- 01 -

2.3K 122 6
                                    

Haloo, selamat membaca yaa --
Jangan lupa tinggalkan vote dan coment kalian :3

Happy reading 📖

❤❤❤

- 01 -

Semua pengurus dan panitia pelaksana masa perkenalan lingkungan sekolah tampak lega, hari ini adalah terakhir mereka menjalankan kegiatan yang sangat menguras tenaga beberapa hari belakangan.

Angga selaku ketua panitia meninggalkan lapangan setelah acara di tutup oleh kepala sekolah. Seluruh siswa-siswi baru, riuh bertepuk tangan karena terbebas dari galaknya para senior yang selalu menunjukan sikap bossy-nya. Tukang perintah dan marah-marah tidak jelas.

"Ga, lo kenapa sih terus-terusan ngehindari gue?"

Baru saja Angga merasakan kebebasan dan mencari ketenangan, seorang gadis muncul di sebelahnya. Merusak waktunya untuk beristirahat sejenak. Suasana kelas yang sepi ternyata belum cukup memberinya kenyamanan.

Mata Angga masih terpejam, duduk tenang dengan menyandar santai dan kedua tangan dilipat di dada. Alis tebal, rahang tegas juga hidung mancung, terlihat pas di wajah cowok itu. Tanpa sadar, gadis yang duduk di sampingnya meneliti semua dengan baik.

"Tolong, jangan bikin gue makin merasa bersalah, Gin!" Mata Angga terbuka, menoleh dengan tatapan tenang. "Lo gak ngerti juga maksud gue?"

"Ga ... gue cuma minta lo berhenti bersikap kayak gini ke gue. Bisa gak sih, lo kayak biasa aja ke gue?"

"Gina ... gue gak bisa turutin kemauan lo! Lo mau buat gue makin bersalah karena kejadian itu?"

Gina--gadis itu menunduk lesu, usahanya lagi-lagi tak berjalan mulus.

"Gue minta maaf, Ga."

"Gue udah maafin lo. Jadi, lo bisa, kan, jangan ganggu gue? Gue belum bisa lupain semuanya, Gin. Semakin lo bersikap kayak gini, semakin sulit buat gue."

Angga berdiri tegak membuat Gina mendongak bingung harus melakukan cara apa lagi. Di depan pintu kelas, Billy berdiri menatap kedua orang itu. Cowok dengan almamater OSIS tersebut mengetahui apa yang baru saja terjadi.

"Mau ke mana, Ga?" tanya Billy tepat ketika Angga hendak melewatinya.

"Cari angin," jawab Angga sambil berlalu pergi.

Billy tidak bertanya lagi. Terlalu banyak bertanya, hanya akan membuat keadaan menjadi sulit. Ia masuk ke dalam kelas, menghampiri Gina yang terlihat tidak bersemangat.

"Gagal lagi, Gin?"

Gina mengangguk. "Gue juga merasa bersalah kok, Bil. Bukan Angga aja."

Billy duduk di kursi hadapan Gina, mendengar keluhan gadis itu.

"Iya, gue ngerti. Tapi ... lo harus maklum juga. Di antara kita, posisi Angga yang paling sulit saat itu."

"Gue gak nyangka, semua berakhir kayak gini. Gue sama sekali gak ada niat buat--"

"Semua udah terjadi, Gin. Karena, gak semua alasan dapat diterima di dunia ini. Lo sabar aja, ada waktunya kok, di mana Angga akan bersikap seperti biasa sama lo."

Teori yang cukup sederhana, Billy tidak mendapat respon selain terdiamnya gadis itu. Tak lama kemudian, Gina mengangkat kepala meliriknya. Senyuman sekilas menghiasi wajahnya, menghadirkan lega bagi Billy.

"Iya ... lo bener," ujar Gina mengangguk paham.

Selama kita mau bersabar, kemungkinan itu akan datang. Terlalu terburu-buru mencapai tujuan, kadang kita lupa bahwa segala hal butuh jeda untuk memberi ruang.

GARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang