Level 19

867 221 63
                                    

Jihun terperangah mendengar pertanyaan dari bibir Hyungseob. Begini, mereka berdua baru saja bertemu kemarin, itu pun Hyungseob dalam keadaan sedang tinggi. Oh dan jangan lupakan Hyungseob sempat memanggil Jihun dengan sebutan paman badut kemarin. Apa mungkin Hyungseob juga sedang tinggi sekarang?

"Hey! Sadar!" Kata Jihun seraya menepuk nepuk pelan pipi putih Hyungseob, "Bangun dari halusinasimu Hyungseob!" Lanjutnya.

Hyungseob sendiri malah memamerkan senyuman bodoh, membuat Jihun iba. Sudah seberapa jauh obat obatan terlarang itu menggerogoti otak dan tubuhnya? Atau karna Woojin menyiksanya terlalu kejam? Hingga menyebabkan jalan pikiran Hyungseob terbalik begini?

"Maaf, bicara apa aku tadi?" Kesadaran Hyungseob sepertinya mulai kembali. Ia mengusap kasar wajahnya sendiri sebelum kembali bersitatap dengan Jihun.

"Tidak bicara apa apa" Jawab Jihun, tak mempermasalahkan omongan melantur lelaki mungil di depannya.

"Kau tadi nyaris merebut kekasihku" Sahut Jinyoung datar, ia sibuk merajah kulit Woojin.

"Ah, aku minta maaf" Hyungseob mengusap tengkuknya, "Itu hanya pertanyaan asal saja", kali ini tangannya mengibas cepat di depan wajah serta kekehan kaku mengudara, "Maaf sekali lagi" Sesal Hyungseob.

"Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang?" Tanya Jihun ramah, berkebalikan sekali saat Hyungseob memanggilnya paman badut kemarin.

"Iya, ini lebih baik dari pada semalam" Si pecandu menjawab sekenanya, "Ehm-- boleh aku tau namamu?"

"Oh iya aku lupa belum memperkenalkan diri" Si pipi tembam menepuk dahinya sendiri,  "Namaku Park Jihun, dia kekasihku Bae Jinyoung. Aku mengenal Woojin sejak sekolah menengah atas dan berada di satu universitas yang sama saat masih kuliah lalu membangun studio ini bersama" Jelas Jihun ringkas.

Selama memperhatikan penjelasan Jihun, beberapa keping ingatan ingatan Hyungseob mulai bermunculan kembali, "Ah, apa kemarin aku memanggilmu paman badut?" Tanya si pecandu memastikan, "Maafkan aku lagi" Tubuh bagian atas Hyunseob membungkuk dihadapan Jihun.

Sebelum menunduk lebih dalam, Jihun lebih dulu menahan bahunya, memberi tepukan dua kali dan menyematkan senyuman lembut, "Tidak apa, kita bisa berteman mulai sekarang. Kekasih temanku adalah temanku juga"

Memang iya sih, Jihun sempat marah dan tidak suka akan kehadiran Hyungseob dalam hidup Woojin. Tapi melihat wajah menggemaskan Hyungseob berubah jadi berantakan serta penuh air mata begini, mana mungkin Jihun tega? Woojin juga pasti telah mengambil tindakan -yang menurut Jihun kelewat batas, terbukti dengan tanda merah di leher masing masing-

"Jihun, bisa kau ajak dia pergi dari sini? Konsentrasiku pasti berantakan kalau dia berada disini terus" Sela Woojin.

Bagi Hyungseob, kalimat Woojin seperti sebuah usiran. Iris beningnya membasah lagi. Barusan ia menerima hukuman dengan senang hati tapi mengapa Woojin masih belum juga memaafkannya?

"Hey, jangan menangis Hyungseob" Jihun menghapus air mata di pipi Hyungseob dengan ujung syalnya, "Ayo kita pergi, aku tau cafe yang nyaman di sekitar sini" Jihun itu pemaksa, bukan hal sulit untuk memaksa Hyungseob agar mengikuti langkahnya.

...

"Jadi bagaimana?" Tanya Jihun langsung pada inti saat dua piring hot dog, kentang goreng dan dua gelas soft drink tiba di hadapan mereka.

"Aku sudah mengkhianati kepercayaan Woojin, dan aku menyesal sekarang" Ungkap Hyungseob lesu.

Jari Jihun begitu lincah menyambar kentang goreng, "Dia mentato tubuhmu tadi?"

2850 | PRODUCE 101 S2 jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang