Level 12

708 203 80
                                    

Ahn Hyungseob memang bajingan egois! Bukan hanya sekedar bajingan egois, dia juga seorang pengkhianat ulung sedunia!

Baru saja semalam lelaki menggemaskan itu saling mengungkapkan perasaan bersama Woojin, sekarang Hyungseob justu kembali menyuntikkan heroin pada tangan kirinya dalam pelukan seorang Lai Guanlin. Lebih parahnya lagi, mereka melakukan aktifitas tersebut di dalam unit apartemen Woojin.

Kehadiran Guanlin yang keberadaannya bak sebuah ancaman kemarin, sekarang berbanding terbalik. Hyungseob sudah terlanjur ketagihan, dan ia tak bisa mengatasi keingian itu. Apa yang telah dilakukannya di tempat rehabilitasi telah sia sia. Dengan mudahnya si mantan pecandu tergiur oleh ajakan Guanlin.

Sejak hari itu juga, rutinitas Hyungseob perlahan berubah. Pada pagi hari dia menghadiri kelas memasak, berbarengan dengan Woojin yang berangkat bekerja. Sepulang kelas memasak, kadang ia akan berkumpul dengan teman temannya di cafe. Sekitar pukul 13.00 Guanlin akan menjemputnya dan ikut pulang ke apartemen Woojin.

Mereka menikmati ekstasi berdua sampai rasa kantuk menyerang Hyungseob, dan lelaki tinggi itu akan membereskan sisanya, seolah tak pernah ada aktivitas pemakaian narkoba di tempat ini. Setiap Woojin mendapat hari libur, Guanlin tidak akan datang, maka hari sebelumnya ia pasti memberikan heroin beserta perlengkapannya agar Hyungseob bisa memakainya sendiri.

Sejauh ini Woojin sam sekali tidak menaruh curiga pada Hyungseob. Meskipun ia mulai menunjukkan tanda tanda berkurangnya nafsu makan, mata berubah sayu, dan emosi yang kadang tak terkontrol. Kadar kepekaan Woojin memang payah, ia sudah sepenuhnya percaya pada lelaki menggemaskan itu.

Ala bisa karna biasa, seperti sebuah kebiasaan setiap hari rabu dan kamis Hyungseob selalu terbangun antara pukul dua atau tiga dini hari. Ia menyempatkan mengamati wajah damai Woojin yang tertidur di sampingnya, sebelum menyambar postman bag dan berjalan mengendap endap ke kamar mandi.

Beruntung Woojin tidak pernah lancang membuka postman bagnya. Hanya itu satu satunya tempat untuk menyembunyikan heroin, jarum suntik dan korek api. Hyungseob memulai ritualnya hati hati, menimilkan suara sebisa mungkin. Bibirnya tidak bisa bebas mengerang di situasi begini. Setelah merasa sangat bahagia dan rasa kantuk datang, barulah ia melanjutkan tidur di samping Woojin seakan tak pernah terbangun tadi malam.

...

"Kalian akan membuat hidangan apa besok?" Sewoon bertanya begitu minuman dalam gelasnya tandas tak bersisa.

"Aku ahli dalam masakan China" jawab Hyungseob percaya diri.

Minki mengendikkan bahu, "Aku belum tau akan membuat apa"

"Mungkin aku ingin mencoba masakan eropa" sahut Euiwoong.

Empat siswa akademi memasak itu sudah menyelesaikan kelasnya sejak 40 menit lalu. Biasanya Guanlin akan menjemput Hyungseob sebentar la—

"Eh, kekasihmu sudah datang" celetuk Minki kala matanya tak sengaja menangkap sosok tinggi yang selalu menutupi kepalanya dengan tudung hoodie.

"Sudah ku bilang dia bukan kekasihku" bela Hyungseob seraya membereskan barang barangnya.

"Hey, tidak usah malu malu begitu" Euiwoong ikut menggoda, Sewoon hanya tersenyum saja melihat tingkah teman temannya.

Hyungseob mendekati Guanlin, ia melingarkan lengan dan menggiring ke halte bus.

"Hari ini dan besok aku tidak bisa berlama lama denganmu" Guanlin menoleh sedikit ke Hyungseob, mereka sedang duduk bersebelahan di dalam bus.

"Kenapa?" tanya Hyungseob pensaran, ia pikir Guanlin tidak mau berbagi heroin lagi dengannya.

Si jangkung menggengam tangan si mungil, "Setelah mengantarmu pulang, aku harus berangkat ke Singapore, bos mengajakku ke sana" Hyungseob hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian menyandarkan kepala di bahu Guanlin.

Sebelum berpamitan pergi, Guanlin memberinya heroin bercampur ekstasi serta beberapa lembar uang. Hyungseob melirik jam dinding, kepulangan Woojin masih sekitar empat jam lagi. kalau ia memakai benda benda terlarang ini sekarang, pasti tidak akan ketauan, toh efeknya juga tidak sampai empat jam.

Tak sabaran Hyungseob mengambil tiga kristal heroin, meletakkannya dalam sendok, membakar bagian bawahnya sampai si heroin meleleh dan memasukkan cairan itu ke dalam jarum suntik. Tanpa pikir panjang Hyungseob mengarahkan ujung jarum pada urat nadinya.

"Ugh—" Hyungseob melenguh nikmat.

Mata bening itu berubah sayu karna pandangannya agak mengabur. Hyungseob merasakan ledakan confetti imajiner dalam dada, rasa senang tak terhingga menyelimuti sekujur raga. Tubuhnya seketika meringan, sampai sampai anginpun bisa membawanya terbang ke angkasa. Hyungseob ingin terbang, jauh meninggalkan bumi.

...

Woojin dan Hyungseob baru saja selesai menyantap makan malam. Si dominan memaksa agar ia saja yang membersihkan meja makan dan sekalian mencuci piring, karna tadi Hyungseob berbicara tentang ujian memasak yang di langsungkan esok hari. Maka Woojin membiarkan Hyungseoob duduk tenang di sofa depan televisi agar mencari referensi di internet, sementara ia mencuci piring.

Hyungseob mendudukkan bokong di atas lantai berlapis karpet, badannya bersandar pada kaki sofa, dan lengannya bertumpu pada meja. Sebuah buku catatan tergeletak di depannya, dengan tangan kanan memegang pena siap untuk mencatat.

"Park Woojin ayo kita menonton video porno bersama!" ajakan tidak senonoh itu menyeruak dibarengi dengan suara pintu unit Woojin yang terbuka lebar.

Baik itu Hyungseob, Woojin dan pemilik suara asing tersebut membeku, seolah jam berhenti berdenting detik itu juga.

Hyungseob sungguhan kaku seperti batu, ia menghentikan kegiatan menulisnya, membiarkan chef dalam video terus mengoceh. Jempolnya tidak sanggup memencet tombol pause pada ponsel. Entah mengapa ia tiba tiba merasa malu, rona merah di pipi semakin terlihat jelas.

Woojin sendiri tak jauh berbeda dengan Hyungseob. Kedua tangannya tenggelam dalam busa bak cuci ppiring, sementara air terus mengucur lewat keran. Bulir bulir keringat tipis perlahan bermunculan, jantungnya berdegup tidak karuan. Sumpah demi Tuhan, Woojin khawatir Hyungseob berpikir yang bukan bukan. Reputasi Woojin hancur sudah di mata Hyungseob.

Woojin ingin menangis meratapi kebodohan tamu tak di undang yang seenaknya masuk tanpa permisi. Dasar tidak punya etika.

"Uhh—itu maaf—" si tamu tak di undang berkata terbata, ia mengusap tengkuknya gugup, "Aku—tidak tau kalau ternyata Woojin kedatangan tamu" sambungnya, "Maafkan aku" ia membungkuk dalam sebagi bentuk penyesalan.

Bola mata Hyungseob bergulir kesana kemari, masih dengan menunduk karna tak berani menatap langsung wajah lelaki cabul itu. Woojin berbalik dramatis, melayangkan tatapan membunuh untuk tamu tak di undangnya. Ia melepas sarung tangan plastik dan mengambil langkah besar besar menghampiri si tamu.

"Ku bunuh kau sekarang juga, Joo Haknyeon!" Woojin memiting si Joo Haknyeon itu, dan menyeretnya paksa sampai telentang di tempat tidur.

Memang iya, bujangan bujangan kesepian seperti Woojin dan Haknyeon kadang menonton video porno bersama.

"Woojin ampun!" pinta Haknyeon saat Woojin mencekik lehernya.

"Masih berani minta ampun padaku?" Woojin melotot tak terima, "Kesalahanmu tak bisa di ampuni!"

"Memangnya siapa si manis itu?"

TBC

meskipun ceritanya sampah tapi saya mau berterimakasih buat netijen sekalian yang sudi mencet vote sama komentar ehe.

2850 | PRODUCE 101 S2 jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang