Level 23

1.1K 241 50
                                    

Minggu lalu Woojin telah resmi mengikat Hyungseob dalam hubungan sakral pernikahan. Cinta, kasih sayang, dan komitmen menjadi pondasi kuat dalam kehidupan baru mereka.

Kini tak ada lagi Ahn Hyungseob, karna namanya sudah resmi berubah menjadi Park Hyungseob.

Dengan menyandang nama baru, Hyungseob tentu ingin menjadi pribadi baru juga. Lelaki mungil itu sudah membulatkan tekad untuk melupakan masa lalu. Meninggalkan narkoba, yang dulu ia anggap sebagai pelipur lara. Serta meninggalkan Guanlin, si penyelamat sekaligus penghancur hidupnya.

Sejak status kedua insan itu berubah, mereka kini tidak perlu khawatir kehilangan satu sama lain. Woojin tetap menjalani keseharian sebagai seniman tato, dan Hyungseob masih menghadiri kelas memasak seperti biasa.

"Woojin, sarapan sudah siap!" Teriak Hyungseob lantang sembari menata beberapa piring di meja pantry, "Jangan mandi terlalu lama!"

"Sebentar, aku belum selesai bercukur!" Suara Woojin menggema menghantam tembok kamar mandi.

Hyungseob hanya menggumam tanda mengerti. Tak lama, Woojin keluar berbalut t-shirt santai dan celana jeans. Lantas iris setajam elang itu membelalak tak percaya kala mendapati berbagai macam makanan tersaji di meja.

Baiklah, ini terlalu banyak untuk sarapan dua orang. Woojin hendak bertanya, mengapa Hyungseob memasak makanan sebanyak ini? Namun urung saat melihat wajah menggemaskan pasangannya tersenyum manis serta melipat kedua tangan rapi di atas meja. Seolah menyuruh Woojin segera duduk dan menikmati masakannya.

"Ehmm-- sayang, bukankah ini terlalu banyak?" Woojin tak tahan juga lama lama, perutnya serasa ingin meledak karna kebanyakan makan.

Bodoh!

Seketika si seniman tato merutuki kalimatnya barusan. Bibir Hyungseob melengkung ke bawah begitu mendengar pertanyaan sang suami.

"Kau sudah kenyang? Lalu kau menyuruhku membuang masakan ini, begitu?" Hyungseob merajuk sedih.

Jakun Woojin naik turun memikirkan jawaban "Ti-- tidak, bukan begitu sayang--"

"Kalau begitu, habiskan makananmu" Katanya seraya menyematkan senyum secerah mentari.

Woojin tidak tau sejak kapan pasangannya jadi bipolar begini. Sedetik merajuk, sedetik berikutnya tersenyum.

"Aku sudah kenyang sayang" Ujar si seniman tato lembut.

Woojin pikir Hyungseob sudah tidak marah lagi, namun dugaannya salah besar. Bibir Hyungseob mengerucut, kecewa akibat Woojin tidak mau menghabiskan masakannya. Padahal ia masih ingin Woojin mencicipi tumis sayur yang sama sekali belum tersentuh.

Dengan gerakan kasar, Hyungseob meletakkan sendok dan garpu di samping piringnya. Serta merta ia menghempaskan punggung pada sandaran kursi, lalu melipat tangan di dada. Tak lupa memalingkan wajah sebagai bentuk kekecewaan.

Woojin ikut menghela nafas kasar. Ia tau akhir akhir ini Hyungseob sering bangun lebih pagi, entah itu untuk mencuci,  bersih bersih atau memasak. Tapi Hyungseob tidak pernah memasak sebanyak sekarang.

Hela nafas berat mengalun pasrah, "Berhenti merajuk. Aku akan menghabiskannya"

"Tidak usah dipaksa kalau tidak mau" Sambar Hyungseob ketus.

"Baiklah. Boleh aku mengajukan penawaran?" Kedua tangan Woojin tidak jadi meraih sendok dan garpu, karna ide cemerlang baru saja melintas di otaknya.

Hyungseob tak memberi jawaban, namun ekspresinya sangat terbaca kalau ia ingin mendengar penawaran Woojin.

"Aku ingin mengundang Jihun kemari" Sambung si seniman tato.

"Ah benar!" Seru Hyungseob seraya menjentikkan jari, "Aku akan menghubunginya"

2850 | PRODUCE 101 S2 jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang