- 14 -
"Lo suka Arin?"
Pertanyaan Billy membuat Angga terdiam.
"Diam berarti iyaa." Billy mengambil kesimpulan sendiri atas apa yang dilihatnya.
Dimas dan Andre tiba-tiba datang membuka pintu. Di saat itu, Angga ke luar setelah menyapa dua orang yang baru datang tersebut. Mengabaikan pertanyaan atau pun tebakan Billy.
"Bil, kita jadi rapat bahas persiapan kegiatan buat bulan depan, kan?" tanya Andre pada Billy sembari mengambil tempat duduk yang di pojokan.
"Iyaa." Billy menghampiri mejanya di sudut ruangan, mengambil catatan dan juga pulpennya.
Dimas melirik Billy dan juga sesekali ke luar. "Terus Angga tadi mau ke mana, Bil? Gak ikut rapat?"
"Dia ada tugas yang belum dikerjain, mungkin nyusul."
Tidak lama setelah mereka semua duduk, Putri dan Gina serta anggota OSIS yang lain menampakkan diri mengikuti rapat kali ini. Gina melihat ke arah kursi di mana Angga biara duduk, dia tahu kenapa cowok itu tidak ikut.
💨💨💨
Sudah lama Angga tidak berkunjung ke tempat, di mana dulu dia sempat menghabiskan waktu semasa kecilnya. Sebuah rumah bercat putih yang memiliki banyak tiang. Dia mempunyai akses mudah untuk masuk tanpa perlu bersikap layaknya seorang tamu.
"Apa kabar Tante?" sapa Angga pada wanita yang sedang memunggunginya dengan sebuah aktivitas.
"Eeh, Angga?" Wanita menoleh ke belakang, lalu mematikan keran air tempat cuci piring. Dia tersenyum lebar melihat Angga yang datang bertamu.
"Kapan dateng?"
"Baru kok, Tan."
Wanita itu bernama Lisha. Orang yang sempat merawatnya beberapa tahun hingga duduk di bangku SMP. Karena semasa itu, dia terpaksa dititipkan karena kedua orangtuanya yang tinggal di luar negeri karena harus merawat neneknya yang sedang sakit. Mereka tidak ada hubungan apa-apa, selain tali pertemanan antara Dewi--Bunda Angga dengan Lisha. Tapi bagi Angga, Lisha adalah ibu kedua bagi yang mempunyai jasa yang bukan main untuk dirinya.
"Yaa udah, kamu makan dulu, yaa. Tante udah masak." Lisha bersiap mengambil masakan yang telah dimasaknya dan menyajikan di meja makan yang sangat dekat dengan posisinya sekarang ini.
Angga tersenyum, Lisha sama sekali tak berubah padanya. Tetap baik dan menganggapnya seperti anak sendiri. Angga menyantap lahap makanan yang disuguhkan untuknya. Membuat Lisha juga ikut senang dengan itu.
"Bunda kamu apa kabar?"
"Bunda baik kok, Tan. Akhir-akhir ini, Tante jarang ke rumah. Beberapa kali aku ke sini, Tante juga gak ada di rumah."
Lisha tersenyum menatapnya, wanita itu tidak ikut makan, dia hanya menemani Angga.
"Tante lagi ada urusan di luar." Lisha menuangkan air putih ke gelas. Dia selalu tahu apa yang dibutuhkan Angga.
"Gimana sekolah kamu?" tanya Lisha setelah meletakkan gelas yang telah berisi penuh itu ke dekat Angga.
"Baik-baik aja kok, Tan."
"Panji gimana?"
Lisha memang tak pernah lupa untuk menanyakan hal yang satu itu. Wajar bukan, seorang ibu menanyakan keadaan anaknya. Angga sama sekali tidak lupa kenyataan bahwa Lisha--wanita yang pernah merawatnya adalah ibu kandung dari musuhnya.
Kunyahan Angga melambat, jujur dia selalu bingung setiap ditanyai tentang Panji.
"Baik juga kok, Tan."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIN
Teen FictionRasa bersalah berujung membawanya pada titik di mana sebuah kebenaran mulai terungkap. Kenyataan yang juga akan membuatnya berada di titik tersulit dari sebelumnya. Seorang gadis muncul dalam kehidupannya membawa rasa cemas yang terus menghantui. D...