Level 11

721 209 40
                                    

Studio tato tampak lebih sibuk dari biasanya. Harusnya empat orang pekerja di sana sudah pulang sejak satu jam lalu, kalau saja barang barang kiriman dari pemasok tidak datang mendadak tadi sore. Kebetulan hari ini juga jadwal mereka untuk menerima gaji, Woojin sudah berencana mengajak Hyungseob jalan jalan membeli beberapa potong pakaian sepulang bekerja.

Hyungseob baru saja selesai memasak makan malam. Ia bersyukur dalam hati karna masih bisa terbangun untuk memasak sebelum Woojin pulang bekerja. Efek dari penggunaan heroin memang begitu, si pengguna akan merasa sangat bahagia kemudian rasa kantuk tak tertahankan akan datang.

"Aku baru saja gajian" Woojin menunjukkan amplop coklat di depan wajah, "Bagaimana kalau kita jalan jalan?" tawarnya.

Bibir Hyungseob malah melengkung ke bawah, "Kenapa tidak bilang sebelumnya? Aku sudah terlanjur memasak"

"Kita akan berangkat setelah makan malam, oke?" Woojin mengusak kepala Hyungseob lembut.

Sudah berapa lama Hyungseob tidak jalan jalan melihat keramaian kota dan berbaur bersama orang banyak seperti ini? beberapa bulan belakangan hidupnya hanya di habiskan untuk bekerja sebagai koki di kedai masakan china sekalian menjadi penikmat narkoba. Intensitas menikmati udara luar sangat jarang, Hyungseob jadi menyesal karna menyianyiakan hidup dengan kesenangan semu semata.

Woojin berulang kali menariknya untuk mengunjungi toko pakaian berbeda beda. Hyungseob pikir si lelaki tan hanya berniat menanyakan pendapat saja, tidak pernah terlintas di benaknya Woojin akan turut membelikannya juga. Hyungseob menolak tentu saja -meskipun Hyungseob tau ia hanya punya dua potong pakaian- masih merasa sungkan karna Woojin terlampau baik untuk lelaki keparat sepertinya.

Apa lagi Hyungseob berniat menyembunyikan pertemuan Guanlin dan kembalinya zat adiktif itu bersemayam dalam tubuhnya. Hyungseob merasa seperti penghianat brengsek yang tidak pantas menerima segala kebaikan Park Woojin, bahkan untuk berjalan beriringan saja ia merasa tidak pantas.

Setelah melewati drama pemaksaan, si mungil tidak punya pilihan lain selain mengiyakan apa yang Woojin pilihkan untuknya. Lelaki berkulit tan itu sudah menenteng tiga paper bag di tangan kanan, dan menggandeng tangan Hyungseob di tangan kiri. Park Woojin adalah definisi gentleman sesungguhnya.

"Kau senang?" Woojin tiba tiba bertanya.

"Ya, aku sangat senang" Hyungseob mengangguk antusias, "Terima kasih Woojin" lanjutnya seraya tersenyum sampai mata beningnya tenggelam di antara kelopak mata.

"Aku juga senang asal kau senang" balas Woojin tulus.

Hyungseob menghentikan langkah, dan menatap Woojin polos, "Oh ya? Mengapa begitu?"

Si lelaki bergingsul ikut berhenti, memutar tubuh hingga berhadapan dengan Hyungseob, "Karna aku menyukaimu" ungkapnya tanpa beban.

Bibir Hyungseob refleks membentuk huruf O. Apa Woojin baru saja menyatakan perasaanya? Tidak! Tidak! Hyungseob tidak boleh terlalu percaya diri, bukankah mereka baru saling mengenal kurang lebih dua minggu ini?

"Terima kasih" Hyungseob berkata sekenanya. Ia merasa sudah mengambil pilihan tepat dengan mengucapkan terima kasih karna sudah menyukainya.

Usai berkata demikian Hyungseob hendak melanjutkan langkah, sayang sekali tarikan kuat pada genggaman tangan sanggup menghentikannya, "Aku sungguhan menyukaimu" Woojin menyatakan perasaannya lagi, tidak peduli sedang berdiri di tengah tengah trotoar dan banyak orang berlalu lalang di sekitar mereka.

Hyungseob menggigit bibir bawahnya gelisah. Dia tau benar seberapa tulus perasaan Woojin. Lelaki berginsul itu selalu mengajaknya menuju kebaikan, memberi kasih sayang melimpah dan memperlakukannya dengan baik sejauh ini.

Jika di banding dengan Guanlin, Woojin memperlakukan Hyungseob seperti sebuah patung kaca yang berharga, ia akan menjaganya baik baik dan menyentuhnya dengan hati hati. Guanlin kebalikannya, lelaki jangkung itu memperlakukan Hyungseob seolah ia hanya teman bersenang senang. Memang iya keduanya mencintai Hyungseob, tapi cara mencintai mereka amat berbeda. Woojin suka Hyungseob menjadi lebih baik, dan Guanlin suka Hyungseob menjadi rusak bersamanya.

Bukannya Hyungseob murahan atau apa, semenjak di usir dari rumah dua tahun lalu ia jadi kekurangan kasih sayang. Dan hari itu juga Guanlin datang mengulurkan tangan, si tampan selalu memberikan pelukan hangat kapanpun Hyungseob mau, memberi ciuman tanpa sungkan sebagai bentuk kasih sayang. Hyungseob menyukainya, ia suka di peluk juga di cium. Hal itu membuatnya merasa berarti, disayangi dan dicintai.

Hyungseob rasa ia tidak bisa meminta di peluk atau di cium secara gamblang pada Woojin, takut kalau lelaki itu akan berpikir aneh aneh dan menendangnya dari apartemen. Menilik dari sisi Hyungseob, Woojin dan Guanlin sama sama memberi rasa nyaman. Guanlin itu nyaman, tapi dia tidak bisa memberi rasa aman, sedangkan Woojin bisa.

"Aku-aku manusia yang buruk Woojin" kata Hyungseob kemudian.

Woojin menghela nafas, "Semua orang pernah melakukan keburukan Hyungseob, tapi mereka berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Aku tau kau ingin meninggalkan keburukanmu di masa lalu bukan?" nada bicara, binar mata, dan ekspresi Woojin benar benar lembut. Hyungseob tidak bisa untuk tidak tenggelam dalam diri lelaki di depannya ini.

"Iya" lirihnya seraya mengangguk.

"Kalau begitu izinkan aku membantumu untuk menwujudkannya" pinta Woojin memohon, sedikit menunduk demi melihat raut muka menggemaskan Hyungseob.

Hyungseob menggeleng, bibirnya menyunggingkan senyum pahit, "Aku tidak cukup baik untukmu. Kau pantas mendapatkan yang lebih dari aku" ia kukuh pada pendirian, karna memang merasa tidak pantas.

"Untuk apa?" Woojin bertanya retoris, "Yang bisa menilai baik atau buruknya kau untukku adalah diriku sendiri, dan menurutku kau yang terbaik Hyungseob" kali ini ia meletakkan paper bag di sisi tubuhnya.

Lelaki tan itu mengangkat sedikit dagu Hyungseob, "Aku tidak pernah merasa jatuh cinta secepat ini, dan jatuh sedalam ini" Hyungseob bisa melihat, ada sirat keseriusan tak main main dari mata Woojin, "Hanya kau yang bisa melakukannya Hyungseob"

Mata bening si mungil berkaca kaca, terharu mendengar penuturan Woojin, "Aku-aku juga menyukaimu tapi aku tidak bisa, aku-"

"Ssstt jangan membohongi perasaanmu sendiri" sela Woojin cepat sebelum Hyungseob berkata aneh aneh.

Telinganya sudah cukup risih mendengar kata kata sangkalan yang menyatakan bahwa ia tidak pantas, tidak enak, sungkan dan semacamnya. Dengan demikian Woojin bisa menarik kesimpulan jika perasaannya berbalas. Hyungseob juga menyukainya, hanya saja ia terkendala pikiran pikiran negatif yang di munculkan oleh mindsetnya sendiri.

"Hyungseob, aku mencintaimu" kata Woojin. Ia bertingkah layaknya dominan idaman para submisif, gentleman dan tidak berbelit belit.

Hyungseob bisa merasakan wajahnya menghangat, semburat rona merah tercetak jelas di pipi putih itu hingga ke telinga. Lelaki mungil itu malu setengah mati mendengar tiga kata keramat dari bibir Woojin, belum lagi beberapa pejalan kaki sempat mencuri dengar dan mencuri pandang pada dua sejoli tersebut.

"Aku juga mencintaimu Woojin" balas Hyungseob malu malu.

TBC

sampah kek biasanya heuheu.

2850 | PRODUCE 101 S2 jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang