Seharian ini Jihun mengajak Hyungseob berkeliling mall atas perintah Woojin, bermaksud mengalihkan pikiran sekaligus melupakan kejadian kurang mengenakkan kemarin.
Hyungseob dan Jihun sudah bicara banyak, saling mengutarakan isi hati serta pikiran, dengan begini setidaknya beban Hyungseob sedikit berkurang karna telah dibagi pada lelaki berpipi bulat itu.
Diakhir percakapan, si pecandu sempat mengatakan bahwa ia takut bertemu Woojin, lalu memohon mohon supaya Jihun mengijinkan menginap satu malam di rumahnya. Butuh waktu beberapa menit untuk menimbang nimbang sebelum Jihun mengiyakan permintaan Hyungseob.
"Hyungseob" Jihun memulai dialog duluan setelah menggiring tamunya ke dalam kamar.
"Ya?" Sontak si pemilik nama mengalihkan pandangan dari interior kamar tuan rumah.
"Jika Woojin mengajakmu menikah, kira kira apa jawaban yang akan kau berikan?" Tanya Jihun seraya mengambil posisi di sebelah Hyungseob, duduk nyaman saling berhadapan dengan guling dalam pelukan.
Diam diam, tadi sore Woojin mengirim misi rahasia -lagi- untuk meyakinkan Hyungseob agar mau menerima ajakan menikahnya nanti. Otak Jihun memanas, bingung memikirkan kalimat persuasif yang sekiranya mampu membuat kekasih temannya ini berkata 'ya' untuk pernyataan Woojin.
Yang ditanya malah tertawa getir, "Tidak mungkin Jihun"
"Apanya yang tidak mungkin?" Alis sang penanya bertaut, pasalnya jawaban Hyugseob melenceng jauh dari pertanyaan.
"Woojin" Si mungil menghela nafas sebentar, "Aku tidak mungkin menikah dengan Woojin" Timpalnya, "Dia seperti malaikat dari surga, dan aku seperti iblis dari neraka. Kau tau maksudku bukan?"
Jihun mengangguk, "Meskipun Woojin memohon dan berlutut padamu?" Ia mengajukan pertanyaan lagi.
"Aku tidak akan membiarkannya memohon dan berlutut padaku. Aku hanya seorang pendosa, tidak sepantasnya Woojin bertindak demikian" Paparnya.
"Hyungseob" Kedua tangan Jihun meremas erat masing masing pundak Hyungseob, "Percaya padaku, Woojin adalah yang terbaik untukmu"
Senyuman kecil merekah dari bibir Hyungseob. Semenjak bertemu Woojin bisa dibilang hidupnya berubah total, banyak orang orang baik yang ia temui seiring waktu berjalan. Berkat Woojin ia bisa mengenal Youngmin, Euiwoong, Sewoon, Minki, Haknyeon, Jihun, Jinyoung, dan Donghyun. Tentu orang orang itu membawa pengaruh positif, tanpa ada narkoba terselip di dalamnya.
Dering ponsel lelaki bermata bulat itu membuyarkan lamunan si pecandu. Jihun berbicara melalui ponsel sembari mengajak Hyungseob melakukan kontak mata.
"Woojin menyuruhmu pulang" Katanya setelah mengakhiri panggilan telpon.
"Aku tidak mau pulang" Kepala Hyungseob menggeleng ribut saat mengatakannya.
"Aku akan mengantarmu pulang. Kalau dia sampai berbuat macam macam lagi, ku penggal kepalanya di hadapanmu" Ancaman Jihun tampak meyakinkan, ia tidak mau berdebat melawan Woojin perkara Hyungseob tidak mau pulang.
...
Ini sudah batang rokok ketiga yang Woojin hisap dalam kurun waktu kurang dari satu jam. Jam makan malam sudah lewat sejak 30 menit lalu, dan ia sama sekali tak mendapati batang hidung Hyungseob berkeliaran di unitnya.
Sekelebat perasaan khawatir merayapi relung si seniman tato. Tak hentinya ia berjalan mondar mandir, kadang berdiam diri sejenak di balkon demi membunuh waktu.
KLIK
Suara pintu terbuka sontak membuat Woojin berjalan tergesa menghampiri pintu. Disana Jihun berdiri, dengan Hyungseob yang bersembunyi dibalik tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2850 | PRODUCE 101 S2 jinseob
Fanfiction[COMPLETED] tentang si seniman tato yang menemukan seorang pecandu narkoba dalam keadaan sakau tak jauh dari studionya.