resmi menyandang gelar ' putri asisten rumah tangga '. Namun semua itu berlaku hanya ketika Alena diluar rumah, ketika di dalam rumah Alena adalah tuan putri dirumahnya. Namun sampai detik ini, sejak kejadian itu Alena tak pernah lagi menganggap bahwa lelaki yang tengah ada dihadapannya itu adalah papanya. Bagi Alena tuan Atmaja adalah lelaki berbaik hati yang telah bersedia menampung dirinya dirumah mewah itu. Mengetahui hal itu tuan Atmaja sangat merasa sedih. Ia kehilangan kepercayaan dan kasih sayang dari putri kecilnya.
" Papa mengantar diri mu sampai tikungan dekat sekolah mu Alen "
" Sudah ku duga tuan Atmaja, terima kasih atas tawarannya "
Alena merasa kecewa, sehina itukah dirinya? Sampai-sampai untuk mengantarnya saja harus sampai depan gang. Semalu itukah papa memiliki Alena? ' Ya Tuhan, jadikanlah hari ku lebih bahagia dalam waktu singkat'. Itu doa yang selalu dipanjatkan oleh Alena, berharap Tuhan segera memberinya bahagia dalam hidup.
" Aku pergi sa, jaga papamu itu, pastikan sarapannya habis, agar ia memiliki tenaga untuk selalu menyiksa batinku"
Salsa hanya menatap nanar sang papa ketika Alena mengucapkan kata kata perih itu, ia tahu bahwa papanya sangat terpukul mendengar semua itu. Tapi apa boleh buat semua ini adalah konsekuensi yang harus diterima.

***

Alena adikku💚
" Kakak ku sayang, nanti temui aku di taman dekat sekolah, ku harap dirimu tidak telat "
Me
" Mau apa? "
Alena adikku💚
" Kenapa belakangan ini dirimu suka sekali ngegas? Apa salahku sa? "
Alena adikku💚
" Elano akan membawa kita ke suatu tempat "
Me
" 👌 "

Salsa berpikir, pasti ketika Alena membaca balasan pesan singkat dari dirinya ia akan merasa sangat kesal, itulah tujuan Salsa untuk saat ini, ia ingin menarik perhatian Alena, selama ini hubungan meraka terlalu renggang, semua itu karena keputusan payah itu, keputusan yang mengharuskan Alena menjadi temannya bukan adiknya.

" Dasar menyebalkan "
" Siapa yang menyebalkan?"
Tiba-tiba Marvin mengagetkan Alena yang asik dengan benda pipih pintar itu, sampai tidak menyadari bahwa Marvin sudah berada di hadapan sejak tadi.
" Astaga Marvin, kamu mengagetkan ku"
" Haha... Maaf manis" aku bertanya siapa yang menyebalkan? "
" Salsa "
" Kenapa dia? "
" Apa peduli mu, kenapa belakangan ini kamu jadi sedikit kepo?"
" Karna aku temanmu, jadi aku punya hak untuk kepo dengan hidupmu"
" Apa peraturan itu ada dalam pertemanan?"
" Tentu saja tidak ada, aku yang membuat nya "
" Dasar Marvin buluk "
Alena tersenyum kecil melihat tingkah teman satu satunya di sekolah itu, iya teman satu satunya karna kamanapun Alena selalu pasti ada Marvin yang mengekorinya.
" Apa rencana mu hari ini len? "
" Tak ada, hanya ingin bertemu salsa di taman "
" Benarkan? Boleh aku ikut?"
" Tentu, salsa dan Elano pasti akan senang jika kamu ikut bersama kami "
" Elano?"
" Iya, dia juga ikut, bahkan dia yang mengajak salsa dan aku untuk berjalan-jalan"
" Oh "
" Mau ikut? "
" Ya "

***

" Hallo?, Aku sudah ditaman dekat sekolah mu, kamu dimana? "
" Tunggulah sebentar lagi sa, aku belum keluar kelas" Elano akan Segera sampai "
" Baiklah...."
Tut..Tut..Tut..

" Menunggu apa nona cantik?"
Salsa dikagetkan dengan suara Elano yang sudah berada dibelakangnya.
" Tidak usah sok manis padaku "
Salsa memalingkan wajahnya pertanda bahwa ia sedang marah kepada Elano.
" Ayolah Salsa... Akukan sudah minta maaf padamu, kita berbaikan? "
Elano mengeluarkan setangkai mawar putih kesukaan Salsa dari balik jas nya.
" Aku tidak mau "
" Astaga... Salsa ayolah "
" Kamu sadar tidak sih, 2 bulan kamu tak mengabari diriku, bahkan saat kamu pulang ke Indonesia kamu juga tidak memberitahu ku" apa aku sudah tidak berarti bagimu? "
Kini salsa menaikkan nada bicaranya dan berakhir pada butir air mata yang jatuh membahasi pipi mulusnya.
" Ssttt... jangan menangis, aku berjanji tidak akan mengulangi nya lagi" aku minta maaf salsa, tentu kamu sangat berarti bagi diriku ".
" Kamu mau berjanji? "
" Iya aku berjanji "

Kini salsa telah hambur kedalam dekapan hangat Elano. Dan tanpa sadar Alena dan Marvin telah sampai ke taman itu dan melihat semua kejadian yang ada disana. Alena terlihat sangat terpukul melihat itu semua, dan dengan sigap Marvin menggenggam tangan mungil Alena, dan mengajaknya menghampiri dua insan yang tengah melepas rindu itu.
" Ehemmm...."
Terdengar suara deheman Marvin yang membuat pelukan dua insan itu berakhir dan terlihat salsa sangat gugup dengan kehadiran Alena dan Marvin.
" Sejak kapan kalian disini? "
Elano mencoba mencairkan suasana dan melihat sesuatu bahwa tangan alena digenggam erat oleh Marvin.
" 15 menit yang lalu"
Jawab Alena, dan menyadari bahwa Elano tengah memandang kearah tangan nya, bukannya malah melepasnya, Alena justru mempererat genggaman tangan itu. Menyadari hal itu Marvin hanya tersenyum miris sadar bahwa dirinya hanya pelarian disaat Alena merasa sedih dan rapuh, tetapi Marvin siap akan hal itu.
" Baiklah, akan kemana kita hari ini? "
" Siapa yang mengajakmu?"
Tanya Elano pada Marvin yang sangat bersemangat untuk pergi.
" Aku yang mengajaknya, tak apa kan?"
" Kalau Alena yang mengajaknya, aku harus bilang apa?"
Kata Elano yang mengundang senyum kecil di bibir Salsa.
" Kamu lapar Alen? "
Kini salsa memberanikan untuk bertanya pada Alena, karna sejak tadi ia hanya diam dan gugup. Dan ia mengira bahwa Alena akan marah padanya namun sebaliknya.
" Tentu aku lapar, si buluk ini tidak mengajakku ke kantin tadi "
Ucap Alena menyalahkan Marvin atas kelaparan yang dirasakan nya saat ini.
" Apa, aku? "
" Iya kamu buluk haha..."
" Hmm baiklah aku salah "
Keduanya, ya Elano dan salsa hanya tertawa melihat dua remaja yang tengah beradu bicara itu sampai pada kontak fisik dimana Alena memukul lengan Marvin dan mengejar lelaki beralis tebal itu.
" Ya sudah kita makan dulu, baru berkeliling"
" Makan sekarang lano, kalo makan dulu aku tak mampu memakan masa lalu ku haha "
Alena mencoba menjadikan suasana itu sangat santai namun berbeda dengan hatinya. Ada sesak di dada yang mengharuskan Alena menahannya.
" Miris sekali diriku "


Kepanjangan ya? Hmm tapi mulai kini Mimin akan membuat cerita ini sedikit panjang, biar end nya cepat guys, karena akan ada squel JDRH wkwkw
Salam manis mimin keceh❤️😘








Janji dan Rinai HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang