Level 13

751 212 79
                                    

"Kalian lihat bukan chef Yumi tadi memuji masakanku" kata Minki berisik.

Seperti biasa Minki, Hyungseob, Euiwoong, dan Sewoon berjalan beriringan di sekitar lobby gedung. Karna hari ini hanya ujian praktek memasak makanya kelas berakhir satu jam lebih cepat dari hari biasa.

Berbanding terbalik dengan ekspresi gembira Minki, Euiwoong malah menekuk bibir ke bawah, "Chef Kahi bilang masakanku terlalu asin"

Sewoon tertawa, "Kau ingin cepat menikah ya?"

Euiwoong semakin cemberut, "Hari ini aku tidak bisa ikut ke cafe. Aku ada janji dengan kekasihku" hanya mengingat janji bersama sang kekasih mampu melunturkan kesedihan lelaki mungil itu.

"Aku juga tidak bisa, aku harus cepat pulang" Hyungseob ikut menyahut.

Ia pikir dari pada duduk duduk di cafe, lebih baik menikmati sensasi menyenangkan heroin. Ugh, Hyungseob jadi tidak sabar. Tapa sadar Hyungseob meremas postman bagnya, meraba jarum suntik dan kristal heroin di sana.

"Ya sudah, hari ini kita langsung pulang saja" usul Minki, Sewoon hanya mengangguk menyetujui, "Sampai jumpa semuanya" Minki dan Sewoon melambai sembari berjalan menuju parkiran.

Hyungseob dan Euiwoong yang masih berdiri di lobby membalas lambaian mereka, sampai-

"Sayang!" seseorang berseru dari arah jam 8 yang membuat dua lelaki mungil itu menoleh bersamaan.

"Lho Haknyeon" sapa Hyungseob kaget, namun Haknyeon lebih kaget lagi.

Kepala Hyungseob mengangguk paham, jadi ini kekasih Euiwoong? Si Joo Haknyeon, lelaki cabul sekaligus tetangga unit yang semalam mengajak Wojin menonton video porno bersama. Wah dunia memang sempit ya?

"Hyu-Hyungseob" Haknyeon membalas kelabakan, bola matanya merotasi kemana mana, menghindari kontak mata dengan Hyungseob maupun kekasihnya.

Untuk pertama kali selama 25 tahun hidup, Haknyeon ingin sekali mengubur diri hidup hidup sampai ke inti bumi. Rasa malunya atas insden semalam belum sembuh total, dan sekarang apa? Hyungseob malah terlihat akrab dengan kekasihnya. Bagaimana kalau Hyungseob menceritakan kejadian semalam pada Euiwoong? Ayolah, mereka berdua baru memasuki bulan ketiga dalam menjalin hubungan.

Euiwoong menarik pergelangan tangan Hyungseob ke arah Haknyeon, "Kalian sudah saling kenal?" lelaki mungil itu tersenyum senang seraya melihat Hyungseob dan Haknyeon bergantian.

Berbeda dengan Haknyeon yang tidak tau harus bertingkah seperti apa, Hyungseob malah kelihatan biasa saja, "Sebenarnya kami baru saling mengenal semalam, iya kan Haknyeon?"

Ditanya seperti itu, Haknyeon justru semakin was was. Jangan jangan Hyungseob akan menceritakan kejadian tidak senonoh semalam? Satu satunya lelaki dominan di sana tertawa sambil menangis dalam hati. Tamat sudah riwayat Joo Haknyeon.

"I-iya" balas Haknyeon dengan kekehan hambar.

Hyungseob cukup peka, Haknyeon pasti merasa canggung bertemu dengannya, "Kalian mau pergi berkencan?" tanya Hyungseob basa basi.

"Iya" Euiwoong mengangguk semangat, lalu merangkul lengan Haknyeon, "Kami berencana movie marathon hari ini di apartemen Kak Haknyeon"

"Wah kebetulan aku tinggal tepat di samping unit Haknyeon, mungkin kau ingin mampir setelah movie marathon?" tawar Hyungseob ramah.

"Benarkah? Aku baru tau kalau kalian bertetangga. Ya sudah ayo kita pulang bersama" dengan wajah tanpa dosanya, Euiwoong melingkarkan masing masing lengan di lengan Haknyeon dan Hyungseob. Ia belum tau saja jika kekasihnya menahan malu luar biasa di hadapan Hyungseob.

Begitu sampai di unit apartemen, Hyungseob menyamankan tubuh di sofa empuk Woojin. Tergesa ia mengaduk aduk isi postman bag, dan mengeluarkan perlatannya untuk menjemput surga.

Hyungseob mengangkat bungkus plastik berisi kristal heroine ke depan wajahnya. Kali ini benda itu berwarna coklat pekat, bukan coklat bening seperti biasa.

Tanpa pikir panjang, si pecandu mulai mencairkan heroin, menghirup sebentar aroma surganya dan menyuntikkan di bagian garis kehijauan yang tercetak tipis menembus kulit putihnya. Jempol kanan Hyungseob mendorong bagian belakakng jarum suntik sampai cairan di dalam tandas tak bersisa.

Seketika tubuh Hyungseob menghangat, jarum suntik sudah tergeletak begitu saja membentur karpet berbulu. Mata si pecandu perlahan menutup, lantas senyuman lebar tersungging tanpa sebab. Heroin itu mulai merangsang saraf saraf dalam tubuhnya, memberi rasa tenang dan bahagia secara bersamaan.

Hyungseob tidak bisa berhenti karna ia sudah terlanjur terjerat.

...

Woojin baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Jujur, sejak tadi perasaannya tidak enak, namun ia tetap berusaha profesional menggambar di tubuh para pelanggan sampai tuntas. Woojin melirik jam tangan sekilas, pukul 12.47, berarti 12 menit lagi sebelum istirahat jam makan siang.

"Kenapa perasaanku tidak enak ya?" gumam Woojin setelah keluar dari bilik eksekusi.

"Kan hanya perasaan" tanggap Jihun ringan tanpa melihat Woojin, ia sibuk menggambar sketsa tato di kertas, katanya untuk menambah katalog.

Lelaki berginsul itu mendadak resah. Perasaannya sungguhan tidak enak, berbeda dengan yang lalu lalu.

"Aku pulang sebentar ya? Aku akan kembali sebelum jam makan siang habis" Woojin menyambar jaket bombernya dan nyaris bergegas meninggalkan studio.

"Hey mau kemana? Hari ini aku mentraktirmu makan siang" teriak Donghyun.

"Bungkus saja untukku, nanti pasti aku makan" Woojin balas berteriak dan menghilang tertelan pintu studio.

"Biar saja, terakhir kali dia berkata perasannya tidak enak, kran air di unitnya bocor" sambar Jinyoung seraya melepas sarung tangan, lalu meletakkan benda karet itu ke tempat sampah.

"Apa kita makan siang di unit Woojin saja? Siapa tau dia perlu bantuan untuk memperbaiki kran airnya" Donghyun menawarkan usul brilian, kasian juga mengatasi kran bocor sendirian.

"Oke tidak masalah" Jinyoung menjawab, Jihun hanya mengangguk karna masih berkonsentrasi menggambar.

Woojin memencet cepat sandi apartemennya. Ia menemukan sepatu Hyungseob sudah tergeletak di depan, memang seharusnya lelaki menggemaskan itu sudah pulang sejak jam dua belas tadi. Si pemilik unit melangkah lebih dalam, dan pemandangan yang Woojin temukan adalah Hyungseob masih mengenakan pakaian yang sama dengan tadi pagi, menyambut kedatangannya dalam keadaan terpengaruh obat obatan terlarang.

"Woojin? Sudah pulang?" sambut Hyungseob ceria, tetapi binar matanya kelihatan sayu, dan tubuhnya juga seperti tak memiliki daya.

Tubuh Woojin seketika menegang menahan gejolak kecewa. Pikirannya serasa kosong, gemelatuk suara gigi samar samar terdengar, disusul tangan mengepal kuat di masing masing sisi tubuh. Woojin sudah sepenuhnya di dominasi oleh amarah.

Ia melangkah cepat menghampiri Hyungseob -yang mungkin sekarang berada di awang awang-, dan kembali menemukan heroin serta peralatannya di atas meja. Kedua manik mata Woojin menatap Hyungseob tajam. Woojin marah.

"Kau melanggar janjimu Ahn Hyungseob!" desisinya tajam.

Hyungseob merespon dengan tertawa, kemudian serta merta menarik tangan Woojin hingga mereka duduk bersebelahan. Tak di duga Hyungseob malah mendudukkan bokongnya pada pangkuan Woojin.

Si mungil melingkarkan lengan pada bahu si kulit tan, "Seobie sayang Woojin" usai berkata demikian Hyungseob memagut bibir Woojin tanpa aba aba.

TBC

Netijen budiman yang mau hyungseob segera tercyduck sama woojin jan lupa vote sama komentar yang banyak eapz~

Dan sekalian saya mau ijin /? juga kalo level depan ratingnya agak naik dikit. Dikit doank kok, dikit ._.
Karna fitur private udah ngga ada jadi ada baiknya saya pamitan dulu ke netijen sekalian ehe

2850 | PRODUCE 101 S2 jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang